Candu Cintamu bagaikan Kudapan Opium di Afyonkarahisar (17 Rembulan di Atas Hagia Sophia
Candu Cintamu bagaikan Kudapan Opium di Afyonkarahisar (17)
Matahari senja menari-nari di atas reruntuhan Hierapolis, menorehkan warna-warna emas dan merah muda pada marmer-marmer kuno. Aisyah, gadis Indonesia bermata bulat, berdiri terpana di tepi kolam air panas Pamukkale. Angin sepoi-sepoi membawa aroma belerang yang menyengat, namun tak mampu mengalahkan aroma cinta yang mulai berkecambah di hatinya.
Sejak bertemu Arkhan di Bursa, Aisyah merasa ada magnet yang tak terlihat menariknya. Pemandu wisata bermata hazel itu memiliki senyum yang mampu meluluhkan hati batu dan cerita-ceritanya yang mampu membuai imajinasinya.
Arkhan, dengan rambut hitam legam yang berkilau di bawah sinar mentari, menjadi penuntun Aisyah dalam menjelajahi setiap sudut Turki. Ia bagaikan bintang utara yang selalu menuntun Aisyah keluar dari kebingungan. Arkhan ibarat angin musim semi yang menerpa jiwa Aisyah yang selama ini kering kerontang.
Perjalanan mereka dari Bursa menuju Pamukkale terasa begitu singkat. Setiap saat yang mereka habiskan bersama terasa seperti mimpi. Mereka menjelajahi masjid-masjid kuno, mencicipi kelezatan kebab di sudut-sudut kota, dan berbincang tentang kehidupan, cinta, dan mimpi.
Di Afyonkarahisar, kota yang terkenal dengan produksi opium, Aisyah merasakan getaran yang berbeda. Arkhan mengajaknya mengunjungi sebuah museum opium. Di sana, Aisyah melihat bagaimana opium, yang awalnya digunakan untuk pengobatan, kemudian disalahgunakan dan menjadi candu yang mematikan.
Di bawah langit biru Afyonkarahisar, kota yang pernah menjadi pusat produksi opium, benih cinta mulai tumbuh subur di hati mereka.
"Afyonkarahisar," ujar Arkhan sambil menunjuk ke hamparan ladang yang luas, "Dulunya kota ini terkenal dengan opiumnya. Namun, kini kami lebih bangga dengan keindahan alam dan sejarahnya."
Mereka mampir di rest area yang terdapat stasiun pengisian bahan bakar dan toko souvenir. Di sinilah Arkhan memperkenalkan kudapan khas Turki berbahan biji opium. Terdapat tiga Mangkuk besar dari tanah liat berisi Yogurt plain (tanpa rasa), madu dan bijih bunga poppy (opium). Penjual dengan cekatan mengisi tiga bahan tersebut kedalam mangkuk kecil. Selanjutnya Arkan menjelaskan, mereka bisa mengaduk sendiri ketiga baham tersebut sebelum menikmatinya.
Mata Aisyah makin membulat dan mulutnya terbuka saking kagetnya disuguhi kudapan opium. Ia tidak percaya biji opium bisa dinikmati dengan bebas di sini. Arkhan yang melihat reaksi Aisyah tertawa terbahak-bahak.
“Jangan takut Aisyah. Biji opium tidak akan menyebabkan kamu kecanduan. Masyarakat di sini sudah menggunakan biji opium untuk masakan mereka sejak dulu kala. Pada tanaman opium yang membuat kecanduan adalah getah pada tangkai bunganya, bukan bijinya” jelas Arkan.
Aisyah menganggukkan kepala dan mulai mencoba untuk menikmati kudapan dari biji opium tersebut.
“Rasanya cukup enak di lidah, ada rasa sedikit asam dari yogurt, rasa manis dari madu, dan crunchy kacang dari biji opium,” ujar Aisyah.
"Opium itu seperti cinta, Aisyah," ujar Arkhan sambil menatap mata Aisyah. "Bisa menjadi obat, tapi juga bisa menjadi racun."
Perkataan Arkhan itu membuat Aisyah terdiam. Ia mulai menyadari bahwa cinta yang ia rasakan untuk Arkhan mungkin tidak sesederhana yang ia kira. Cinta yang awalnya terasa indah, kini mulai terasa mencekam.
Pikiran Aisyah melayang pada kisah-kisah tentang candu opium. Ia membayangkan betapa kuatnya pengaruh zat itu, bagaimana opium bisa membuat seseorang terjebak dalam dunia khayalan. Dan kini, ia merasa terjebak dalam candu cinta yang jauh lebih berbahaya.
Cinta mereka bagai opium, membius hati dan pikiran. Setiap pertemuan adalah dosis yang membuat mereka semakin kecanduan. Namun, di balik keindahan cinta, ada bayangan kegelapan. Arkhan menyimpan rahasia kelam yang perlahan mulai terungkap.
Konflik mulai muncul ketika Aisyah mengetahui bahwa Arkhan memiliki masa lalu yang kelam. Ia pernah terlibat dalam dunia gelap yang berkaitan dengan opium.
Suatu malam, di bawah cahaya rembulan yang memantul di permukaan Danau Salda, Arkhan menceritakan masa lalunya. Ia adalah keturunan terakhir keluarga penghasil opium. Dulu, keluarganya kaya raya, tetapi kemewahan itu membawa petaka. Ayahnya meninggal karena overdosis, dan ibunya meninggalkan mereka. Arkhan tumbuh dalam kesepian dan penyesalan.
Aisyah tertegun. Ia tidak menyangka bahwa di balik senyum manis Arkhan, tersimpan luka yang begitu dalam. Namun, ia tetap setia mendampingi Arkhan, berusaha membantunya keluar dari bayang-bayang masa lalu.
Konflik semakin memuncak ketika keluarga besar Arkhan mengetahui hubungan mereka. Mereka tidak merestui hubungan itu karena trauma masa lalu. Aisyah merasa dikhianati. Hatinya hancur berkeping-keping.
Namun, di tengah kepedihannya, Aisyah menemukan kekuatan untuk bangkit. Ia menyadari bahwa cinta tidak selalu berakhir bahagia. Terkadang, cinta juga membawa luka dan kesedihan.
Aisyah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Arkhan. Ia memilih untuk kembali ke Indonesia dengan hati yang hancur, namun dengan jiwa yang lebih kuat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mohon krisannya.