Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Alif Sang Diplomat Muda Indonesia-Turki (18) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Pabrik karpet Turki di kota Danisa, Turki. Doc. IlmaW24

Alif Sang Diplomat Muda Indonesia-Turki (18) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Alif Sang Diplomat Muda Indonesia-Turki (18)

Ankara, kota seribu menara, menjadi saksi bisu pergulatan seorang diplomat muda Indonesia bernama Alif. Dengan semangat membara dan jiwa diplomasi yang mumpuni, Alif bertugas di Kedutaan Besar Indonesia untuk Turki. Ia memikul tanggung jawab besar untuk mempererat hubungan bilateral kedua negara yang kaya akan sejarah dan budaya.

Hari-harinya di Ankara dipenuhi dengan pertemuan-pertemuan penting, negosiasi yang menegangkan, dan tugas-tugas diplomatik yang kompleks. Alif harus pandai menjembatani perbedaan budaya, memahami dinamika politik kedua negara, dan menjaga hubungan baik dengan para pejabat Turki. Di balik senyum ramah dan jas rapi yang selalu melekat di tubuhnya, Alif menyimpan sejuta mimpi dan ambisi untuk Indonesia.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Alif adalah memperkuat kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Turki. Ia harus meyakinkan para pengusaha Turki bahwa Indonesia adalah mitra dagang yang potensial dengan pasar yang sangat besar. Namun, tugas ini tidak semudah yang dibayangkan. Alif harus menghadapi persaingan ketat dari negara-negara lain yang juga tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.

"Ini seperti bermain catur, Pak," ujar Alif pada Dubes Indonesia, Pak Bambang. "Setiap langkah harus dipikirkan dengan matang agar tidak salah langkah."

Pak Bambang tersenyum simpul. "Benar sekali, Alif. Diplomasi itu seperti seni. Kita harus pandai membaca situasi dan menyesuaikan strategi kita."

Suatu hari, Alif bertemu dengan seorang pengusaha muda Turki bernama Zeynep. Ia seorang desainer yang memiliki pabrik karpet warisan orang tuanya. Kini dia juga merambah ke pengembangan butik-butik pakaian muslimah.

Zeynep memiliki ide brilian untuk mengembangkan bisnis fashion muslim dengan menggabungkan kain batik Indonesia dan desain modern Turki. Alif melihat peluang besar dalam kerja sama ini. Ia pun membantu Zeynep untuk memperkenalkan produknya kepada pasar Indonesia.

"Saya sangat kagum dengan keindahan batik Indonesia," ujar Zeynep. "Saya yakin produk kita akan sukses di Indonesia."

Alif mengangguk semangat. "Saya yakin juga, Zeynep. Kerja sama kita akan menjadi contoh yang baik bagi pengusaha muda di kedua negara."

Namun, perjalanan Alif tidak selalu mulus. Ia harus menghadapi berbagai rintangan, mulai dari birokrasi yang rumit hingga persaingan yang tidak sehat. Ada kalanya ia merasa lelah dan putus asa. Namun, semangat nasionalismenya selalu membakar jiwanya untuk terus berjuang.

Ruang kerja Dubes, sore hari. Suasana sedikit tegang.

Alif: "Pak Dubes, saya merasa semakin sulit untuk menembus pasar Turki. Birokrasi di sini sangat rumit dan persaingan dengan perusahaan-perusahaan besar dari negara lain semakin ketat."

Dubes Bambang: (menggelengkan kepala) "Saya tahu, Alif. Diplomasi memang tidak selalu berjalan mulus. Tapi ingat, setiap tantangan adalah peluang untuk kita belajar dan berkembang."

Alif: "Saya berusaha sekuat tenaga, Pak. Tapi terkadang, saya merasa lelah dan putus asa. Rasanya seperti sia-sia saja semua usaha yang telah saya lakukan."

Dubes Bambang: (menatap Alif dalam-dalam) "Alif, ingatlah mengapa Anda berada di sini. Anda membawa nama besar Indonesia. Setiap keberhasilan Anda adalah kemenangan bagi bangsa kita. Jangan pernah menyerah."

Alif: (terdiam sejenak) "Tapi, Pak, bagaimana jika semua usaha saya sia-sia? Bagaimana jika kita tidak bisa mencapai target yang telah ditetapkan?"

Dubes Bambang: (menepuk bahu Alif) "Kegagalan adalah bagian dari keberhasilan, Alif. Yang penting adalah kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan saya yakin, dengan semangat juang yang Anda miliki, kita pasti bisa mengatasi semua rintangan."

Alif: (tersenyum tipis) "Terima kasih atas dukungannya, Pak. Saya akan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk Indonesia."

Dubes Bambang: "Saya percaya pada Anda, Alif. Ingat, Anda adalah duta bangsa. Jadilah contoh yang baik bagi generasi muda Indonesia."

Mereka berdua saling berjabat tangan. Suasana kembali kondusif

Suatu malam, Alif duduk di balkon apartemennya sambil memandang ke arah Masjid Kocatepe yang megah. Masjid Kocatepe adalah salah satu masjid terbesar dan paling modern di Turki. Dibangun pada abad ke-20, masjid ini menjadi landmark utama Ankara. Dengan arsitektur yang megah dan kubah yang besar, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat Ankara. Alif bersyukur berada di kota ini, untuk mewujudkan impiannya.

Ia merenungkan semua yang telah ia lakukan. Ia merasa bangga telah berkontribusi untuk mempererat hubungan Indonesia dan Turki. Namun, ia juga sadar bahwa masih banyak yang harus dilakukan.

"Saya akan terus berjuang untuk Indonesia," gumam Alif dalam hati. "Saya akan membuktikan bahwa seorang diplomat muda Indonesia mampu membuat perubahan yang signifikan."

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post