I Ketut Widiastawa

Menulis adalah tantangan. Merelakan diri lakoni dengan ketulusan hati merupakan sebuah yadnya. Lahir di Bangli 19 Desember 1968. Istrinya, Ni Made ...

Selengkapnya
Navigasi Web

PURNAMA TAK SEINDAH tr

PURNAMA TAK SEINDAH DULU (Pentigraf 149)

Oleh Ketut Widiastawa

T642#H20

Suara langkah kakinya jelas terdengar. Malam sepi. Hanya suara angin menderu. Ketika cahaya purnama menyapu wajah manisnya. Tak ada kata. Hanya suara kaki dan angin beradu. Nia mesti merelakan kekasihnya dinikahkan paksa oleh orang tuanya.

Di tempat ini, di bukit cinta, hati Nia pernah luluh oleh kesederhanaan lelaki hitam manis. Disinilah Nia berketetapan hati untuk menjadikan Surya lelaki pujaan hati. Kala itu purnama begitu sempurna memamerkan tubuh telanjangnya. Cahaya purnama tak pernah bergeser dari atas kepala kami. Dia seakan ga mau ketinggalan menyaksikan kekokohan jalinan cinta kami.

Tampak dari kedua sudut matanya, secara perlahan air matanya meleleh. Setiap kali mau melupakan Jaya, bayangan wajah Jaya tak pernah padam. Walau air matanya terus mengalir, tapi senyum di bibir Nia tetap dipaksakan. "Purnama tak seindah dulu" Bisiknya.

TAMAT

Bangli, 10 Oktober 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post