PENANTIAN TERINDAH
PENANTIAN TERINDAH (Pentigraf 151)
Oleh Ketut Widiastawa
T644
Sudah enam bulan hidupnya terbelengu dalam kecemasan. Makan tak enak. Minum tak haus. Tidur tak nyenyak. Kerja tak betah. Dewa dalam keadaan hati yang terombang-ambing.
Sebagai makluk Tuhan, Dewa sadar bahwa apapun yang terjadi adalah karena kehendak-Nya. Namun, dia tak henti-hentinya memohon pada Hyang Widhi agar harapannya terkabulkan. Karya tulis berupa buku antologi puisi telah digunakan untuk memuluskan tercapainya tujuannya. Persiapan lainnya telah juga dipenuhi. Hampir enam bulan lebih persiapannya. Entah berapa waktu telah dikorbankan. Entah berapa energi yang telah terkuras.
Malam itu Dewa agak telat buka WhatsApp (WA) . Ternyata ada banyak pesan di WA-nya. Yang membuat Dewa bahagia, surat keputusan naik pangkatnya telah keluar. Kabar baik ini dia dapatkan dari temannya yang polos dan baik hati. Kabar ini telah memaksa senyum dan air mata bahagianya keluar. "Penantian terindah tak sia-sia", batin Dewa, seraya bersujud.
TAMAT
Bangli, 12 Oktober 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih pak Dede. Salam literasi.
Pentigrafnya keren
Terima kasih Mbak Risma. Salam sehat sllu.