KONDANGAN (Pentigraf 160)

Oleh Widiastawa

T662

Made akan hadiri acara resepsi pernikahan. Semua sudah dipersiapkan dengan matang. Pakaian kebesaran, hadiah juga amplop. Siang itu Made telah janji dengan teman-temannya. Made hanya mengendarai motor butut. Motor lawas yang masih setia mengantarkan dirinya kemana hendak pergi.

Cuaca pagi itu tampak cerah. Matahari leluasa menyapukan cahayanya ke muka bumi. Hampir tak ada awan merintang. Tampak langit terang benderang. Made dengan penuh percaya diri melarikan kuda jepangnya. .

Sampai di kota Gianyar tiba-tiba motornya mogok. Made langsung meminggirkan motornya. Dia berusaha tenangkan hati. Ada keyakinan bahwa sebentar lagi motornya bakal hidup. Diperiksanya minyak pada tangki. Matanya yang lelah, melihat masih ada minyak di tangki. Lalu dicoba lagi dihidupkan tapi tetap tak berdaya. Seorang lelaki seumuran tiga puluhan mendekat. Lalu juga berusaha membantu tapi tak juga bisa hidup. Begitu diputar gas motornya langsung mati. Saat ditanya terkait minyak, made dengan yakin mengatakan masih ada. Lalu lelaki itu mengecek tangki motornya. "Aduh, tangkinya ternyata kering. Pantas motornya setiap digas langsung mati", kata lelaki itu, seraya menunjuk dagang mimyak yang ada di seberang. Made sangat malu. (T*)

Bangli, 2 November 2002