Siang ini sungguh terasa menyiksa. Panasnya luar biasa membuat bajuku lengket keringat bercampur debu. Sibuk memilah aneka macam barang yang nyaris setahun tak tersentuh. Kulirik wajah suamiku yang sedang menenteng barang untuk dimasukkan ke gudang. Bibirnya terkadang memberengut lucu saat tangan ini gatal menoel pipi gembulnya.

Isi lemari berhamburan di lantai. Baju batik biru penuh kenangan, rasanya begitu berat melepaskan. “Jangan Bi, itu hadiah pernikahan dari Om Sam, biar kusimpan”. Seketika aku protes pada suamiku yang ingin membawa baju itu ke tumpukan barang bekas. Aku memang tipikal orang yang sentimental.

Tiga hari berlalu, saat gawaiku berbunyi. Telpon dari Ibu membuyarkan keasyikanku bermain game buble. Om Sam ternyata sudah berpulang. Kilasan datang mengingat kenangan yang tiba-tiba hadir. Seperti saat Ibu mertua akan meninggal, bayangnya seakan hadir selama berhari-hari. Benarkah itu isyarat yang diizinkan oleh Allah, untukku. Salam perpisahan dari sang calon mayit. Mungkinkah nanti orang-orang yang kusayangi akan merasakan hal itu ketika nantinya waktuku tiba. Kematian pasti datang, entah kapan masih misteri. Bisa hari ini, esok maupun lusa. Mungkin juga kematian masih akan datang belasan bahkan puluhan tahun lagi. Siapkan bekal, perbanyak ibadah dengan khusuk, berbuat baiklah pada sesama. Sungguh indah bagi siapapun ketika dia bisa hidup bermanfaat dan mati husnul khatimah.