Deg Deg Seerrr....
Jumat, 30 Juni 2017. Aku menyudahi mudikku untuk kembali ke pangkuan ibukota. Seperti mudik sebelumnya, aku menggunakan transportasi favoritku, kereta api. Aku melakukan perjalanan dari stasiun Solo Balapan menuju Jakarta menggunakan kereta api eksekutif Argo Lawu. Pukul 08.00 kereta melaju dengan perlahan meninggalkan kota Solo. Aku berada di gerbong 5. Suasana hening, dingin, dan masih banyak kursi kosong, termasuk kursi di sebelah tempat dudukku.
Kira-kira 5 menit selepas dari stasiun Klaten, gerbong kami dikejutkan suara Ibu yang meronta-ronta meminta tolong sambil menangis meraung-raung.
"Tolong, tolooonggg, tolooonggg anak saya..." Teriak sang Ibu menangis histeris sambil berucap kalimat yang sama berulang kali. Sontak kami yang berada dalam gerbong langsung berdiri dan mata kami tertuju pada sumber suara Itu. Ku lihat seorang laki-laki menggendong bocah yang tak bergerak. Hatiku langsung deg deg seerrr tak karuan.
Dalam hitungan detik beberapa orang menghampiri, petugas, dan penanggung jawab kereta api pun datang. Kepanikan menyelimuti gerbong kami. Beberapa ibu yang paham dengan keadaan si kecil langsung sigap memberikan bantuan. Seorang laki-laki berteriak emosi sambil berucap, "mana ini tenaga medisnya?" Seorang petugas menjawab, tenaga medis ada di stasiun berikutnya. Dari pengeras suara pun diumumkan bagi penumpang yang berprofesi sebagai tenaga medis harap menuju gerbong kami.
Sekian puluh detik berlalu. Akhirnya terdengar tangisan bocah kira-kira umur 2 tahunan Itu. Usut punya usut, kondisi bocah ini memang sedang tak sehat, ditambah dengan dinginnya AC dalam gerbong yang mencapai 24 C.
Demi cinta keluarga untuk sang kecil dan khawatir keadaan serupa akan terulang lagi, pihak keluarga sang anak memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Mereka pun turun di stasiun berikutnya, yaitu stasiun Yogyakarta.
Mengapa tidak ada tenaga medis dalam perjalanan kereta? Apa yang akan terjadi bila tak ada satu penumpang pun yang bisa memberi pertolongan sementara?Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Nomor 2 ditunggu ya,bu....(*komunitas pembelajar....)he...he...
Injih Bu.... Super banget temen2.... Tulisan, semakin sering dibaca, semakin merasa masih ada yang kurang.
Darurat. Kedaruratan memang sering tidak menjadi prioritas pemerintah. (Kereta api red.). Khawatir menghakimi. Tapi kenyataannya kita kurang memperhatikannya.
Betul Pak Yudha.. Darurat... Tak diduga, tak disangka, tapi terjadi.. Tergelitik saat cerita pada temen... Perlu nih usul untuk pemerintah pentingnya tenaga medis dalam perjalanan yang cukup panjang.
Bagi pemudik yang bijak harus melihat situasi dan kondisi kesehatan keluarga dan tetap harus mempersiapkan obat obatan sebagai pertolongan pertama
Siipp Ibu....
Nomor dua disusulkan aja g pp bu kl msh ada, saya juga kalau menulis tambal sulam ..he..he Bagus bu Muslikah...
Siipp Bu.... Suwun saranipun....
Semangat Bu, kita sama-sama pembelajar.
Siiippp Bu....
No 2 nya apa, Bu?
Seharusnya no. 2 pertanyaan yang kedua, namun tersambung di pertanyaan no. 1....hehehe... Masih harus membiasakan belajarnulis, hiekksss.....
Tindakan cerdas. Segera atasi keadaan. Walau harus sabar tunda keberangkatan. Pengalaman yg bermanfaat. Salam.
Betul banget... Seluruh rombongan keluarga turun, walaupun lebih dari 6 orang.