IIS MAISAH

Mengajar di SMP Negeri 2 Katapang Kab Bandung...

Selengkapnya
Navigasi Web

artikel perjalanan hidup masih panjang

Hidup menjadi seorang guru itu bukan cita-cita tetapi pilihan terbaik buat saya, karena sebelumnya tidak terpikirkan untuk mnjadi seorang guru. perjalan untuk menjadi seorang guru sangat berat, saya waktu kecil terbayang berbicara di depan orang banyak, dihadapan siswa, dan sebagainya, berbeda dengan kerja di belakang meja. perjuangan, pengorbanan semasa remaja seakan tak teralami seperti para remaja pada umumnya.

Hal tersebut dimulai sejak saya keluar sekolah dasar, yang harus jauh dari orang tua, mengikuti keinginan kakak, orang paling dituakan dikeluarga untuk mengikuti dirinya tinggal di Bandung yang bertolak belakang dengan hati saya. sejak itulah saya disekolahkan di SMP dengan jarak dari rumah kakak ke sekolah cukup jauh kalau harus berjalan kaki. tetapi saya jalani dengan ikhlas, yang namanya tinggal tidak dengan orang tua tentu semua juga maklum tak senyaman seperti tinggal di rumah sendiri. usia seumur 12 tahun harus melakukan semua pekerjaan layaknya orang dewasa, pekerjaan rumah tangga, mengurus keponakan dan sebagainya sayalah yang melakukan itu semua. bangun jam 04.00 pagi hari harus ke dapur masak, mencuci, beres-beres rumah itu semua saya kerjakan yang penting bisa pergi ke sekolah dan tidak kesiangan.

Saya bisa ke sekolah dengan tepat waktu, walaupun kaki terasa sakit karena harus berjalan kaki dan perut terasa lapar walaupun saya sudah masak tetapi tidak sempai sarapan. selama tiga bulan saya melakukan aktivitas tersebut, mulailah badan saya sudah tidak tahan. saya sakit hampir satu bulan karena tipes, yang membuat saya sedih ketika sakit bukannya diurus oleh kakakku malah dimarahin, dia menyangka saya tidak bisa mengurus diri sendiri. saya tidak menyalahkannya karena saya tahu dia sibuk bekerja dan tidak memperhatikan keadaan di rumah dan tidak tau bagaimana kegiatan saya sehari-hari. dia mempercayakan pada istrinya yang sama sebagai guru. orang tua saya yang tinggal di Tasikmalaya pun tidak tahu apa saja yang dilakukan saya selain sekolah. mereka menganggapnya kakak dan kakak iparku sangat memperhatikanku. walaupun sebenarnya orang tuapun bukan tidak mampu untuk menyekolahkan, di kampung orangtua termasuk orang yang terpandang atau orang yang berkemampuan tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya, tetapi karena keinginan kakakku yang ingin berbakti kepada orangtuanya ingin membantu menyekolahkan saya di Bandung.

Tiga tahun sudah saya tinggal di Bandung, dengan segala kisah-kisah yang penuh dengan keprihatinan, dan duka yang tidak terungkapkan. Tes masuk SMA dimulai saya senang sekali masuk ke SMA negeri, tetapi karena sekolahnya jauh, mereka memutuskan untuk memasukan saya ke sekolah guru atau SPG, tanpa bertanya dulu. mereka mengatakan "Enak di SPG sekolahnya siang dekat bisa santai dulu dari rumah tidak terburu-buru." yang namanya orang numpang, dan merasa mereka yang mengurus tidak bisa menjawab "Tidak" hanya manggut saja menuruti apa yang mereka katakan.

Akhirnya saya masuk SPG di Bandung, aktivitas selain sekolah tidak ada perubahan malah tanggung jawab saya tambah besar, kakakku mempunyai 3 orang anak yang masih usia balita. selain mengurus rumah juga harus menjaga ketiga anaknya dari mandi, makannya sampai mau sekolah saya yang mengantar. Allhamdulillah Alloh memberikan kesehatan, kekuatan dan kesabaran yang begitu besar kepada saya. barus saya menyadari bahwa saya dianggap keberuntungan bagi mereka karena selama saya berada di rumah tersebut pekerjaan sudah teratasi semua, kegiatan tersebut terus berlangsung selama saya berada bersama mereka, tapi saya merasa senang dapat bermanfaat bagi mereka, walaupun masa remaja,masa bergaul dengan teman sebaya sudah lewat, bisa disebut orang tidak punya teman, yang hanya di sekolah saja bisa berteman, dan tidak boleh membawa teman ke rumah.

Masa sekolah SPG telah selesai, selama 6 tahun saya mengabdikan diri kepada kakakku di rumah tersebut dengan penuh kesabaran, akhirnya kisahku ini tercium oleh ayahku di Tasikmalaya, entah tau dari siapa segala aktivitas keseharianku mereka mengetahuinya. mereka merasa tersinggung dan marah, melihat kondisi saya badan kurus, pendiam dan tidak banyak bicara. walaupun kalau pulang setiap tahun ke Tasik saya tidak memperlihatkan dan tidak pernah bicara bagaimana keseharian saya. karena kalau bicara sedikit saja tentang keadaan di Bandung saya langsung di marahin kakakku.

Setekah orang tua tahu keadaanku barulah mereka bertindak, dan menjemput saya untuk pulang ke Tasikmalaya. sayapun menurut saja, karena dalam pikiran saya Allhamdulillah berari masa-masa keterkekangan saya akan berakhir. ternyata benar saya tinggal lagi dengan orang tua, dan mendaftarkan diri kuliah di Unsil dengan jurusan pendidikan karena saya dari SPG. mulai dari situ saya merasa hidup yang sebenarnya, saya kuliah dengan tidak ada beban di rumah, tanpa pekerjaan yang membuat saya seperti ibu-ibu bukan waktunya. orang tua sangat menyanyangiku dengan membelikan kendaraan untuk ke kampus, dan segala urusan sekolah mereka penuhi. selama kuliah di Unsil saya jalani dengan nyaman, tenang dan mulai banyak teman.

tiga semester kuliah di Unsil, mulailah kisah lama terulang kembali, entah bagaimana caranya sang kakak menyakinkan kepada orang tua agar saya pindah lagi ke Bandung. saya juga tidak paham mengapa kalu kakakku yang berbicara semua menurut termasuk ibuku, sedangkan bapakku masih ragu dan seolah-olah tidak setuju, tetapi akhirnya setuju juga. aku juga tidak bisa menolak hanya mengikuti semua apa yang dikatakan oleh mereka, walaupun dalam hati kecilku mengatakan tidak.

dari situ pindahlah kuliah saya ke universitas swasta di Bandung, dan kebetulan kakakku juga sebagai stap pengajar disitu. masuk ke universitas tersebut tanpa tes dan hanya membayar pendaftaran saja melanjutkan ke semester 4.

Sudah satu semester kuliah, kakakku berencana ingin mempunyai seorang anak lagi, saya mulailah sadar mengapa saya di bawa lagi ke Bandung, ternyata sambil kuliah bisa membantunya mengurus anaknya lagi yang bayi, betul juga prasangka saya memang benar. ketika melahirkan anaknya yang ke empat, saya lah yang merawatnya, sehingga ketika anaknya baru dilahirkan 2 bulan harus ditinggalkan naik haji. dari situlah saya mengurusin bayi layaknya seorang ibu, dari pagi hingga pagi lagi, mengurus seorang banyi. untungnya karena salah anak terkecil dan tidak punya adik, senang sama banyi, maka saya anggap jadi hoby saja supaya hati saya dapat terbuka dan tdk merasa terbebani.

Pulang menunaikan ibadah haji dan kakakku pulang, dengan senang saya mulailah aktivitas perkuliahan dimulai lagi walaupun sering tertinggal, sambil kuliah saya selalu berpikir kalau aktivitas sehari-hari saya seperti itu, kapan masa depanku terpikirkan, dan bagaimana caranya. maka saya memberanikan diri berbicara dengan kakakku untuk bekerja sambil kuliah, dan tolong carikan pekerjaan yang cocok, kebetulan kakak mempunyai posisi yang baik di universitas. akhirnya saya ditempatkan di Koperasi Universitas memengang pembukuan. dari situlah saya mulai mempunyai kegiatan lain selain di rumah,

Setelah lulus kuliah, saya tetap bekerja dari jam 08.00 samap ke rumah 17.00, kakak iparku sering mengeluh dan marah, mungkin karena kurang membantu di rumah. pokoknya tinggal di rumah tidak nyaman, walaupun saya sebelum bekerja tidak pernah melupakan tugas rumah dulu tapi tetap saja perlakuannya berbeda. yang akhirnya suatu ketika mere akan pergi Tour ke Siangapur, dan Benlada selama 2 minggu. dengan terpaksa sayalah yang mengurusin rumah tangga mereka menyuruh cuti dulu bekerja. akhinya saya cuti bekerja dan merawat anak-anak dan rumah lagi. sesampainya dari Tour juga tetap tidak memperbolehkan saya masuk kerja, hingga satu tahun saya hanya di rumah saja kegiatan rutinitas ibu rumah tangga walaupun saya belum berumah tangga.

Kejadian tersebut terulang lagi dan terdengar oleh keluarga di Tasik, mulailah orang tua datang menanyakan kelanjutan nasib saya. terjadlah perselisihan besar di situ, antara kakakku dan orang tuanku, mereka mempertentangkan kelanjutan nasibku mau diapakan, bagaimana keinginan kakakku dan apa sebenarnya niat membawaku lagi ke Bandung hanya untuk dijadikan pengasuh anak-anaknya. sampai menanyakan bagaimana jodohnya. kakakku hanya terdiam dia baru menyadari dak tidak tau sikap istrinya terhadap saya hanya untuk memanfaatkan, sayang dan baik itu karena ada maksud tertentu.

Karena menyadari kesalahannya, akhirnya saya mulai ngajar sebagai guru honorer di SMA, dengan hati senang akhirnya saya menjadi guru, kegiatan di rumah mulai mengurangi dan siap untuk memikirkan kelanjutan hidup. orang tuapun mulai ikut memikirkan masa depan saya dengan memulai mencari pasangan hidup, walaupun sebenarnya selama saya di Bandung saya sudah mempunyai teman laki-laki, yang saling berkomunikasi terus. tapi setelah saya mengenalkan laki-laki tersebut orang tua dan semua saudaraku tidak menyetujuinya, karena mereka tahu sifat keluarganya.

Sejak itu orang tuaku mulai menyarankan seorang laki-laki yang akan dijodohkan dengan saya, dia laki-laki sedaerah denganku di Tasikmalaya, orang tus kakak-kakak sudah setuju dengannya. sayapun melihat orangnya memang baim Sholeh dan kuat agamanya, sayapun menyetujui yang mereka sarankan. tiga bulan lamanya saya saling mengenal akhirnya saya menikah sampai sekarang dan dikaruniai 3 orang anak, kami hidup bahagia.

inilah pengalam hidup yang penuh dengan liku-liku kehidupan, tetapi saya bersyukur dengan aktivitas saya selama masih sendiri, menjadikan pedoman bagi saya dan pelajaran dalam menjalani kehidupan, bisa mandiri tanpa membebankan orang lain.

kisah dapat diteruskan karena ini masih panjang untuk diceritakan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar bias pengalamannya bu. Saya turut prihatin bu Iis. Tapi semangat ya.

16 Jun
Balas



search

New Post