Saat Hati Istri Terluka
Ada seorang istri meminta tolong kepada suaminya untuk melakukan sesuatu.
Lalu dijawab, "Ntar!"
Dan jawaban 'Ntar' itu entah kapan ia kerjakan. Bisa besok, besoknya lagi atau bahkan tidak dikerjakan sama sekali.
Sekalinya si istri meminta untuk dikerjakan saat itu juga, maka harus di lalui dengan 'perdebatan' hingga ujungnya si istri lelah dan sangat menyesal karena telah meminta tolong kepada suaminya.
Sesaat setelah perdebatan si istri sedih, kenapa saat ia meminta tolong kepada suaminya bahkan untuk hal-hal sepele, permintaanya itu tak lekas dikerjakan oleh suaminya, sekalipun ia telah meminta tolong secara baik-baik. Tapi jika teman-teman suaminya yang meminta tolong kepada suaminya, langsung ia kerjakan.
Pada akhirnya, si istri pun KECEWA. Ia pun berniat di dalam hatinya untuk tudak akan pernah meminta tolong selama sesuatu itu bisa ia kerjakan sendiri.
Dan kalian tahu apa yang terjadi?
Si istri menjadi sosok yang sangat MANDIRI. Segala sesuatu ia kerjakan sendiri, bahkan untuk pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh seorang lelaki.
Saat itu suami merasa tenang dan aman, karena sekarang ia sudah TIDAK DIGANGGU oleh permintaan tolong sang istri. Namun, lambat laun si suami merasa ia seperti kehilangan FUNGSI dirinya di dalam rumah tangga yang tengah ia bangun. Ia merasa menjadi sosok yang TIDAK DIBUTUHKAN, bahkan oleh anaknya sendiri. Karena sang anak selalu meminta segala sesuatu kepada ibunya, bukan pada ayahnya.
Ingatlah, wahai para suami saat istrimu meminta tolong padamu lekas penuhi permintaanya. Engkau tidak tahu betapa lelahnya ia bekerja, betapa pikirannya sangat letih memikirkan segala sesuatu untuk keperluanmu dan juga anak-anakmu, betapa hatinya begitu rapuh saat mendengar bentakan dan penolakanmu.
Mungkin saat ini kau melihat istrimu baik-baik saja, padahal hatinya hancur saat kau menunjukkan SIKAP TAK PEDULIMU padanya.
Kau selalu menuntut agar anak-anakmu menajdi anak yang ceria dan penyanyang. Tapi bagaimana mungkin anak-anakmu akan senang, jika dirimu saja TAK MAMPU menyenangkan istrimu, ibu dari anak-anakmu. Bagaimana mungkin anak-anakmu menjadi penyayang jika dirimu saja TIDAK menunjukkan rasa kasih sayang pada keluargamu.
Sarongge, 13 April 2021
-1 Ramadhan 1442 H-
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar