Memaafkan Tak Berarti Melupakan

Oleh: Ii Istiqomah

Klunting... Klunting...

Deretan pesan membuat handphone berwarna hitam yang terbaring di atas meja rias berbunyi. Dengan ragu, tangan Lisah perlahan mengambil handphone milik suaminya itu. Jemarinya nampak mengetikan beberapa angka yang digunakan sebagai password untuk membuka layar handphone yang terkunci. Dengan telunjuk lentiknya Lisah membuka aplikasi chat bergambar telepon warna hijau. Tidak ada chat yang 'aneh' pikirnya, sambil men scroll beberapa chat untuk suaminya.

Tanpa Lisah sadari, Aldi suaminya sudah berdiri di belakang tubuhnya. Dengan cepat ia merampas handphone yang berada di tangan Lisah, istrinya. "Kamu apa-apaan sih? Lihat handphone ku tanpa ijin?" Seru Aldi, dengan wajah kesal. "Emangnya di handphone kamu ada apa??" Lisah balik bertanya. "Ya gak ada apa-apa lah!" Jawab Aldi ketus. "Kalau gak ada apa-apa kenapa kamu harus marah?" Lisah menahan butiran bening yang sudah menghangat di sudut matanya. "Sikapmu tuh, kayak anak kecil!" Aldi sedikit berteriak.

Lisah terdiam persekian detik, air matanya sudah tak bisa ia bendung. Dengan suara serak ia berkata "Kamu tahu, kenapa aku melakukan hal itu?" Aldi memalingkan wajahnya pertanda ia tak tahu. "Aku pernah percaya seratus persen sama kamu, tapi ternyata kamu selingkuh di belakangku!" Lisah menangis tersedu mengakhiri kata-katanya. Aldi diam seribu bahasa. Ucapan istrinya tidaklah salah. Dulu, memang ia pernah bermain api di belakang istrinya. Ia pun sangat menyesali perbuatannya. Ia sadar bahwa kepercayaan itu ibarat kertas, sekali dirusak maka ia tak dapat kembali pada bentuk asalnya. Ia tahu istrinya sudah memaafkan kesalahannya, tapi ia sadar bahwa istrinya tak mungkin melupakan kejadian yang pernah membuat hatinya terluka.

NB: Cerita ini hanya fiktif.

Sarongge, 31 Maret 2021