Hasil Survey Karakter SD-MI Terindikasi Pengerjaan oleh Pendidik
#TantanganGurusiana
Tantangan hari ke-101
Asesmen survey Karakter (SK) berisi tentang profil pelajar Pancasila. Yaitu beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, gotong royong, kreativitas, nalar kritis, kebinekaan global, dan kemandirian. Enam hal itulah yang disurvey kepada siswa. Ini dilakukan secara masif. Sehingga seluruh peserta didik secara serentak disurvey karakternya. Hasilnya sebagai informasi kepada sekolah dan dinas pendidikan tentang keadaan karakter siswa.
Yang disurvey dari iman dan takwa yaitu karakter siswa yang berhubungan dengan itu. Untuk gotong royong yaitu mensurvey siswa dalam hal kesediaan dan pengalaman berkontribusi dalam kegiatan. Ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi lingkungan fisik dan sosial. Kreativitas itu berkenaan dengan yang disenangi dan pengalaman siswa. Tujuannya untuk menghasilkan pemikiran, gagasan, serta karya yang baru dan berbeda dengan yang lain.s
Selanjutnya, survey nalar kritis siswa. Ini berhubungan dengan kemauan dan kebiasaan siswa. Yaitu dalam hal membuat keputusan yang etis. Tentunya sesuai dengan analisis logis dan pertimbangan yang objektif atas berbagai macam sbukti dan perspektif. Kebinekaan global berisi tentang ketertarikan siswa terhadap hal-hal keanekaragaman diberbagai negara. Selain itu, siswa disurvey kepeduliannya terhadap isu-isu global. Selanjutnya, kemandirian yang disurvey tentang kemauan siswa dan kebiasaan untuk mengelola pikiran, perasaan, dan tindakan untuk mencapai tujuan belajar dalam berbagai konteks.
Proses asesmen nasional (AN) telah selesai. Salah satunya survey karakter sudah didapat hasilnya. Kemendikbud Riset dan Teknologi merilis hasilnya dalam pemenuhan profil Pancasila berbentuk prosentase. Hasil karakter tersebut untuk sekolah dasar (SD)/MI cukup tinggi. Namun, terdapat indikasi pengerjaan oleh pendidik. Memang hanya sebatas indikasi. Tetapi ini mengarah pada sesuatu yang tidak baik. Artinya bahwa ketika siswa melaksanakan survey karakter, pendidik ikut memberikan jawaban. Bisa berupa jawaban langsung atau menggiring siswa untuk menemukan jawaban. Jika demikian, maka data yang diperoleh untuk diidentifikasi, direfleksi, dan dibenahi tidak akan tepat. Karena data yang diperoleh tidak sesungguhnya yang terjadi.
Adanya fakta di atas menandakan bahwa pendidik tidak mau jika hasil siswanya jelek. Padahal AN dilakukan bukan untuk memvonis sekolah itu nilainya jelek. Melainkan untuk mengidentifikasi dan kemudian memperbaikinya akar masalah yang terjadi pada sebuah satuan pendidikan. Selanjutnya dicarikan solusi untuk memperbaikinya. Tujuannya supaya mutu pendidikan di Indonesia terus meningkat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Itulah real fact pendidikan di indonesia, banyak yang tidak ingin sekolahnya menjadi yg terjelek bila mengisi angket dg jujur. Perlunya mengubah pola berpikir spt bila pendisikan Indoneaia ingin berubah.
Salam literasi
Salam literasi juga bu brow
Salam literasi juga bu brow
Alhamdulillaah, keren mantap ulasannya, sehat sekeluarga dan sukses pak Imam
Salam literasi dan selamat menunanikan ibadah puasa bu brow
Benarkah demikian? Mungkin maksudnya agar sekolahnya tidak kelihatan tertinggal. Ada-ada saja. Sukses selalu buat Bapak.