Tantangan Hari ke-203

#TantanganGurusiana

Di pasar, saya sering melihat ubi kayu dijual. Harganya juga murah. Tapi ubi yang saya lihat di pasar rata-rata berukuran kecil sampai sedang. Kalau pun ada yang besar, itu jarang-jarang didapat.

Beberapa hari yang lalu, setelah saya dan suami selesai menanam stek ubi kayu di ladang kami, kami mengaso di depan rumah teman. Di situ kami lihat ada pisang kepok satu tandan dan juga ubi kayu. Ternyata mereka baru panen. Lalu kami coba makan pisangnya yang tidak terlalu matang, dan rasanya enak. Tidak ada batunya satupun. Karena enak, kami beli 2 sisir dengan harga kawan. Dua sisir dapat 20 ribu. Ditambah bonus ubi kayu super jumbo.

Awalnya kami ingin mengolahnya menjadi kolak pisang. Tapi tidak jadi. Kemarin dan tadi siang gadis saya yang masih SMP membuat goreng pisang dan godok-godok. Rasanya manis. Jadi ingin nambah lagi. Tapi sayang pisangnya sudah habis. Tinggal si super jumbonya. Sekarang bagian saya mengeksekusinya. Ubinya saya kupas, lalu saya kukus. Rasanya...manis. Padahal belum dicampur gula.

Saya jadi teringat masa kecil saya. Di rumah, sering sekali dimasak ubi. Kalau ubi kayu, biasanya dicampur dengan gula pasir. Panas-panas dimakan rasanya sedap. Sekarang giliran saya yang buat seperti itu untuk anak-anak.

Medan, 9 September 2020