Ibnu Tamyiz, S. Ag.

Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif 02 Bajing Kulon Kroya Cilacap...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENCURI SANDAL KYAI

MENCURI SANDAL KYAI

MENCURI SANDAL KYAI

Malam itu gelap gulita karena malam tiada berbintang dan juga tiada rembulan. Kondisi seperti ini menjadi kesempatan emas bagi Sarik untuk melancarkan aksinya, setelah sekian lama mengintai sasaran yang empuk untuk dimangsa. Usai maghrib Sarik merencanakan aksinya dengan terlebih dahulu sembunyi ditempat yang sepi, gelap dan jauh dari jangkauan manusia. Di tempat persembunyiaanya tersebut, sambil rebahan Sarik mereka-reka rencana dan menerka segala kemungkinan yang terjadi dan langkah apa yang harus dilakukan.

Rencana tinggal rencana, ternyata dalam rebahan di tempat persembunyiannya Sarik terlelap tidur. Dalam tidurnya Sarik bermimpi bertemu dengan seorang berbaju putih bersih, wibawa, dan sangat kharismatik, sehingga membuat Sarik merasa kikuk, dan salah tingkah. “Sedang apa kau disini ?”, tanya orang tua itu. “Saya .. saya akan mencuri di rumah itu pa tua”, jawab Sarik sambil gemetar. “Lha, kenapa kamu harus mencuri, apakah kamu tidak kasihan terhadap orang yang dicuri itu? apakah kamu tidak kerja sehingga mencuri ?”, tanya pa tua itu.

Dicerca dengan pertanyaan yang beruntun itu, Sarik semakin gemetar dan menjawab, “Gih pa tua, saya bekerja disiang hari, tapi saya merasa selalu kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari dan gatal rasanya kalau tidak mencuri, serta hidup saya tidak tenang pa tua,”jawab Sarik. “O begitu, apakah kamu ingin berhenti mencuri, dan hidup tenang?” tanya pa tua. “Ya, pengin pa tua”, jawab Sarik. “Curi itu sandal Kyai Ahmad”, ucap pa tua. Setelah mengucap kata terakhir, seketika pa tua menghilang dan Sarik serta merta bangun sambil mengusap-ngusap matanya dan mengamati sekitar.

Dengan terbengong dan rasa tidak percaya terhadap mimpi yang baru saja ia alami, Sarik berpikir; siapakah orang yang datang dalam mimpiku, mengapa dia menyuruh aku mencuri sandal Kyai Ahmad, bukankah sandal Kyai Ahmad Imam mushola itu hanya sekedar sandal bakyak yang sudah tua, apa untungnya dan untuk apa mencuri sandal yang tidak ada harganya. Dalam kekalutan berpikir, tidak terasa malam berganti fajar dan terdengar suara kokok ayam sehingga mengagetkan Sarik, sehingga dia memutuskan untuk segera pulang sebelum adzan subuh mengumandang.

Pagi, siang dan sore hari itu Sarik termenung tanpa banyak kata, ia memikirkan kejadian semalam dan pesan yang disampaikan oleh pa tua. Akankah aku mencuri sandal bakyak Kyai Ahmad itu, lalu setelah aku curi untuk apa ?. Sore menjelang dan maghribpun sebentar kan datang. Sarik dengan tegas mengambil keputusan untuk melakukan apa yang menjadi pesan dari pa tua tadi malam, apapun yang terjadi akan aku lakukan.

Tidak seperti biasanya, malam itu Sarik sudah berkemas-kemas dan berpakaian rapi untuk ke mushola menjalankan shalat Isya. Sampai ke musholla Sarik masuk ke tempat wudlu sambil mengamati sandal Kyai Ahmad yang sudah tertata rapi di halaman mushola. Shalat Isya selesai tanpa wirid dan doa, Sarik langsung beranjak pulang dengan maksud langsung mengambil sandal bakyak Kyai Ahmad. Dengan menggembol sandal bakyak di sarung, Sarik berjalan pelan sambil menjaga agar sandal bakyak Kyai Ahmad tidak jatuh. Selamatlah misi Sarik untuk mencuri sandal Kyai Ahmad sampai ke rumah.

Di rumah, Sarik menaruh sandal bakyak tersebut dengan rapi di bawah bantal. Malampun datang, Sarik terlelap dalam tidurnya dan tidak terjadi apa-apa pada malam itu. Malam ke dua di lalui dengan hal sama dengan malam yang pertama. Dalam hati Sarik berkata, apa benar apa yang aku lakukan ini ? untuk apa sandal butut ini ? apakah akan aku kembalikan lagi sandal ini ?

Pikiran itu terus bergantian muncul, dan menanyakan kembali kemana pa tua yang muncul pada malam itu. Sampai malam memikirkan hal tersebut akhirnya Sarik tertidur dengan lelapnya. Dalam malam yang ketiga ini pa tua itu muncul lagi dalam mimpi Sarik. “Assalaamu’alaikum ... “, sapa pa tua dalam mimpi pa Sarik. “Walaiakum salam ....”, jawab Sarik dengan cekatan karena sangat mengharapkan kedatangan pa tua itu. “Pa Tua ... saya sudah mencuri sandal Kyai Ahmad, ini buktinya ... tapi mengapa apa yang aku alami tidak berubah, masih saja kekurangan, masih ingin mencuri dan hidup belum merasa tenang”, sergah Sarik dalam mimpinya.

“ Ha ha ha ha ... “, tawa menggelegar dari pa tua melihat sikap Sarik. “Kamu mencuri sandal bakyak butut Kyai Ahmad itu?”, tanya pa tua. “Iya ... ini buktinya. Dan inikan perintah pa tua waktu itu”, jawab Sarik. “Sariiiik Sarik.. sampai kapanpun kalau kamu mengambil sandal bakyak butut itu tidak ada faedahnya bagi dirimu dan keluargamu. Dengar ya Sariik, coba kamu amati, apa yang dilakukan oleh Kyai Ahmad, dengan sandal itu, dengan bakyak itu. Bukankah Kyai Ahmad, pagi-pagi benar menjelang subuh sudah menggunakan sandal bakyak itu untuk shalat di musholla, sore setelah bekerja juga hal sama ia lakukan untuk melaksanakan shalat Ashar, Maghrib sampai Isya, kemudian ditambah pengajian rutin dan sebagainya. Iya tidaaaak ?, tanya pa tua pada Sarik.

Dengan di akhiri nada yang meninggi dari pa tua tersebut, Sarik sontak bangun dari lelap tidurnya. “Astaghfirullahal adziim ....”, ucap Sarik dengan nada rendah. Terimakasih pa tua, telah menasehatiku. Pagi benar menjelang subuh Sarik pergi ke musholla dan menemui Kyai Ahmad, meminta maaf dan menyerahkan kembali sandal bakyak butut yang ia curi sambil menceritakan perjalanan mimpi bertemu dengan pa tua.

Sabtu, 26 September 2020, 23.00

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dasar si Sarik.. hehe,,, Sukses selalu

27 Sep
Balas

Sarik sarik ada-ada saja ...mantap ceritanya....salam literasi

27 Sep
Balas

sarik juga manusia kadang terlena dan terjerumus..smg kita sll menjadi hamba yg bersyukur..mantaps pak Ibnu..sukses sll

27 Sep
Balas

Bagus ceritsnya pak ibnu

27 Sep
Balas



search

New Post