Isi piring Pengganti Kesahnya
Han, Hania!
Suaranya lantang terdengar dari bilik kamar mandi. Aku hapal betul pemilik suara itu. Siapa lagi klo bukan Dia. Pasti seperti yang ada dalam bayang pikiranku. Segera aku keluar dari kamar mandi, menyusul menemuinya. Hampir saja tak jumpa. Dia sudah membalikkan badan usai meletakkan sesuatu di meja ruang tamu. (Ha, ha, benar saja)
"Hai !" Dengan senyum mengembang aku menyapa. Dia balik badan, membalas tersenyum.
"Nti piringnya balikin kalo sudah banyak ya!"
Dia berlalu belum sempat kuucap terima kasih padanya.
Dia yang biasanya kala senggang ke rumah tuk selalu berbagi kesahnya. Ada saja yang akan diceritakannya. Bukan gosip atau ghibah, bukan!. Dia akan cerita tentang dirinya. Apa yang dirasakannya, dari yang tak bisa tidur, dari rasa takutnya yang tiba- tiba datang . Kepalanya yang selalu seperti ada serangga kemarau yang tak henti bersuara. Atau bagian pahanya yang terasa seperti ada aliran beras. Bla bla.
Pokoknya dalam dirinya merasa tak ada sehat-sehatnya.
Aku mungkin salah satu pendengar setia kesahnya. Aku hanya bisa memberikan saran," lawan jangan larut dalam perasaan, jangan banyak pikiran, jangan menumpuk sampah di pikiran, banyak istigfar, dzikrullah, ada reski berbagi bla bla".Hanya kata -kata penguatan tuk membangkitkan semangat hidupnya.
Dia yang sejak melahirkan putra pertamanya mengalami baby blues. Ketakutan berlebih pada bayangan kesakitan melahirkan. Tertekan karena babynya menangis terus sepanjang malam, baru bisa tidur jelang fajar, Itupun yang bisa menidurkan kakeknya dalam pangkuan. Putranya yang disunat diusia sebulan karena saluran kencingnya tidak lancar. Perasaan membesarkan putra semata wayangnya sendirian. Fobianya pada benda- benda memantul seperti bola bekel, suara ribut anak dan tingkah anak bermain. Semua tidak ada yang benar dipikirannya. Tak boleh ada suara berisik termasuk musik. Apalagi jika suaminya ada yang mengusik. Akan hilang kendalinya. Pikirannya ngelantur kemana- mana.
Itulah hari-harinya. Sakit tak berpenyakit kata dokter yang menanganinya. Berbagai pengobatan juga sudah dilalui dari medis hingga non medis. Dokter umum, dr syarat, dr kandungan sudah dijelajahinya. Berujung nihil keluh kesahnya tetap sama.
Hingga 3 tahun lalu, 2 bulan menjelang romadhon kondisinya drob. Fisiknya lemah tak berdaya. Mungkin sudah di titik nadirnya. Romadhan di rumah sakit. Pulang dari rumah sakit "tirah" di rumah saya. Alhamdulilah lebaran 2017 awal kebangkitannya. Dia mulai bisa tegar memulaii hari-harinya walau masih dengan kesahnya. Dia butuh mengibur diri!
Dia yang saat masa remajanya periang ,mudah bergaul, kompak dan rukun dalam persaudaran dan pertemanan. Wajar jika temannya banyak, terlebih adanya kecanggihan alat komunikasi. Akan mudah baginya menemukan di mana temannya. Dan selalu ada waktu bersama untuk kumpul teman atau saudaranya. Itu semua bagian dari obatnya. Kesembuhannya ada dalam kebersamaan dengan mereka.
Aku pun tak perlu mencarinya jika agak lama dia tak muncul ke rumah. Aku akan menemukan dia dalam postingan foto bersama teman- temannya. Entah itu di reuni, hajatan atau belasungkawa. Dari satu kota ke kota lain, di kunjunginya bersama kawan kawannya dan restu suaminya. Eksisnya adalah tanda dia sehat dan bisa dipastikan pulangnya juga akan ke rumah bersama oleh-olehnya.
Lockdown dan stay at home dampak covid 2019, Membuatku sedikit menghawatirkan kesehatannya, mengingat dia tidak bisa eksis mengekspresikan kebersamaan dengan teman dan sahabatnya. Namun rupanya sedikit khawatir itu tak bisa jadi alasan mendasar. Dalam stay at home, dia masih selalu saja datang ke rumah yang jaraknya tak kurang dari 100m.
Tiap kali datang ia selalu membawa kesahnya (bukan dalam curhatan sakitnya) tapi dalam piring serta isinya.
Pertanda Dia baik -baik saja.
Alhamdulillah.
Oh iya, kukembalikan piringmu nanti setelah numpuk rak piring dapurku.
Semoga Allah selalu memberikan kesehatan padamu serta keluargamu. Bahagia selalu.Adikku ( wiwin Hidayatin)
Ayo semangat sambut Ramadhon dengan semangat. Abaikan corona biar kan dia pergi dengan sendirinya.
Husnul Hafifah
Baiti,17042020
#menunggu Ramadahan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Paparan yang bikin hati terenyuh, namun akhirnya jadi adem. Ini kejadian yang langka, karenanya amat manfaat dan solutif untuk hadapi kejadian serupa. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Trims bun, itu riel hidup adik saya.semoga bunda jg selalu sehat dan diberi keberkahan dlm hidup.
Masyaallah...jadi terharu