SEPENGGAL CERITA DI PAGI HARI
Tantangan Menulis Gurusiana hari ke- 10
Siswa-siswa di madrasahku berbaris di halaman. Dengan penuh keceriaan satu persatu mereka berbaris dengan tertib. Tidak ada yang istimewa pada pagi itu. Semua berjalan seperti biasanya.
Suka dan duka menjadi seorang guru. Apalagi jika mengajar di kelas satu. Siswa yang pola tingkah lakunya setingkat lebih maju dari siswa Taman kanak-kanak. Merasa rindu ketika sudah berjauhan, teringat dengan tingkah laku lucu mereka. Terkadang kesal dan jengkel dalam hati ketika mereka tidak menghiraukanku sedang menerangkan pelajaran.
Seorang siswa datang kepadaku. Sambil menangis dia memegang bibirnya yang sudah berdarah. Namanya adalah Runi. Siswa kelas satu yang ceria dan lucu. Pagi itu dia terjatuh karena berebut masuk ke dalam kelas. Bibirnya luka akibat berbenturan dengan kawan sekelasnya.
Ku bersihkan luka di bibir Runi dengan kapas. Agak sedikit bingung bagaimana cara mengoleskan obat luka di bibirnya. Jika ku oleskan obat luka untuk menghentikan darahnya, takutnya akan termakan oleh Runi.
Ide itu datang tanpa diundang. Akhirnya ku olesi bibir Runi dengan sedikit gula. Ku teringat ucapan seorang bidan dekat rumahku. Jika pasiennya terluka di daerah mulut, pertolongan pertama adalah dengan mengolesinya dengan gula. Gula adalah zat yang berguna untuk menahan keluarnya darah di mulut yang terluka.
Dengan beriringan, ku berjalan ke kelasnya Runi. Di kelas aku melihat seorang siswa lagi menangis. Namanya Yaya. Sama seperti Runi, Yaya adalah seorang siswa yang ceria dan lucu.
“Kenapa Yaya menangis nak…” Kataku.
“Tadi Yaya ndak sengaja mendorong Runi…Yaya Lihat bibir Runi berdarah…Yaya sudah bersalah sama Runi... Yaya takut minta maaf… Katanya sambil menangis sambil tersedu.
Dalam hatiku merasa kasihan karena anak sekecil Yaya sudah berani mengakui kesalahannya. Walaupun kesalahan itu tidak sengaja dia perbuat tapi tetap juga merasa bersalah dengan itu semua. Akhirnya Runi dan Yaya bisa kembali berteman seperti biasa.
Dengan mengucap Bismillah, aku memulai proses pembelajaran. Tapi kulihat Yaya masih menangis. Ku tanyakan lagi mengapa dia masih menangis.
“Yaya tidak bisa berhenti menangis Buk…tolong teleponkan mama Yaya…hanya mama yang bisa menghentikan tangis Yaya…Yaya tidak bisa…” katanya
“Ya diamlah nak…” kataku sambil mengusap kepalanya
Ndak bisa Yaya Buk…Kalau mama yang diamkan baru bisa..” jawabnya
Akhirnya ku hanya bisa tersenyum dengan segala jawaban yang dilontarkan oleh Yaya. Tanpa ku hiraukan, beberapa menit kemudian Yaya bisa belajar dengan ceria kembali.
Husna Herawati, S.Pd (Guru MIN 3 Padang)
#Tantanganmenulisgurusianake-10-26Februari2020#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap bu husna.salam kenal y buk.saya dari MIN 3 Sawahlunto.kita saling follow ya buk?? Senang ketemu teman samo2 dinas di MIN
Mksh buk.. Ya bu..
Wow mantap pengalamanmu say, barakallah
Mksh uni..