Kehilangan Teman Seperjuangan

(Part 2)

“Aku minta maaf Mbak”, ucap Retno lirih di sela isak tangis yang coba sekuat tenaga ia tahan. sejenak kemudian ia pun melanjutkan kalimatnya...

“Sebenarnya aku masih tetap ingin bertahan di sini, tapi atasan suamiku memberikan pilihan, dirumahkan tanpa gaji sampai waktu yang nggak bisa ditentukan, atau mau dipindahkan ke Malang.

Di sana kondisi perusahaan masih lebih baik, masih jalan…sementara di Bali sampai saat ini belum ada kepastian, sudah tiga bulan semenjak Pandemi Covid ini suamiku hanya seminggu sekali berangkat kerja.

Kalau di Malang, meskipun gaji suamiku nggak sebesar sebelumnya, setidaknya nggak perlu bayar kos tiap bulan, alhamdulillah ada rumah mertua yang kami bisa tinggal bersama…. Ruby juga bisa sekolah di SD Negeri yang jaraknya ngga jauh dari rumah kami, kebetulan kakak iparku juga ngajar di sana”.

Perasaan Kinan berkecamuk, dia berusaha memahami kalimat demi kalimat yang diucapkan Retno, lalu dengan suara berat dan parau Kinan hanya bisa mengatakan...

“Nggak papa Mbak Ret… aku sangat mengerti keadaanmu, semoga menjadi keputusan terbaik yang diridhoi Allah, dan semoga di Malang lebih berkah, maafkan aku juga kalau selama ini banyak salah ya….” kedua sahabat itupun saling berpelukan, tak ada kata-kata yang mampu terucapkan....

To be continued.....