Janji Pemburu Lebah
Oleh : Masniati Fadlli
Tagur ke-92
Jum'at, 25-02-2022
meminta izin masuk terlebih dulu ke kamar. Dengan tatapan menerawang, lelaki pemburu lebah itu mendongak memandang rembulan yang bersinar sangat terang malam itu. Seakan tahu apa yang sedang menari di benaknya. Benda langit berbentuk bulat itu enggan beranjak, ingin menemani sepinya melawan pekat malam. Kedua netranya mulai lelah dan meminta beristirahat. Tak sadar tubuh lelaki yang bersandar di pagar bambu rumah reot, tergeletak. Sesekali tangannya menepuk dan menggaruk karena gigitan nyamuk mendarat di tubuhnya.
*****
Setelah beberapa lama terlelap, lelaki itu bermimpi bertemu dengan seorang Nenek di tengah hutan, tempat dia mencari sarang lebah. Sekujur tubuhnya terbalut kain putih. Warna serupa dengan rambutnya yang panjang menjuntai menjilat permukaan tanah. Dia berkata,
"Datanglah ke hutan, di sana ada pohon besar. Kau akan bertemu dengan seseorang yang telah menunggumu, dialah yang akan membantumu. Ingat! Jangan beri tahu siapa-siapa." Setelah berucap, Nenek itu kemudian menghilang. Tiba-tiba terdengar suara ayam berkokok membangunkan Udin.
"Kok..., kok..., kok..., kok!"
"Astaga! Aku tertidur di sini," dengan wajah kaget sembari mengucek-ngucek kedua matanya yang masih rekat menempel satu sama lain. Dibukanya perlahan, dengan punggung bersandar di pagar rumah yang terbuat dari anyaman bambu. Dia pun teringat akan mimpinya setelah kesadarannya pulih.
"Siapa Nenek yang ada dalam mimpiku semalam? Dia menyuruhku datang ke hutan, di sana seseorang telah menungguku di dekat pohon besar."
Tanpa pikir panjang, lelaki Siti itu pun begegas, diraihnya songkok dari anyaman bambu yang terpasang di kayu berbentuk seperti tanduk Rusa. Peralatan sederhana yang biasa dia gunakan setiap pergi berburu sarang lebah pun tak ketinggalan dia bawa serta. Tanpa berpamitan kepada sang istri dan anaknya. Sebagaimana sang Nenek berpesan, bahwa dia tidak boleh memberi tahu siapa pun. Dilangkahkan kakinya perlahan, seakan semut pun tak dapat mendengar pijakan kaki Udin di atas lantai tanah rumahnya.
Setelah menutup pintu, dia mempercepat langkah meninggalkan kediamannya. "Aku tidak boleh terlambat. Sesegera mungkin sampai dan menemui orang yang dimaksud sang Nenek," celoteh Udin dalam hati. "Tapi, siapa kira-kira orang yang menungguku seperti kata Nenek dalam mimpiku malam tadi?" Lanjut lelaki itu semakin diburu penasaran.
Siapakah sosok yang dimaksud sang Nenek???
Lombok, 16 Februari 2022

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam literasi