Akibat Kesombongan Rusa
Oleh : Masniati, S. Pd
Tagur ke-104
Rabu, 09-03-2022
Di sebuah hutan di kaki Gunung Rinjani. Hiduplah berbagai jenis hewan yang tinggal bersama. Seperti layaknya manusia, mereka saling membaur dan mengenal satu sama lain. Sudah menjadi kebiasaan di setiap sore, para hewan tersebut berkumpul di tanah lapang yang ada di hutan.
Seperti hari itu. Datanglah Kijang dan Anjing hutan di tanah lapang tersebut, keduanya bermain kejar-kejaran. Tak lama kemudian, terlihat oleh Kijang dari kejauhan, nampak Rusa berjalan sendiri menuju ke tempatnya.
"Itukan Rusa, rupanya dia menuju kemari," kijang mengarahkan pandangan dan menunjuk dengan ujung dagu memberi isyarat kepada Anjing hutan yang berdiri di sampingnya.
"Betul, itu Rusa," timpal Anjing hutan mengernyitkan dahi.
Rusa pun sampai di tempat bermain. Namun, dia tidak bergabung bersama kedua temannya. Dia memilih duduk sendiri di bawah pohon jati. Kijang dan Anjing hutan pun menghampirinya.
"Sedang apa, kau di sini?" tanya Kijang.
"Ya, kau sedang apa di sini?" Anjing hutan menimpali.
"Pergi sana! Aku tak mau bermain denganmu, Anjing jelek. Apa lagi kamu, Kijang penakut," hardik Rusa kepada kedua hewan tersebut.
Akhirnya Kijang dan Anjing hutan pergi dan menjauh dari tempat sang Rusa duduk.
*****
Keesokan harinya, Kijang dan Anjing hutan kembali bermain di tempat tanah lapang. Keduanya asyik bermain petak umpet. Tak lama datang kawanan hewan yang hendak bermain pula di sana. "Bolehkah kami ikut bermain?" tanya Badak menghentikan keduanya bermain.
"Boleh, ayo semuanya ikut, pasti seru," ajak Kijang tersenyum semringah.
"Hei! Sedang apa kalian di sini?" tanya Rusa lantang, yang membuat semua hewan tersebut terkaget dan menoleh ke arah pemilik suara. "Asal kalian tahu, mulai hari ini akulah yang berkuasa di sini dan tak seorang pun yang boleh bermain tanpa seizinku," ucap Rusa lagi dengan sombong.
Semua terdiam dan saling melempar pandang. "Kamu tidak boleh begitu, Rusa. Kami ini temanmu juga." Kijang mengingatkan temannya itu.
"Tidak itu dulu! Sekarang kalian tidak pantas bergaul denganku Si Rusa penguasa dan dewasa yang memiliki tanduk bersusun tiga," jawabnya ketus. "Kalian semua masih ingusan, jelek pula." ejek Rusa terkekeh.
"Hati-hati! Jaga bicaramu. Di atas langit masih ada langit. Meskipun berbeda rupa, namun kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan." Ular Piton memberi nasihat
"Diam, Hewan melata! Kamu Si bodoh, sok, tahu. Sana cari mangsamu!" Rusa memelototi. "Lihat ini! Tandukku melambangkan kekuasaan dan pertanda aku sudah dewasa diantara kalian." Rusa menunjuk tanduk bersusun tiga yang tumbuh di kepalanya.
"Cukup! Jika benar perkataanmu tadi, buktikan supaya kami percaya kepadamu," ucap Serigala menantang. Tiba-tiba sudah berdiri di belakang membuat semua yang hadir menoleh ke arahnya.
"Apa maksudmu hewan malam?"
"Jika kau ingin kami mengakui dirimu berkuasa dan dewasa, penuhi syaratnya! Serigala memberikan penawaran."Benar!" Teriak semua hewan yang ada di sana.
"Cepat katakan, apa syaratnya?" balas Rusa tidak sabar.
"Kau bertarung denganku. Tapi, tidak sekarang. Aku tunggu di sini malam nanti."
"Kau kira aku gentar! Aku sambut tantanganmu. Lihat saja, tandukku akan merobek kulit arimu."
"Kita lihat saja," ucap Serigala singkat.
*****
Setelah malam tiba, Rusa berjalan menuju tempat dia dan Serigala akan bertarung. "Lihat saja, aku akan menguliti tubuhmu malam ini." celoteh Rusa.
Sementara, Serigala sudah berdiri menunggu. Tak berapa lama, Rusa sampai di tempat bertarung. Serigala yang mengetahui kedatangannya, segera bersiap.
"Selamat datang, rupanya kamu menepati janjimu." sambut Serigala.
"Seorang ksatria takkan pernah mengingkari perkataannya." Rusa menepuk dada tiga kali.
"Baiklah kalau begitu." Serigala melangkah berdiri tepat dihadapan Rusa.
Pertarungan pun tak dapat dielakkan. Rusa menyeruduk dengan kepala dan hampir tanduknya mengenai bagian perut Serigala. Hewan itu tersungkur ke tanah.
Semua penghuni hutan yang mendengar pertarungan itu, berdatangan. Mereka pun larut dalam ketegangan melihat pergumulan dua hewan tersebut. "Semoga Serigala bisa menyadarkan hewan sombong itu," gerutu Kijang.
Sebuah rencana di susun dalam otaknya oleh Serigala. Saat Rusa menyerang, dengan sigap Serigala meraih tanduk hewan itu. Kemudian menggiringnya ke pohon besar yang berjajar agak merapat. Rusa tak bisa bernapas karena lehernya terjepit di antara dua pohon tersebut. Dia berusaha menarik kepalanya. Namun nahas, tanduk bersusun tiga yang menjadi kebanggaannya, patah tak tersisa.
Akhirnya Serigala luluh dan melepaskan kepala Rusa dari jepitan pohon. Rusa pun mengulurkan tangan ke Serigala meminta maaf. "Aku minta maaf, atas sikapku. Aku sudah menyakiti kalian dengan kesombonganku," ucap Rusa kepada teman-temannya pula.
"Kami semua memaafkanmu. Syukurlah kalau kamu sudah sadar teman," Kijang menghampiri dan menepuk-nepuk punggung Rusa.
Lombok, 05 Maret 2022

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam literasi