Ihat Solihat

Menulis menebar kebaikan untuk tetap berkarya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bukan Era Siti Nurbaya

Bukan Era Siti Nurbaya

#Tantangangurusiana

#Gurusianaharike-90

Setelah Fariz pulang, Kartini merasa bahagia sekali, Ia masuk ke kamar dan langsung melempar tas dan menjatuhkan dirinya ke kasur. Kemudian Ia berbicara sendiri.

"Yes, yes, akhirnya Fariz mengetahui bahwa aku tidak mencintainya, Alhamdulillah ya Allah, kau telah memberi jalan yang terbaik untukku dan Fariz.

Kartini melihat cincin pemberian Fariz dan melepaskannya segera menyimpan di dalam lemari. Setelah itu Ia mandi, sholat isya kemudian tidur.

Tak terasa malam Minggu pun telah tiba, Kartini sengaja tidak pulang terlambat dari kampusnya karena ingin segera mendengar cara jalan keluar dari Fariz yang sudah dijanjikan Minggu lalu.

Kartini sebelum jam 18.00 WIB sudah ada di rumah, Ibunya seperti biasa menyiapkan dengan membuat makanan kesukaan Fariz. Jam sudah menunjukkan jam 19.30 WIB, namun suara motor V tidak terdengar.

Kartini mengintip perlahan dengan membuka gorden jendela sedikit tapi tidak ada. Sampai akhirnya jam 21.00 WIB, dia tak kunjung datang. Tiba-tiba Ayah memanggil dari ruang tengah.

"Tin... Fariz tidak datang karena sibuk mungkin ada rapat," kata Ayah.

"Iya Ayah, dia lagi sibuk karena di kampus lagi banyak kegiatan," jawab Kartini sambil berjalan masuk ke kamarnya.

Waktu pernikahan Kartini dan Fariz tinggal 2 Minggu lagi, karena Fariz tidak pernah datang memberi kabar. Keluarga Kartini merasa resah dan gelisah dengan ketidakhadiran Fariz ke rumah. Namun Kartini terlihat biasa-biasa saja, dan Ia makin semangat rajin kuliah.

Akhirnya Kakek dan Ayah merencanakan akan datang ke rumah kakaknya Fariz untuk menanyakan kelanjutan penjodohan selanjutnya. Setelah mengadakan musyawarah terlebih dahulu yang berangkat adalah kakek dan paman Kartini karena Ayah punya penyakit jantung.

Saat kakek dan paman akan berangkat tiba-tiba ada suara motor berhenti di halaman rumah. Ternyata yang datang adalah kakak Fariz bersama suaminya. Kebetulan semua sedang berkumpul di rumah Kartini akhirnya musyawarah diadakan di rumah Ayah dengan serius.

Kedatangan kakaknya Fariz mengantarkan sebuah surat dari orang tua Fariz, yang berada di daerah Tangerang. Surat itu diserahkan dan dibacakan oleh paman Kartini. Adapun inti dari isi surat yaitu:

"Jodoh, rejeki dan maut itu kehendak Allah SWT, untuk itu Fariz dan Kartini tidak berjodoh karena keduanya tidak saling mencintai. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, seminggu yang lalu Fariz sudah saya nikahkan dengan orang pilihannya."

Saat mendengar surat yang dibacakan paman, suasana menjadi sunyi. Setelah surat dibacakan suasana menjadi riuh. Tiba-tiba Ayah pingsan karena serangan jantungnya kumat.

Kakek dan paman pun marah besar pada kakanya Fariz dan langsung mengusirnya secara tidak hormat, karena menanggung rasa malu yang besar karena undangan sudah dicetak, tinggal menunggu dibagikan. Kartini pun merasa sedih dan bersalah melihat Ayahnya pingsan karena merasa berdosa.

Tak berapa lama dokter pun tiba di rumah Kartini, segera memeriksa Ayah dan memberi obat. Ayah terlihat sudah siuman, membuka matanya perlahan dan memanggil Kartini sambil menangis.

"Tini, maafkan Ayah tidak mau mendengarkan suara hatimu yang sakit. Sekarang Ayah merasa sakit hati sama keluarga Fariz, merasa dihina. Maafkan Ayah Tin, mulai sekarang Ayah tidak akan menjodohkan anak perempuan Ayah lagi, cari pilihanmu Ayah tinggal merestuimu saja,"

Ayah menangis tersedu-sedu mengungkap kesedihannya sambil memeluk Kartini.

Tiba-tiba kakek Kartini pun menghampirinya.

"Tini, Kakek juga berjanji mulai hari ini dan seterusnya, cucu, cicitku tidak ada lagi penjodohan dengan saudara, karena hubungan saudara menjadi tidak harmonis." ucap Kakek sambil mengusap rambut Kartini.

Kartini bersyukur pada Allah SWT yang telah memberikan jalan keluar dan telah menyadarkan keluarga Kakek dan Ayahnya, bahwa pemaksaan penjodohan sudah bukan Era Siti Nurbaya karena banyak menimbulkan masalah, apalagi masih ada keturunan saudara.

Hikmah yang dapat diambil dari cerita ini yakni:

- Kartini sebagai penerang jalan kegelapan penjodohan dengan saudara.

- Setiap ada kesulitan pasti akan ada jalan keluar.

- Pernikahan yang tidak didasari rasa sayang dan cinta akan mudah rapuh apabila ada sedikit riak dalam rumah tangga.

TAMAT

Alhamdulillah dengan berakhirnya cerpen ini, menulis yang ke 90 tuntas sudah. Semoga sertifikat emas segera kumiliki.

Oleh: Ihat Solihat_SMPN 1 Rumpin

Tanggal: 19 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terharu membacanya Bun. sehat dan sukses selalu

01 Feb
Balas

Selamat ya bund dan sukses aelalu buat bunda.

19 Apr
Balas

Aamiin, terima kasih

20 Apr

Mantappp

19 May
Balas

Aamiin

20 Apr
Balas

Iya Bu terima kasih

20 Apr

Keren bu...bukan Era Siti Nurbaya, memberikan nasehat lewat cerpen. Selamat sertifikat emas pun di dpat.

19 Apr
Balas

Terima kasih apresiasinya sahabat

19 Apr

Tiga hikmah diakhir cerita ...

21 Apr
Balas

Terima kasih

02 May

semua di tangan Alloh. keren

04 Jul
Balas

Sedih bundaa, tapi Kartini mengambil langkah berani dan bagus. Barakllah bundaa

29 Oct
Balas



search

New Post