Fransisca Setyatun, S.Pd.

Sejak 1991 menjadi guru di SMP Fransiskus Tanjungkarang Bandarlampung. Setelah berkarya selama 32 tahun, terhitung 1 Februari 2023 memasuki purnabakti. P...

Selengkapnya
Navigasi Web
LEPASKAN BEBAN
sumber: Sindonews

LEPASKAN BEBAN

REMEDIAL - 14

#tantangangurusiana

25 April 2021

(344)

LEPASKAN BEBAN

Oleh: Fransisca Setyatun

Pengabdian Romo Ponti di Keuskupan Ketapang di tahun 1990-an ada di daerah Sepotong. Jarak Ketapang -Sepotong itu lebih kurang 250 km, dengan kondisi jalan beraspal 60 km, dan selebihnya adalah jalan tanah berlumpur.

Perjalanan Ketapang-Sepotong biasanya bisa ditempuh 10 jam pada waktu hari cerah, tetapi ketika perjalanan yang disertai hujan bisa memerlukan waktu 18 jam bahkan bisa lebih.

Suatu saat Romo Ponti dalam perjalanan pulang dari Ketapang. Untuk beberapa keperluan harus membeli beberapa barang di Ketapang. Terpaksa hari itu harus membawa barang cukup banyak. Barang itu diikat dengan kencang di bagasi motor. Perjalanan ekstreem ke Sepotong dapat membuat barangnya akan berantakan kalau tidak diikat dengan kuat.

Hari Sabtu itu intensitas hujan cukup deras, tapi Romo Ponti harus tetap pulang ke Sepotong karena besok pagi harus melayani Misa untuk umat. Sepanjang perjalanan hujan tak berhenti. Meskipun sepanjang perjalanan diguyur hujan, barang barang yang dibawa tidak basah karena sudah dibungkus plastik yang rapat dan rapi.

Jalanan tak hanya tergenang, tapi juga sangat licin. Dalam capai, ngantuk dan dingin yang menusuk, konsentrasi Romo Ponti agak terganggu. Sekitar pukul 2 dini hari dia tergelincir dan jatuh terbanting ke tanah. Sepeda motornya menindih tubuhnya dan kakinya. Malam sunyi, gelap gulita di tengah hutan tak ada orang yang bakal lewat untuk menolongnya.

Romo Ponti merusaha untuk menarik kakinya yang terindih motor, tapi tak bergeming. Rasa sakit, dingin, dan bajunya yang mulai kuyup makin membuat badannya menggigil. Tapi dia tetap berusaha tenang menghadapi musibah ini.

Beberapa kali usahanya untuk menarik kakinya tak berhasil, akhirnya dia berpasrah sumarah pada Tuhan. Batinnya berkata” Inikah cara mati pelan-pelan”.

Dalam sakit, raganya yang lemah, Lelah, tak berdaya, sendirian, Romo Ponti memilih diam dan menyerahkan semuanya pada kuasa Tuhan yang memanggil dan mengutusnya. Dia tertidur dalam dinginnya lumpur dan pekatnya malam.

Saat terjaga, Kuasa Tuhan diyakininya menuntunnya. Dia dengan mudah menarik kakinya, dan tak lagi ada sakit yang mendera. Dalam gelap dia meraba motornya, dan berhasil menghidupkan lampu sen yang akan menerangi sekitarnya. Dia bangkit, membongkar beban yang dibawa, dan dia bisa membuat motornya berdiri tegak kembali.

Romo Ponti mengecek motornya, lalu menata kembali barang-barang penting di jok motornya dengan ikatan yang lebih kuat lagi , dan Tuhan menuntun jalannya dengan lancar sampai ke Sepotong untuk melayani Misa untuk umat yang merindukan kehadirannya.

Pengalaman iman yang dialami Romo Ponti mengingatkan kita, bahwa kita perlu sejenak duduk pasrah berserah dengan berani melepaskan beban-demi beban hidup, maka Tuhan akan memberikan kelegaan dan penghiburan.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat: 11:28) (Fransisca Tanoyo, 25/04/2021)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"kita perlu sejenak duduk pasrah berserah dengan berani melepaskan beban-demi beban hidup, maka Tuhan akan memberikan kelegaan dan penghiburan."Ngena sekali, Bun. Kadang ga sabar ingin segera menyelesaikan masalah dan beban hidup. Padahal ada Tuhan yang maha Penolong. Ulasan yang mantap. Sukses selalu, Bun.

25 Apr
Balas

Benar Bu. Seperti saya kadang tak sabar dan banyak mengeluh..He..he..Terima kasih kunjungan setianya Bunda.

26 Apr

Semoga Romo Ponti sehat selalu.

26 Apr
Balas

Tulisan yang menarik. Sangat informatif. Sehat dan sukses selalu, Bu Fransisca.

25 Apr
Balas

Terima kasih Pak Edi. Salam sukses untuk karya- karyanya

26 Apr

Keren bu ulasannya menawannya. Sehat dan sukses selalu

26 Apr
Balas

Terima kasih Bunda. Salam sehat, sukses selalu

26 Apr

Keren sukses selalu Sayku

25 Apr
Balas

Terima kasih Bundaku cantik. Salam sukses selalu

26 Apr

Sukses selalu ya Bu

25 Apr
Balas

Terima kasih Bunda. Alam sukses juga ya..

26 Apr

Perjuangan yang luar biasa semoga menginspirasi kita. Sukses bu salam literasi

25 Apr
Balas

Benar Bu. Saya pun terinspirasi. Terima kasih Bu Leni

26 Apr

Perjuangan yang benar-benar membutuhkan pengorbanan ya, Bu. Salam literasi.

26 Apr
Balas

Luar biasa Romo Ponti, Bu. Banyak hal yang dapat kita ambil sebagai pembelajaran. Salam dan doa saya untuk Romo agar senantiasa sehat dan setia dalam panggilannya. Salam sukses untuk Ibu. Berkah Dalem.

25 Apr
Balas

Kisah perjuangan yang luar biasa , bagus tulisannya Bunda, salam sukses selalu

25 Apr
Balas

Istirahat, tidak ngoyo dan sabar. Terus berusaha pantang menyerah untuk pengabdian seorang hamba pada Tuhannya. Salam sehat selalu Bu Fransisca.

25 Apr
Balas

Sukses selalu Bunda, bahasanya mengalir, enak... Salam sehat dan salam Literasi

25 Apr
Balas



search

New Post