MERETAS GENERASI GLOBAL (GLOBAL SOCIATY 5.0)
Menurunnya angka tingkat pengangguran terbuka (TPP) di tahun 2019 menjadi 6,82 juta orang dari 6,87 menjadi berita yang menggembirakan. Data yang dilansir dari CNN Indonesia tertanggal 06 Mei 2019 ini menulis bahwa 8,9 persen TPP dari angka tersebut adalah TPP yang berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 7,8 persen berasal dari lulusan diploma.
Bagaimana dengan data pengangguran dari tingkat pengangguran tertutup atau terselubung?. Penulis tidak mendapatkan datanya., yang jelas diperoleh sebuah deskripsi bahwa sebuah tingkatan kerja atau individu dikatakan termasuk ke dalam klasifikasi pengangguran tertutup apabila mereka bekerja tidak sesui dengan latar belakang pendidikannya. Dan yakin ini pasti banyak jumlahnya. Akan tetapi untuk saat ini di mana Indonesia telah tinggal landas menuju revolusi 4.0 dalam teknologinya dan menuju 5.0 untuk masyarakatnya maka latar belakang pendidikan bukan lagi menjadi fokus utama. Hidup di zaman ini keahlian (life skills) adalah salah satu yang utama. Menekuni bidang pendidikan tertentu dari sekolah menengah sampai perguruan tinggi bukan sebuah jaminan seseorang untuk bisa menjadi ahli dibidang tersebut. Selama seseorang tidak menguasai teknologi yang menjadi pentas utama interaksi di era masyarakat dunia (global society).
Berkurang atau bertambahnya pengangguran dalam angka berapapun menjadi kegelisahan yang menyeruak. Ini seperti virus yang menakutkan untuk para peserta didik . Mau jadi apa mereka nanti masih seperti peta konsep. Bimbingan karir yang dipetakan melalui peminatan pada tiap jurusan di ienjang sekolah menengah atas tetap bukan menjadi sebuah jawaban yang pasti. Membawa potensi pergi dan hinggap di perguruan tinggi untuk melanjutkan studi bukan bagian dari solusi. Pengangguran intelektual bukan sebutan baru lagi. Padahal hadirmya model soal pada level HOTS bertujuan untuk menstilulasi berpikir kritis pada peserta didik, tetapi tetap saja soal-soal peminatan atau program jurusan sebagian besar tidak mampu menjembatani peserta didik untuk melejetkan diri pada potensi yang diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian lembaga ekonomi di tahun 2016 dan sebuah institut di tahun 2017 menyatakan bahawa 65 % peserta didik mengerjakan sesuatu pekerjaan yang tidak tahu apa yang akan dilakukannya di masa depan. Di tahun 2020 mereka akan dihadapkan pada pekerjaan-pekerjaan baru. Dan di tahun 2025 pekerjaan mereka akan digantikan oleh teknologi secara otomatis. Lalu bagaiman seharusnya memetakan potensi anak didik dimasa yang akan datang agar mereka benar-benar memiliki keahian?
Seharusnya, interaksi yang dilakukan seorang guru di kelas tidak hanya untuk transfer ilmu saja. Pendidik yang hebat mampu menginspirasi peserta didik, akan jadi apa mereka di masa yang akan datang?. Abraham Lincoln mengatakan bahwa filosofi apapun yang terjadi di dalam kelas kelak akan menjadi perilaku peserta didik di masa yang akan datang. Pendidik hebat adalah guru yang menginspirasi. Mengispirasi apa yang harus dilakukan peserta didik, untuk apa mereka melakukan, dan apa gunanya mereka melakukan. Pendidik berwawasan global mampu bengharmonisasi dirinya dengan perkembangan dunia akan menjadi energi positif dalam menginspirasi para peserta didik
Kini negara Amarika yang dikenal negara maju, kenyataannya bahwa 51% kegiatan lintas pekerjaan di sana rentan terhadap otomatisasi. Pekerjaan pesuruh atau OB yang menggunakan tenaga manusia hanya tersisa 22 %, pengacara hanya tersisa 29 % . Jasa pengacara sebagai konsultan hukum sudah tergantikan melalui layanan konsultasi hukum secara digital. Begitupun dengan jasa psikiater hanya tersisa 7 % saja. Semua terlayani melalui kecanggihan teknologi yang mudah diakses dan murah. Pemegang buku/atau pembaca buku melalui media buku masih tersisa 86% sebagian tergantikan dengan adanya ebook atau buku elektronik. Perawat hanya tersisa 29% Amerika telah menggunakan tenaga robot untuk menggantikan perawat ini. Montir listrik tinggal 42% yang masih menggunakan jasa manusia. Yang lebih miris adalah tenaga akuntan hanya tersisa 12 % saja. Lalu penjual eceran tersisa 47%.
Bagaimana dengan Indonesia? Lambat laun Indonesia pun akan mengalami keadaan yang sama. Kini masyarakat Indonesia tidak harus memiliki toko untuk berjualan, online shop menjadi pelaku utama dalam menggerakkan perekonomian di Indonesia, transportasi online, petugas parkir sampai pintu toll telah diwakili oleh teknologi. Lalu apa yang harus ditransfer kepada peserta didik. Kembali lagi attitude yang utama. Lalu kemampuan keterampilan meliputi social, science, technology, engineering, art, and mathematic harus mulai diadaptasi oleh penyelenggara sekolah. Sekolah di Indondesia harus benar-benar berkomitmen dalam megadopsi dan mengadaptasi system pembelajaran STEAM ini. Memperkaya atau melengkapinya dengan keakayaan kearifan lokal yang ada merupakan keunggulan tersendiri.
Karena inilah sebagai salah satu jawaban dan upaya untuk menepis isu negative terkait output pendidikan serta menjawab tantangan masyarakat tak terbatas di era revolusi industry 4.0 dan 5.0 . Mari kita bulatkan sebuah tekad bahwa pembelajaran terbaik diproses oleh cara pandang masa depan, oleh guru masa kini dan diproses dengan cara saat ini. Dan dengan keteladan karakter yang mumpuni yang sesungguhnya tidak dapat digantikan oleh kecanggihan alat teknologi atau ribuan aplikasi.
*Penulis adalah perintis gerakan literasi sekolah, anggota MGMP Bahasa Indonesia SMA Kab. Bogor, serta Kepala Divisi Pendidikan SIT Miftahul Jannah. Nomor ponsel 081212758587*
* Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Geliat Gemilang edisi No.3/Tahun I/2020

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Betul Bu, baik disilakan dengan senang hati. Mari kita berbagi informasi terkini melalui tulisan.
waduh ngeri juga ya bu..... jadi harus tambah semangat nich utk jd guru..... sy jd follower ibu ya.....
Betul Bu, baik disilakan dengan senang hato. Mari kita berbagi iformasi terkini melalui tulisan.