"Langkah Pejuang"
Semakin tua umur batu, akan semakin bersejarah. Makna yang terkandung di dalamnya pun semakin bernilai. Namun tidak bagi penulis. Semakin lama seorang penulis tidak menulis, maka kemampuan menulisnya akan semakin pudar, bukan sebaliknya.
Untuk beberapa minggu, aku hanya bisa menatap dinding whatsapp. Kiriman link tulisan teman-teman di gurusiana, membanjirinya. Mengintip dan berkomentar pada beberapa tulisan teman yang bisa kulakukan saat ini.
Kecewa betul. Mereka bisa mengirimkan artikelnya ke gurusiana, sementara aku hanya bisa menjadi penonton saja. Sambil sesekali menempati posisi sebagai komentator. Bahkan hari sabtu, harinya ngapak, kang Dirjo pun tak sempat membuka lapaknya barang sejenak. Obrolan ringan namun bermakna yang biasa muncul di warung kang Dirjo tak sempat menghiasi gurusiana.
Lemah. Ya, ini salah satu kelemahanku, tak bisa membagi waktu. Belum bisa membunuh sedikit waktu untuk sekedar menulis, barang 300 kata saja.
Bongkar. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, bisa-bisa aku akan tenggelam dalam penyesalan. Mau tidak mau, harus ada usaha untuk membongkar kondisi ini. Aku kembali ke awal lagi, ke titik dimana menulis tanpa berpikir baik buruk, bagus atau jelek, menginspirasi atau memprovokasi. Semua kutinggalkan.
Roda pena mulai kugerakkan lagi. Ada pena yang ujungnya menggunakan roda lho... dua jempolku mulai menjejak huruf-huruf di hp pintarku. Mulai, ayo mulai, jika tidak sekarang mau kapan lagi. Sudah terlalu lama engkau tertidur. Siapa tahu diluar sana ... ya...diluar sana, ada orang yang sengaja menunggu tulisanmu.
Berbagai macam semangat dan motivasi, coba ku bangkitkan sendiri. Tujuan akhirnya adalah agar terwujud sebuah tulisan yang bisa dikirim ke gurusiana.
Maunya sih membuat tulisan yang bagus, namun bisa memulai menulis lagi saja sudah merupakan hal yang bagus. Mungkin diluar sana banyak penulis yang membuat tulisan pertama sekaligus tulisan terakhirnya. Jika bisa mulai menulis lagi setelah lama tidak melakukannya, sungguh merupakan hal yang menggembirakan.
Menyerah ketika kalah merupakan hal yang mudah, namun bangkit disaat sakit, sungguh dibutuhkan perjuangan. Hanya pejuang yang layak untuk menang.
Edisi memaksa, 040118
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
saya termasuk yang menunggu tulisan Pak Pras, namun sayang juga. sedang sibuk nulis yang lain, jadi belum sempat baca apalagi nulis di gurusiana. Yang penting tak henti berliterasi
Wajaar pak,,
Wajib belajar ya bu.
Ayo, Pak! Tetap semangat! Usahahan terus menulis! Syukur setidaknya sehari satu tulisan.
Nggih pak. Ini lagi mulai mompa lagi. Kao nggak nulis rasane juga nyesek pak.
Ujarku inyong tok sing lg rehat, jebule pd ya pak, ora nulis nulis. Mulaih maninh yuuuh!
Sendiko dawuh bu.
Ayo Semangat Pak Budi. Lawan kemalasan. Apapun akan jadi tulisan karena cerita adalah bahasa tulis. curhat saja sdh jd tulisan bagus apalagi klo pak budi bikin tulisan. Pak Budi tau mana tulisan saya yg bermutu? gak ada kan? cuma pingin nulis sj. yg sy tulis apa yg sy lihat dan prnh kulakukan. Klo pak Budi si JOZZ...
Siap. Kalau begini, jadi semangat buat nulis lagi. Matur nuwun bu.
saya termasuk orang yang selalu menunggu tulisan pak Pras....alhamdulillaah hadir kembali.
Matur nuwun bu. Mudah2an bisa istiqomah.
Semangat Pak Pras, kami semua selalu menunggu tulisan Pak Pras.
Matur nuwun bu.