Prastiyo Budi Santoso

Guru di MI P2A Cendana Kutasari Purbalingga. Berbekal keinginan kuat untuk bisa membuat buku, sampai bertemu media guru. "The dream come true"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilustrasi : pixabay

"Keseimbangan"

Habis gelap terbitlah terang, meskipun setelah terang akan datang gelap kembali. Namanya saja hidup, hukumnya jelas, selalu terjadi perputaran untuk menjaga keseimbangan. Sebahagia apapun, setelahnya pasti akan mengalami kesedihan. Begitu pula sebaliknya, jika sekarang anda menderita, setelahnya pasti akan merasakan kesenangan. Jika sekarang sehat, sehebat apapun menjaganya, setelahnya akan mengalami sakit. Semua berpasangan, dalam upaya menemukan titik keseimbangan.

Begitu banyak orang merasa bangga, mohon maaf, ketika melaksanakan "kejahatan", tidak tertangkap pihak berwajib. Orang-orang seperti itu, sebenarnya sedang menabung penderitaan. Karena pada akhirnya nanti, setiap perbuatan, meskipun sebesar biji zaroh, pasti akan mendapatkan balasannya. Demikian juga dengan setiap perbuatan baik pun akan ada balasannya, sekecil apapun, ya ... sekecil apapun perbuatan itu.

Menulis di gurusiana itu ibarat "berakit-rakit ke hulu", sepertinya ungkapan yang dipakai kurang tepat. Kalau berakit-rakit ke hulu ... kesannya menjadi miring, negatif, sementara slogannya "menulis itu membahagiakan". Intinya ketika menulis di gurusiana, rasanya seperti sedang menabung. Semakin sering menulis di gurusiana, otomatis tabungan semakin banyak. Pada saatnya dibutuhkan, tinggal diambil saja tulisannya. Sebenarnya saat sedang menulis di gurusiana, sama saja dengan sedang menulis naskah buku, hanya caranya saja yang berbeda.

Seperti beli rumah menggunakan KPR. Nah ... menulis di gurusiana, seperti sedang mencicil buku. Pada saatnya nanti akan lunas, buku pun jadi. Mencicil tanpa resiko, tanpa bunga, dan bisa dilakukan kapan saja.

Perputaran akan selalu ada, di setiap gerak langkah kehidupan. Lihat saja, ada siang ada malam, ada terang ada gelap, ada memberi ada menerima, semua berputar dengan pola yang ajaib, sampai-sampai tidak disadari, sesuatu telah berubah. Semua perputaran itu membentuk sebuah keseimbangan.

Coba bayangkan saja, seandainya makanan yang kita makan, tidak ada mekanisme untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak terpakai, maka ... huff, membayangkannya saja begitu menyeramkan.

Tuhan menciptakan segalanya dengan keseimbangan yang benar-benar seimbang. Tepat setepat-tepatnya. Jika makhluknya tidak menemukan titik keseimbangan hidupnya, bukan berarti tidak ada titik keseimbangan itu. Mungkin saja pemahaman makhluk lah yang belum sampai pada tingkat untuk menemukan keseimbangan tersebut.

Keseimbangan setiap insan jelas berbeda-beda. Namun satu hal yang pasti, saat keseimbangan sudah ditemukan dan dijaga dengan baik, yang akan dirasakan adalah kebahagiaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kapan yaa...sy kmbali seimbang?...Siip Pak Pras..tulisannya..

28 Dec
Balas

Matur nuwun bu. Secepatnya saja.

28 Dec

Membaca tulisan ini seperti hadir bola cahaya warna putih. Mengalir, sejuk ke rongga dada. Adem...segar...

28 Dec
Balas

Pak Yuli bisa saja. Kejumudan mau nulis sesuatu, akhirnya lahir tulisan ini. Matur nuwun.

28 Dec



search

New Post