Kaya Harta Miskin Jiwa
Santai mengawali hari pertama di tahun 2018. Belum pernah selama tahun 2017, saya tertidur selama ini, hingga pergantian tahun baru bangun dari tidur ( halah......., lebay bgt ya). Serasa menjadi bagian dari shohibul kahfi. He.....he.....
Seperti sudah menjadi kebiasaan, cek dan ricek tulisan pagi dari gurusianer, moga-moga ada yang bisa dijadikan 'modal' untuk menulis hari ini.
Tuh kan! Bener, tetiba mata ini terjerumus pada title tulisan Bu Isminatun, "Keuntungan Menulis di Gurusiana". Pertanyaan yang dapat dijadikan judul maupun materi tulisan.
Saya pun pernah mendapat pertanyaan dan pernyataan serupa, "Mengapa tidak menulis di media yang bisa menyiapkan kopi hangat dan sekerat roti?" tanya beberapa kawans, jawaban saya santai aja, "saya bukan tikus yang mencari sekerat roti, dengan mati-matian menjual idealisme dan kebebasan berinspirasi, setelah itu, anda tidak dianggap lagi keberadaannya, karena sudah terbayar dengan sekerat roti dan kopi hangat, perhargaan dari jiwa tidak akan di peroleh, karena ketulusan dan ikhlas bukan lagi menjadi pijakan, dalam menghasilkan karya". Sang Penanya pun terdiam, entah diam paham atau diam kesel. Biar hanya Tuhan dan dia yang tahu.
Banyak dijumpai, penulis yang akhirnya menghitung setiap hentakan huruf, dengan nominal materi yang akan di terima, padahal rejeki sudah ditetapkan dan diatur oleh Sang Maha Pemberi rejeki. So, kenapa kita sebagai makhluknya mesti ikut menghitung? yang ada, ga akan sampai akal kita, jika ternyata hitungan kita tidak sesuai, akhinya mencari kambing hitam atau mencari pembenaran.
Sejalan dengan tulisan Mr. DeRo (Denny Rochman), "Guru Penulis Rentan Bunuh diri". Bisa dipastikan, jikalau segala sesuatunya dihitung berdasarkan materi, bukan kepuasan jiwa.
Ketika tulisan kita dihargai dengan materi, kemungkinan terbaik adalah, materi akan berlimpah, orang pun akan perhitungan, setiap berhadapan dengan karya maupun tulisan kita. Tapi ingat! Tidak ada penghargaan jiwa terhadap hasil karya mupun tulisan kita, tidak ada kepuasan tersembunyi dan tersendiri, di mana hanya kita dan Tuhan yang tahu, yang bisa saling tersenyum dan tertawa, karena bangga dan bahagia atas semua nikmatNYA.
Bahkan ketika karya maupun tulisan kita di copy paste, bukankah pahala kebaikan pun akan terus mengalir untuk kita, semakin banyak yang memanfaatkan, semakin banyak aliran pahala dan kebaikan yang akan diterima. Pada akhirnya banyak kemudahan yang akan kita dapatkan.
Tidak bahagia, tidak ikhlas, merupakan bagian dari ciri orang yang tidak bersyukur. Jika segala sesuatunya mesti dihitung dengan materi, maka secara perlahan, sifat-sifat positif di dalam jiwa akan terkikis. Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang selalu bersyukur, dengan berbagi yang bermanfaat untuk orang lain dan lingkungan. Mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang. Let's try it!
*Syukron verymuch, Bunda Isminatun, for the inspiration today.
Duren Sawit, 1 Januari 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar