oleh Homsa72

#tagu_10

Kulirik ponsel yang menandakan masuknya notifikasi. Kuusap layar ponsel yang sedang dicas sejak tadi. Jempolku menekan lembut simbol whatsapp. Rupanya pesan masuk dari adikku di kampung.

Rani: Yuk, minta doanya, istrinya Andi mau lahiran.

Aku sedikit kaget karena terakhir kabar yang kudengar belum mengisyaratkan akan secepat ini saatnya Dini melahirkan.

Aku: O, sudah waktunya lahiran ya? Sekarang di mana, di bidan atau di rumah sakit?

Rani: Sekarang masih di rumah, baru sering kontraksinya. Rencananya mau ke bidan yang dekat rumah aja.

Aku: Iya, semoga lancar, selamat semuanya. Salam tuk keluarga semua, maaf gak bisa pulang sekarang.

Rani: Iya, Yuk, gak apa-apa.

Menjelang asar, masuk notifikasi lagi dari Rani. Kubuka simbol warna hijau pada layar ponselku. Muncullah gambar bayi mungil bertopi merah yang kontras dengan warna kulit wajahnya yang putih. Di bawah gambar tertera kalimat ‘Anak Andi laki-laki, Yuk. beratnya 2.9 kilo dan panjangnya 48 centi.’

Ah, senangnya ada anggota keluarga baru yang lahir. Tapi, itu artinya aku sudah memiliki cucu dari keponakanku karena anakku sendiri belum menikah. Ya ampun, begitu cepatnya masa berlalu hingga perjalanan waktu tidak berasa.

Rani: Yuk, mau dipanggil apa? Oma, nenek, yangti, embah? goda adikku.

Aku: hemm (di benakku terbayang sosok yang disebutkan adikku)

talaga bestari_16.12.2020