Homsa72

Pengajar SMA di Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pertemuan Terakhir

Pertemuan Terakhir

Oleh Homsa72

#tagu_21

Ya ampun, sudah tiga puluh menit dari waktu janjian, kok Jordan belum nongol juga. Jordan yang kukenal dulu selalu disiplin dan tepat waktu. Itu salah satu sifatnya yang membuat aku suka dengannya. Kesukaan guru kepada siswanya yang baik. Tapi rupanya dia beranggapan lain. Dan hari ini harus aku selesaikan. Aku tak mau Jordan menepati ucapannya dulu saat lulus sekolah. Aku tak sanggup membayangkan apa yang akan dilakukannya jika datang. Kututup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

“Gimana Bu, tempatnya nyaman?” kalimatnya yang tiba-tiba mengagetkanku hingga tubuhku bergetar. Dihadapanku duduk seorang pemuda berpakaian seragam kafe. Tersenyum dengan tatapan berbinar menambah kegugupanku.“Eh, enak, eh maaf maksud saya nyaman” jawabku terbata. Kulihat jam yang dipakainya sama persis dengan jam yang dipakai pramusaji tadi. Loh…

“Iya Bu, saya yang melayani Ibu tadi” terangnya melihat keherananku. Jelas saja aku tadi tak mengenalinya karena tadi dia pakai masker. Dan yang ada di depanku sekarang tidak pakai masker. Wajahnya bersih hanya dihiasi kumis tipis. Sejurus kemudian seorang pramusaji yang lain datang menghampiri.

“Maaf Pak mengganggu, ada telepon” jelas pramusaji sambil menyodorkan ponsel keluaran terbaru.

“Oh terima kasih Yuda”. Diambilnya ponsel dari pramusaji tadi. “Bu, maaf saya terima telepon dulu ya? katanya santun sambil bangkit menuju luar kafe. Tatapanku terhenti oleh kehadiran pramusaji yang membawakan puding mangga ke mejaku. Ini kesempatanku untuk mengorek info.

“Maaf, Mas boleh tanya, Jordan itu bekerja di sini?” tanyaku penuh selidik. Pramusaji yang bernama Yuda itu tersenyum,

“Bapak Jordan pemilik kafe ini, Bu. Sudah dua tahun dia beli dari pemilik lama”

Subhanallah jadi Jordan ownernya. Belum sempat aku berpikir yang lain, Jordan sudah duduk lagi di kursi seberangku. Kucoba tetap tenang sambil mengisap jus jeruk lewat pipa plastik.

“Maaf kalo saya membiarkan Ibu menunggu lama. Saya hanya ingin tahu apakah Ibu masih punya keinginan untuk bertemu dengan saya?” gelaknya menyenangkan. Sumpah, aku gak tahu mesti bicara apa.

“Ibu masih menunggu saya, kan? Jangan bilang Ibu lupa janji yang Ibu ucap dulu bahwa saya harus jadi sarjana, punya penghasilan, punya…”

“Jordan, bukan itu maksud saya,” selaku “Setelah kamu mencapai semuanya kamu bisa bebas memilih siapa saja di luar sana yang pantas untuk kamu”.

“Trus salah kalau saya pilih Ibu?” tanyanya tanpa memberikan waktuku bernapas.

“Jelas salah!” aku emosi. Sepasang remaja yang duduk di tengah kafe sempat menoleh ke arahku. Jordan salah mengartikan perhatianku selama sekolah dulu. Aku gurunya, usia kami terpaut enam tahun. Tak mungkin aku menanggapi perasaannya waktu itu meski aku lajang.

“Salahnya di mana? Karena beda usia? Gak ada jaminan yang seusia akan saling memahami.” tukasnya dengan hati-hati. Matanya tajam menatapku yang berpikir keras apa jawaban pamungkas yang dapat menuntaskan pembicaraan ini.

“Jordan, dengar, saya sudah milik orang lain. Kamu gak mau kan dituduh perusak hubungan?” kuharap jawaban ini mempan.

“Ibu bohong. Saya gak percaya.” Ia hampir bangkit. Kuraih tangan kekarnya. Ada aliran listrik yang menyengatku. Mata itu agak melunak dan duduk kembali.

“Maaf, Ibu belum bilang.” Kuangkat telapak tangan kiriku menunjukkan cincin putih bermata satu di jari manisku. “Saya harap kamu mengerti, percayalah masih banyak yang sepadan dengan kamu. Ini pertemuan kita terakhir. Semoga sukses kafemu. Kuraih tas kulitku dan beranjak dari hadapannya. Sempat kulirik Jordan menundukkan kepalanya. Semoga ini keputusan yang tepat. Kupacu motorku meninggalkan kafe. Terasa ada yang menyesakkan dadaku. Kubelokkan motor ke tempat kos Cintya, aku ingin berterima kasih atas idenya agar aku memakai cincin.

talagabestari, 28.12.2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

akhirnya.....sukses selalu bunda...

28 Dec
Balas

makasih... suksesjuga tuk bunda Nanih,

07 Jan



search

New Post