Oleh Homsa72

#tagu_11

Jam dinding menunjukkan pukul 06.00 ketika kulihat bungsuku keluar kamar dengan pakaian batik yang rapi. Padahal biasanya aku harus membangunkan untuk yang kedua setelah yang pertama untuk salat subuh. Bahkan kadang dia ngadepin laptop tanpa mandi (hikhikhik).

“Kok, tumben dah rapi, dek? selidikku.

“Bunda lupa, hari ini kan bagi rapor,” jelasnya sambil duduk di kursi makan.

“O, iya ya, dah makan dulu.” Kutuangkan nasi goreng ke piring melaminnya.

….

Pukul 11.35 Si bungsu sudah kembali dari sekolahnya. Tanpa kuminta, disodorkannya buku rapor berwarna dongker. Kubuka halaman pertama, penasaran. Lembar ketiga kubaca dengan buru-buru. Bagaimana nilainya dengan pembelajaran jarak jauh selama ini. Terus terang aku penasaran. Kusapu satu per satu nilai yang terpampang pada lembar ketiga, tiba pada mata pelajaran matematika dengan angka 71. Jantungku berpacu dengan cepat. Adrenalinku naik pesat. Kuakui untuk matematik memang aku juga tidak berbakat. Tapi dengan angka 71 cukup menyesakkan dada.

“Dek, masak matematik 71?, cecarku berapi-api.

“Memangnya kenapa? kilahnya sengit.

“Gak tuntas dong? Kuraih ponsel, kuketik nama wali kelasnya. Bagaimana mungkin orang tua tidak diberitahu jika anaknya bermasalah dalam PJJ sehingga mendapat nilai tidak tuntas. Belum kelar pesan kuketik, sejurus kulihat nilai KKM 70.00. Deg…

Pada kolom komentar tertulis peringkat ke-3. Waduh… kuurungkan untuk menelpon wali kelasnya. Kulirik wajahnya berbinar puas. Rupanya perbedaan nilai KKM membedakan standarnya dengan tempatku mengajar.

"Hadiahnya apa, Bun? todongnya seraya memencet remote tv. Tiba-tiba aku amnesia...

talagabestari_17.12.2020