awea

#tantangan hari ke 46

Masih tentang seputar pernikahan. Hari ini bu Alya sedang mengikuti acara serah terima pengantin mempelai putra ke pada pihak mempelai putri. Acara penyerahan kedua mempelai masing-masing diwakili oleh kepala desanya. Salah satu kepala desa tersebut latar belakang pendidikannya adalah pesantren. Sambutan serah terimanya pun diselingi dengan tausiah keagamaan. Saat menyampaikan sambutan, pesan dari kepala desa sudah tidak asing ditelinga bu Alya, namun entah mengapa pesan itu begitu menyentuh hatinya.

“ Jodoh, rezeki dan ajal itu adalah ketetapan Allah yang tidak bisa kita sekenario sendiri. kita tidak usah risau tentang ketiganya. Jika sudah tiba masanya maka ia akan datang dan tidak akan salah alamat” sepenggal kutipan tausiah bapak kepala desa membuat hati bu Alya tersentuh. Mengapa tidak? Bu alya teringat bagaimana nasib mempermainkan hidupnya. Ia teringan dengan kisah begitu indahnya Tuhan mempertemukannya dengan jodohnya walau harus melalui deraian air mata.

Hati bu Alya semakin tersentuh saat mendengar kalimat “Menikahi orang yang kita cintai itu adalah sebuah kemungkinan dan mencintai orang yang kita nikahi itu adalah sebuah kewajiban”. Bu Alya mengangguk pelan, seakan-akan ia pernah merasakan hal itu dan sedang berusaha menerapkannya. Kulihat Bu Alya menyeka air matanya. Aku berpura-pura asyik bermain game. Bu Alya tersenyum dan mulai memperhatikan kedua mempelai. Apa yang dialami kedua mempelai yang sedang bersandimg itu tidak seberapa dibandimg dengan kisah bu Alya.

Bawean, 15 Agustus 2020