Menunggu Giliran
Tatapan matanya kosong memandang ke depan, menghela napas perlahan, sesekali helaan panjang. Duduk di kursi roda dengan bersandar bantal dan berselimut yang dibawa dari rumah. Detik, menit, dan jam berlalu tetap bersabar, berharap setiap ada suara di ruangan itu adalah panggilan untuknya, dan setiap ada yang keluar berharap tiba saatnya masuk. Inilah yang dialaminya setiap dua kali dalam seminggu.
Sudah tidak banyak keinginan, hanya mengikuti rutinitas agenda cuci darah, hanya menjalani hidup yang tidak bisa memilih. Semua masa lalu begitu hebat kariernya dan begitu banyak keinginan dan pencapaian keberhasilannya yang sudah dirasakan dan diwariskan untuk anak cucunya. Sudah tidak tampak lagi gairah itu, bahkan seperti hilang tanpa bekas, seperti menjadi pribadi yang lain, hanya terdiam.
Gadis desa yang menjadi kembang desa sudah tidak tampak lagi. Pengusaha wanita sukses dengan dandanan yang keren dan penuh semangat dan percaya diri telah sirna. Yang ada perempuan tua renta dengan kulit yang keriput dan kurus. Sakit yang berkepanjangan membuat semuanya berubah fisik dan psikisnya. Tidak bisa berjalan, tidak bisa berdiri, bahkan untuk duduk dan tidur miring saja sudah harus dibantu tanpa bisa bergerak sendiri, berhari hari membuatnya hilang segala asa bahkan sudah hilang rasa dan keinginan.
Ketika suat hari diberi kabar dengan perlahan oleh suaminya bahwa anak laki laki ketiganya telah pergi meninggal dunia, beliau hanya tertegun tak bersuara dan hampir tak bereaksi, entah apa yang dipikirkan tapi mungkin seandainya bisa memilih pasti beliau akan meminta dirinya yang dipanggil terlebih dahulu ke pangkuanNya. Namun kenyataan dan kepasrahan yang teramat besar dan tulus dari rasa sabar dan ujian atas fisiknya yang berlarut larut membuatnya pasrah menerima takdir dan tanpa berkata apapun, hal ini membuat yang melihatnya merasa tercekat di tenggorokan dan sesak didada, sedih.
Rasa syukur yang pernah diceritakan adalah ketika gula darahnya menjadi normal ketika dibawa puasa senin kamis. Namun lama kelamaan tidak cukup puasa, tetap butuh obat rutin diminum atau disuntikan. Risikonya penyakit lain bermunculan seperti jantung dan ginjal. Belum lagi pengeroposan tulang dan sempat jatuh dan patah tulang. Setahap demi setahap kesehatannya mulai menurun, pengobatan ke berbagai kota dan rumah sakit dijalani. Keluar masuk rumah sakit sudah biasa. Akhirnya tergeletak lemah tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa apa.
Satu persatu rekan seusianya pergi mengadap Ilahi. Termasuk sesama penyitas gula darah, beberapa bahkan belum lama menderita diabetes ada yang harus diamputasi, atau meninggal lebih dulu. Begitupun dengan rekan sesama cuci darah berganti dari waktu ke waktu pergi sudah tidak datang lagi yang artinya telah meninggal dunia. 25 tahun bergelut dengan diabetes dan 3 tahun sudah menjalani cuci darah seminggu 2 kali. Bukan waktu yang singkat dan hal yang mudah penuh perjuangan ikhtiar dan dukungan dari keluarga.
Kepasrahan dan keiklasan menunggu gilian dipanggil. Tidak banyak mengeluh, bahkan lebih banyak tersenyum. Memberikan kenangan yang indah dan pembelajaran yang baik untuk anak cucunya. Masih terbayang senyuman di wajahnya. Senyuman kedamaian dan keiklasan yang menentramkan jiwa.
Pangandaran 7 juni 2021, tiba saatnya menghadap Ilahi Robi dengan tenang dan damai. Selamat jalan ibu, kau adalah wanita terhebat dan pejuang keluarga, amal jariah mu insyaAlloh mengalir selalu, menerangi dan melapangkan kuburmu serta menempatkanmu pada surga firdausNya, Aamiin…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga mendapatkan maghfiroh Allah Ta'ala.
Aamiin..... Makasih
Allohummagfirlaha warhamha wa'afihi wa'fu 'anha. Keteladanannya menurun ke anak cucunya..
Aamiin.... Makasih bu