Hindun

Saya adalah Hindun guru IPS di SMPN 179 Jakarta, yang memulai karir dari SDN di bilangan Jakarta Pusat sebagai Pembantu Pembina Pramuka dan berusaha menjadi gur...

Selengkapnya
Navigasi Web
TEROWONGAN CASABLANCA

TEROWONGAN CASABLANCA

Tantangan H-108, Sagusabu3

Terowongan Casablanca, kalau dikaitkan dengan film horror pasti yang terkenal adalah hantu Casablanca, entah kenapa setalah jalan itu jadi, baru kemudian muncul yang namanya hantu Casablanca. Setahu penulis Jalan Raya Casablanca itu Merupakan jalan raya yang menghubungkan Terminal Kampung Melayu dengan Tanah Abang, atau dengan kata lain jalan tembus. Kenapa setelah jadi kemudian banyak sekali muncul film-film atau cerita yang berkaitan dengan munculnya hantu-hantu yang entah dari mana asalnya.

Tapi memang jalan tembus yang dibuat itu menggusur ribuan kuburan yang ada di daerah itu, Karena daerah itu dulunya di kenal sebagai daerah makam warga yang tinggal di area Kecamatan Setiabudi, termasuk area rumahku. Masa itu area kuburan itu mulai dari belakang Pasal Festival, Menteng Dalam, saat ini sampai Kawasan Pasar Jembatan Merah Kawasan Menteng Atas. Ada kuburan Umat Islam, Umat Kristen sampai dengan Kuburan orang-orang Cina. Kalau jaman dulu memang hantu yang sering menampakkan diri itu adalah hantu si Baju Merah (terkenal dengan sebutan Hantu Fatimah), Bagi yang sudah terbiasa bertemu biasanya hantu itu hanya minta diantarkan ke suatu tempat dimana dia biasa menghilang, yang dulu terkenal adalah Pohon Waru yang merupakan perbatasan Antara kawasan Menteng Atas dengan Menteng Dalam.

Sepanjang jalan Area Casablanca itu dulunya tidak ada yang namanya perkantoran, sejak dibangunnya perumahan para Menteri, termasuk rumah Dinas Ketua MPR dan DPR, yang sekarang di kenal sebagai jalan Denpasar, itu terjadi pada jaman Pemerintah Presiden Suharto. Perumahan itu dulunya tanah sawah dan tanah lapang, tempat warga mencari ikan, dan bermain bola, area warga yang beternak sapi, pabrik tahu dan tempe dan sebagai TPS (tempat pembuangan sampah). Tapi sekarang sudah berubah. Kalau dilihat dari arah Kampung Melayu, sebelah kiri adalah area perumahan Menteri dan Perkantoran, sedangkan area sebelah kanan adalah Area Mall dari Pasar Festival, Kuningan City, Kocas, dan Mall Ambasador. Bahkan Hotel yang menjadi sasaran Bom juga ada di kawasan itu.

Sedangkan bangunan yang berada dibelakang pasar Festival, dulunya dikenal sebagai kawasan Pedurenan H. Cokong, yang dibatasi oleh Kali yang terkenal dengan sebutan tanggul, itulah adalah kawasan kuburan juga, Kalau dari Arena Jalan Raya Casablanca sebelum terowongan dulunya dikenal sebagai turunan H. Sarmo, jika hujan pasti akan mengalami banjir, kawasan itu juga digusur dan kemudian dijadikan sebagai apartemen. Sebelum dijadikan Jalan dan apartemen banyak sekali kuburan yang dibongkar dan dipindahkan. Ya itulah yang namanya pembangunan. Sampai beberapa sekolah yang ada di sekitar itu juga ikut pindah, misalnya Yayasan Daarussalam, Yayasan Darul Ulum, yang tukar guling, kemudian sekarang menjadi Islamic Center masih di area Kuningan, SDN di kawasan Kuningan, Yapimda dan sebagaimya banyak yang pindah dibeberapa tempat, tapi yang kuperhatikan masih di sekitar wilayah Jakarta Selatan.

Yah memang hampir sebagian besar orang yang mendapatkan ganti rugi dari penggusuran tersebut menjadi OKB (orang kaya baru), karena ganti rugi yang diberikan oleh pihak Developer sangat menguntungkan Tahun 1990 harga tanah di sekitar itu sudah mencapai Rp. 400.000/meter. Setiap bulan pasti ada kenaikan bagi orang yang bertahan. Tahun ini saja harga tanah di wilayah itu, jika ingin di jual harganya permeternya sudah mencapai 42.000.000 bahkan lebih, jika anda punya tanah di kawasan itu, 25 m2 anda sudah bisa menjadi seorang Milyader. Tapi ya itulah karena perubahan lahan tersebut, yang menjadikan arena tersebut sebagai arena perkembangan perekonomian, maka banyak sekali pendatang yang mengadu nasib dari warga Indonesia sampai warga asing, sampai perubahan perilaku orang-orangnya juga sudah berbeda. Kalau zaman dulu aku masih bisa mendengar bacaan ayat-ayat suci Al-qur’an, pengajian dan sebagaimya, tapi saat ini yang dipikirkan bagaimana cara mendapatkan uang dan keuntungan. Sampai norma-norma agama pun di abaikan karena dengan bermunculannya tempat kost-kost yang baru ternyata banyak dijadikan sebagai tempat semenlepen (mesum), Nauzubilah min zalik. Bahkan rumah tinggal pun sekarang ini banyak yang dijadikan sebagai sarana tempat parkir, sampai yang punya rumah tersingkir, menempati kamar yang sempit demi meraih rejeki dari lahan parkir. Ya secara ekonomi mereka bisa meraup keuntungan, tapi harus mengorbankan kanyamanan demi mengejar dunia. Tapi walaupun demikian Alhamdulillah warga asli yang masih bertahan tetap eksis menjaga keimanan mereka, walaupun ada segelintir yang tergelincir, hanya karena mengejar duniawi. Mudah-mudahan yang bertahan masih tetap beristiqomah menjalankan syariat Islam, dan yang tergelincir mudah-mudahan diberikan hidayah kembali ke jalan Allah SWT. Dengan adanya perubahan lahan memang kadang mengubah pola hidup yang lainnya, bagi yang terkena dampak hal seperti itu, mudah-mudahan tetap istiqomah. Salam literasi

Lenteng Agung

September 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jakarta tinggal cerita...

07 Sep
Balas

ya begitulah kira-kira

08 Sep



search

New Post