Pelupa
Edisi remidi
Sudah berulang kali Aku remidi karena pelupa, hari ini pun terulang kembali. Hal ini memang salahku yang terlalu membiarkan diriku dimanjakan anak-anak yang senang memperdaya mamanya tanpa sedikit pun merasa diriku diperdaya.
Pagi-pagi anakku Nova datang kepadaku sambil membawa HP-nya sambil menunjukkan sebuah photo Mama Uwa panggilan kakak kandungku yang selalu membantuku ketika anak-anakku masih bayi. Karena dari bayi selalu dimomong kakakku yang tertua, tidak heran dari anakku yang pertama mereka memanggilnya dengan sebutan Mama Uwa. Di dalam hati mereka Aku mengerti mereka menganggap kakau sebagai Orang tua kedua yang selalu menjaga dan menyayanginya. Sedangkan Uwa adalah panggilan orang Betawi karena beliau adalah kakak kandungku, jadi tidak heran kalau pasangan mereka dipanggil dengan sebutan Mama Uwa dan Papa Uwa. Tapi herannya semua keponakanku semuanya mengikuti panggilan anak-anakku.
Melihat photo yang diberikan oleh anakku, pikiranku juga sedikit terganggu, karena ku melihat telapak kaki kakaku yang memerah dan membengkak. Ku tak tegaa melihat gambarnya mengingat usianya yang sudah diatas 60 tahun dan memiliki sejarah penyakit gula, sedikit membuatku resah.
Lain lagi dengan Anakku yang nomor 3, yang sedang sibuk dengan program pengajian di lingkungan rumahku melatih orang tua untuk memainkan hadroh. Kebetulan Anakku yabg ikut membantu dan dijadikan asisten oleh keponakanku, membuat dirinya semakin sibuk dengan kegiatannya. Dari pagi memintaku supaya membelikan jilbab malalui aplikasi online yang ada di HPku. Memang selama Pandemi Aku jarang sekali pergi ke Pasar, keseringan melakukan transaksi secara online.
Beda halnya dengan Anak pertamaku, dari kemarin selalu ingin berdekatan denganku. Kemarin malam tidur denganku, sanpai ayahnya pulang ikut mengalah Dia tidur dengan anak kedua dan ketiga. Sorenya Dia mengajakku bernyanyi dengan iringan gitar yang dimainkannya, mengiringi ku bernyanyi kagu kesenanhanku. Dengan adanya berbagai moment inilah yang mambuatku terlupa dengan kewajibanku membuat cerita.
Sebelum anak-anakku pergi tidur, sedangkan Aku justru baru terbangun dari mimpiku, ternyata waktunya sudah terlewatkan, Aku pasrah karena memang ini adalah kelalaianku karena bersama dengan anak-anak berkumpul dalam satu ruangan membawa kehangatan tersendiri tapi justru kadang Aku bisa melupakan sesuatu termasuk melupakan hobiku tuk menulis dan menonton film.
Ku pasrah dan akhirnya kutuliskan cerita ini sebagai bentuk ungkapan rasa bersalah karena melupakan janjiku tuk yang sekian kalinya lupa mengikuti tantanganm. Ya namanya juga pelupa pasti gak ingat laah kalau ingat bukan lupa namanya. Dasar pikun, rutukku dalam hatiku sendiri.
Salam Literasi
Lenteng Agung 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat, bu.. lupa tidak ada hukumnya.. yg terpenting tidak lupa sm yg menciptakan kita.. salam peluuuk..
Terima kasih bu Rochmawati, dengan pencipta tentu saja tidak lupa, salam sehat dan selalu bahagia
Jangan pernah menyalahkan diri sendiri buk. Jatuh, lalu bangkit lagi, itulah pemenangnya buk. Tetap semangat ya.. Buk Hindun. Salam literasi.
Terima.kasih say he he he namanya juga Hindun
Terima.kasih say he he he namanya juga Hindun
Terima.kasih say he he he namanya juga Hindun