MAHONI
Tantangan H-88, sagusabu3
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35–40 m dan diameter mencapai 125 cm.[2] Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir.[2] Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.[2] Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan.[3] Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat.[4] Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.[5] Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai (https://id.wikipedia.org/wiki/Mahoni).
Walaupun buahnya ini sangat banyak manfaatnya, tapi pengalamanku terhadap buah ini sangat meyakitkan dan menakutkan. Selain pohon ini dianggap sebagai pelindung karena bisa mengurangi polusi udara hingga 47 – 69%, pohon ini juga sebagai filter udara dan daerah tangkapan air. Buahnya dianggap sebagai obat pelancar darah, mengurangi kolesterol, penimbunan lemak, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan sebagainya. Bahkan Kayunya juga dikenal memiliki kualitas ekonomi yang tinggi untuk pembuatan mebel, tempat tidur, Lemari, dan kerajinan kayu lainnya. Bahkan kulit kayunya pun berguna untuk mewarnai pakaian, sedangkan daunnya bisa dipergunakan untuk memakan makanan ternak.
Ketika Aku sedang bermain di depan rumah, Abangku terlihat pulang membawa buah yang berwarna coklat, setelah dibuka, isinya seperti kepingan panjang berwarna coklat, aku pun tertarik untuk mengambilnya. Tapi tidak diperbolehkan oleh abangku. Aku semakin penasaran, karena melihatku penasaran muncullah pikiran abangku iseng untuk mengerjaiku. “Siapa yang mau uang 1000, harus makan buah ini, dengan syarat harus dikunyah, dan langsung ditelan”, teriak Abangku. Aku langsung menunjuk tangan, karena ku lihat buah itu setelah dikupas warnanya putih seperti seperti kacang mete. Tanpa piker panjang, buah itu langsung ku ambil, ku kunyah dan kutelan, ternyata sampai di tenggorokan pahitnya luar biasa. Sampai aku tak kuat menahan pahitnya yang luar biasa, karena memang aku yang namanya pahit, pasti perutku langsung berontak, semua yang ada didalam perutku keluar. Ku ambil minum, untuk berkumur, tidak hilang rasa pahitnya, sampai aku menggosol gigi, makan gula, tetap saja pahitnya tidak hilang. Sedangkan ku lihat Abang-abangku dan termasuk orang tuaku juga menertawaiku. Duh malangnya nasibku, karena penasaran dan tergiur uang 5000, membuatku sengsara.
Salam Literasi
Lenteng Agung, 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bun. Sangat menginspirasi sekali. Salam literasi.
Wih..keren... terimakasih atas ilmunya
terima kasih bun, salam literasi