HILDA TRIANI

Namaku adalah Hilda Triani. Aku terlahir dari keluarga sederhana di Bangko, Kab.Merangin Prov.Jambi pada tanggal 8 November 1992. 😊 (Matthew 7:7)...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Kulihat seorang laki-laki yang tak pernah ku jumpai sebelumnya tengah asyik berbincang bersama teman-temanku dalam ruangan yang biasanya kudatangi untuk setiap minggunya. Ya, ini adalah komunitas pendidikan yang kubentuk bersama teman-temanku. Aku segera masuk ke ruangan itu, kutatap dia yang juga menatapku seolah penuh tanya. Begitupun dengan aku, tak pernah kulihat dia, yang aku rasa berbeda dari teman-temanku kebanyakan.

Well, sepertinya jantungku berdebar pada saat itu. Apakah itu yang dinamakan CINTA? (haha). Tapi, tak kutunjukkan perasaan suka saat pandangan pertama itu dan seperti biasa, aku menunjukkan sikap "staycoolku" biar dia dan teman-temanku tak menaruh curiga terhadapku. Setelah beberapa jam berbincang-bincang tentang plans yang akan dilakukan selanjutnya dalam komunitasku ini, aku mengambil tas yang kutaruh diatas meja dan memakai jaketku. Itu berarti, aku mengajak mereka semua untuk pulang kerumah. Saat aku hendak keluar dari ruangan itu, ia menyapaku "hai, aku Mischa" sambil mengulurkan tangannya. Oh. Iyaa, aku Kian. (sambil menjabat tangannya), nice to meet you. "Jawabku". Iya , aku juga "katanya".

Sejak saat itu aku mulai akrab dengannya. Setiap minggu kami selalu bertemu, bahkan bukan hanya sekedar membahas plans dalam komunitas, tapi kami kerap kali membahas hal-hal receh yang kadang teman-teman lain tak tahu apa topik yang kami bincangkan. Tak jarang juga kami membahas topik-topik berat seperti tentang kehidupan. 😁 and do you know guys? Kita punya banyak kesamaan. Aku tak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang memiliki hobby yang sama. Tak jarang kami juga saling mengisi kekurangan satu sama lain dalam beberapa waktu kedekatan kami. Karena kedekatan kami itulah, banyak orang yang beropini bahwa kami PACARAN. Padahal tidak ! You know what? Tidak pernah ada kata suka dari kami berdua, dan kami menikmati kedekatan kami yang seperti ini tak ada suka-sukaan. Padahal seandainya dia tahu rasa ini. (Eaakkkk). Jadi, pernah sewaktu kami sedang hangout bersama, tak sengaja kami bertemu dengan saudaraku yang juga hangout ditempat yang sama. Kalian pacaran? "Tanya nya" kami cuma diam , saling menatap, dan tersenyum. Seolah memberikan tanda tanya untuk mereka yang bertanya. Setelah itu, saudaraku hanya bilang "baiklah kalo gitu, aku udah tahu jawabannya, have fun kalian" katanya.

Kami melanjutkan perbincangan yang tadinya sempat continue karena saudaraku tadi. Sedikitpun kami tak menghiraukan pertanyaan tadi, sekalipun kami membahasnya yang ada, itu hanya akan menjadi lawakan receh dari mulutku karena aku tak mau rasaku ini mengubah kenyamanan ini. Hehe.

Sampai akhirnya, aku tahu bahwa satu dari temanku dalam komunitas itu sepertinya memendam rasa kepada mischa. Hal itu ku ketahui, karena sikapnya kepadaku begitu dingin (sedingin salju dikutub utara) sejak mischa mulai akrab denganku. Tak pernah ia mau menegurku seperti biasanya sebelum mischa muncul kepermukaan dan saat kutanya, yang keluar dari mulutnya hanyalah jawaban ketus. Hingga ku temukan waktu yang pas untuk berbicara berdua dengannya yaitu setelah pertemuan kami dalam komunitas itu. Disana, kutanya hal yang mengganjal dalam hatiku. Awalnya, dia bilang tidak ada apa-apa. Karena aku orangnya sangat kepo, jadi kutanya ia berkali kali. Sampai dia bosan dan akhirnya ia mengaku bahwa dia tidak suka melihatku akrab dengan mischa karena dia menyukainya. Oh, wowww !! Aku tak menyangka bahwa dugaanku benar. Sejak saat itu, aku mencoba untuk menjaga jarak dengan mischa agar tak menyakiti perasaan temanku walaupun sebenarnya sangat sulit bagiku karena aku juga memendam rasa padanya. Haha.(ssstttt) Tapi, hal yang membuat aku tak suka adalah ketika aku ingin menjauh dan menjaga jarak, mischa selalu berusaha mendekatiku. Temanku hanya menatapku dengan wajah sedih dan kecewa. Tak kuasa aku melihat tatapan dan wajah itu. Aku tak ingin menyakitinya maka dari itu aku harus berusaha sebaik mungkin untuk itu. Beberapa bulan terakhir aku tak pernah berjumpa dengan mischa lagi karena aku sangat disibukkan dengan urusan pekerjaanku dan aku juga tak pernah menghubunginya. Hingga hari itu, aku menerima pesan darinya yang berisi " sudah beberapa bulan tidak datang kesini, ada apa?". Sebenarnya aku tak ingin membalas pesan itu mengingat perasaan temanku, tapi aku juga tak enak hati jika tidak membalasnya. "Sorry, i'm busy right now, banyak kerjaan dikantor, i'll go there kalo udah ga sibuk ya" balasku. Pesan itupun akhirnya berakhir dengan tulisan " okay, i'll wait for you here" balasnya lagi. Setelah itu tak ada komunikasi lagi diantara kami, ditambah lagi dengan quarantine yang terjadi saat ini. Tapi hal itu bukanlah hal yang sangat penting sekarang untukku. Menyukai dan mencintainya dalam diam sudah membuatku senang. Rasa ini tak boleh disalahkan. Hanya saja, ketika rasa itu tak disambut dengan baik dan ada orang yang tersakiti lebih baik dilepaskan. (Eaaaak). Hidup tidak selamanya tentang galau-galauan karena ada hal yang lebih penting untuk dikerjakan dalam kehidupan ini. (Terimakasih untuk rasa ini) 😊

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post