Hibatun Wafiroh

Biasa dipanggil Wafi. Nama lengkap Hibatun Wafiroh, Guru di SMPN 2 Lamongan. Sedang belajar dan ingin terus belajar di kampus kehidupan ini. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Saat Tawakal Menjadi Bekal

Saat Tawakal Menjadi Bekal

“Jangan lupa tawakal ya!", kata Kakak saat menjabat tangan saya. Kalimat tersebut diulang lagi dengan bahasa arab sambil memeluk saya ,”Tawakkal ‘alallah (bertawakallah kepada Allah!)”. Pesan itu disampaikan saat saya mau berangkat haji pada bulan Agustus 2017 yang lalu. Pesan singkat dan padat, yang selalu terngiang dalam kondisi apapun. Ibarat slogan, saya sempat menuliskan di buku catatan, “Apapun masalahnya, tawakal solusinya!”.

Pesan itu sepertinya sederhana, namun efeknya luar biasa. Salah satunya adalah ketika saya pertama kali harus melaksanakan umrah wajib. Ada beberapa hal yang terjadi. Setelah menghabiskan waktu sembilan hari di Madinah, saat itu adalah hari pertama kami memasuki Kota Makkah. Pertama kalinya pula kami memasuki Masjidil Haram. Belum tahu mana jalan menuju tempat tawaf, tempat sa’i, dan lain-lain.

Kami berjalan bersama-sama dikoordinir oleh ketua rombongan hingga sampai di tempat mulainya tawaf, lurus dengan posisi hajar aswad. Kami pun siap melaksanakan tawaf, yaitu salah satu rukun umrah yang berupa kegiatan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran.

Tawaf dilakukan jamaah haji bersama-sama satu rombongan KBIH dengan kompak. Saling berpegangan erat satu sama lain, dan tak terpisahkan. Namun, setelah lima putaran, tiba-tiba saya berdua dengan teman terpisah dari rombongan. Mencari teman-teman serombongan sudah sulit diantara ribuan orang yang tawaf. Meskipun begitu, kami tetap melanjutkan tawaf hingga selesai.

Dalam hati kami berharap bisa bertemu mereka pada saat mau sa’i, ternyata juga tidak bertemu. Mereka melaksanakan sa’i di lantai dua, sedangkan kami berdua di lantai satu. Dicari dan ditunggu sampai kapanpun, tak akan bertemu.

Andai kami berdua termasuk orang yang menganut paham “apa jare muthowif”, mungkin akan menangis, bingung, dan tidak tahu harus bagaimana. Andai kami berdua termasuk yang berpedoman “apa jare rombongan”, mungkin juga tak punya bekal untuk menghadapi masalah ini. Tapi alhamdulillah, serangkaian manasik haji sudah berusaha kami ikuti dengan serius. Dan dengan bekal yang kami punya, kami berusaha melaksanakan sai berdua dan kemudian tahalul.

Umrah wajib telah selesai. Kami mencari jalan untuk keluar dari masjidil haram sambil bertanya kepada petugas dengan bahasa Inggris dan Arab semampu kami. Kami ikhlaskan semua yang terjadi, dan tak lupa bertawakal kepada Allah. Alhamdulillah semuanya bisa teratasi dengan baik. Meskipun akhirnya kami baru bertemu rombongan lagi setelah di luar masjidil haram, namun ada ketenangan hati dan keikhlasan menerima semua kejadian tadi. Tidak muncul tuntutan atau protes, apalagi saling menyalahkan.

Sebagian orang memahami bahwa tawakal adalah pasrah total kepada Allah tanpa berbuat apapun. Sebagian lagi ada yang menganggap tawakal itu tak penting, yang penting adalah kerja keras maksimal.

Kesalahan pemahaman ini pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Dikisahkan, seorang Badui datang kepada Nabi dengan menunggang seekor unta. sesampainya di depan masjid, orang tersebut langsung masuk ke masjid dan membiarkan untanya tanpa mengikatnya. Ketika ditanya sahabat lain, dia menjawab, “Saya bertawakal kepada Allah. Saya pasrahkan sepenuhnya unta ini kepada Allah.”. Mendengar itu, Nabi SAW bersabda, “Ikatlah unta itu, kemudian bertawakallah kepada Allah.”

Dari kisah di atas, dapat kita pahami bahwa tawakal bukanlah kepasrahan buta tanpa usaha. Tawakal berarti mewakilkan atau memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah setelah upaya demi upaya termasuk ikhtiar dan doa sudah dilakukannya dengan maksimal. Rasulullah bersabda, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung, yang pergi di awal siang (pagi hari) dalam keadaan perut kosong (lapar), dan pulang di akhir siang (sore hari) dalam keadaan perut penuh berisi (kenyang).” (HR. Ahmad At Tirmidzi).

Hidup tidak selalu menyenangkan. Pun tak selamanya sesuai dengan harapan. Demikian pula di bulan Ramadhan ini. Cobaan pasti ada. Untuk menjalani semua itu, dibutuhkan jiwa yang kuat, yang tidak mudah mengatakan menyerah apalagi mundur.

Sikap tawakal sangat diperlukan oleh setiap insan. Dan bagi siapapun yang bertawakal, maka kebutuhannya dijamin oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran, “Barang siapa yang bertawakal kepada-Nya, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu yang baru”. (QS. At Thalaq: 2).

Jika kita pahami ayat di atas, maka tentu kita semakin menyadari bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Allah melaksanakan ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum-Nya terhadap makhluk menurut apa yang dikehendaki-Nya. Sudah selayaknya, hanya kepada-Nya kita menyerahkan segala urusan. Dan hanya kepada-Nya kita berharap. Saat tawakal yang menjadi bekal, maka tenang hati kita. Karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah telah mengatur semuanya. Semoga tawakal terus menjadi bekal kita dalam menempuh perjalanan hidup ini.

Lamongan, 4 Ramadhan 1439 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah, tausiyah yang sangat bergizi dan mantap, semoga kita selalu bertawakkal kepada Allah Swt, Barokallah

21 May
Balas

aamiin.. aamiin.. aamiin,, Trimakasih Pak Guru

21 May



search

New Post