Bibirku tertuntun oleh-Nya, mengucap tahmid dan takbir. Beberapa kali burung besi membawaku terbang tinggi menunaikan amanah di tahun 2019. Di momen itu, seringkali kupandangi dataran dan lautan dari ketinggian. Semakin tinggi semakin tampak mengecil. Selalu mengingatkan bahwa diri kita begitu kecil, menyaksikan kemahakuasaan-Nya. Sungguh tak pernah layak menyombongkan diri.

Kawan, hidup ini ibarat perjalanan. Mari kita siapkan bekal yang cukup dan memahami goal yang kita tuju. Memperbaiki hal yang masih lemah, dan meningkatkan hal-hal yang baik.

Ada berbagai resolusi di tahun baru. Ada proposal cinta yang kita tulis sebagai hamba-Nya. Namun, tetap perlu disadari bahwa setiap kita memiliki keterbatasan dan kelemahan. Terkadang ada kantuk, lapar dan dahaga menyertai perjalanan. Diri yang bijak akan bersiap dengan bekal yang cukup.

Kita tidak bisa menebak kehendak-Nya. Kita hidup ibarat pejalan atau musafir yang berusaha tunduk pada rute-Nya. Sedikit saja menyimpang dari rute, akan tersesat tak terarah. Demikian pula hidup. Ada rute atau aturan yang harus diikuti, baik sebagai norma maupun agama. Karena sekali lagi, ibarat pejalan, ada saatnya kita harus pulang.

Saat ini kita bahagia setiap pulang ke rumah. Bisa bertemu keluarga tercinta dan bercanda bersama setelah berkutat dengan kegiatan. Namun, bahagiakah kita saat benar-benar "pulang" nanti?

Bismillah walhamdulillah. Petunjuk Allah selalu kita harapkan. Doa terbaik kita lantunkan. Semoga Allah menuntun dan meridai langkah kita. Aamiin