Hibatun Wafiroh

Biasa dipanggil Wafi. Nama lengkap Hibatun Wafiroh, Guru di SMPN 2 Lamongan. Sedang belajar dan ingin terus belajar di kampus kehidupan ini. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Miskonsepsi Digital Class

Beberapa hari ini lagi marak pembahasan tentang pelaksanaan pembelajaran digital yang lagi viral di Lamongan. Semua berawal dari rencana launching program digital class yang digagas Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan.

Karena masih proses adaptasi, beberapa sekolah melaksanakan ujicoba sesuai pemahaman masing-masing. Ada yang bercerita tentang pengalamannya di kelas menggunakan beberapa aplikasi seperti Kahoot, quiziz, google drive, google classroom, dan sebagainya. Sayangnya ada juga yang menggunakan proses pembelajaran digital sebagai alasan guru meninggalkan kelas. Ini jadi miskonsepsi. Apalagi jika pembelajaran tanpa proses bermakna. Siswa hanya diminta membaca materi di internet lalu diberi soal-soal online.

Ada pula yang menganggap pihak sekolah harus membeli server khusus dan pelaksanaan pembelajaran harus di laboratorium komputer. Itu semua karena masih terjadi miskonsepsi. Belum adanya pemahaman yang baik seperti apa konsep kelas digital yang mau diterapkan. Oleh karena itu kepala sekolah maupun guru sebagai pelaksana, perlu berliterasi tentang digital class ini.

Digital class adalah istilah untuk menjelaskan bahwa aktivitas kelas memanfaatkan seoptimal mungkin peranan internet dan teknologi digital dalam persiapan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran; baik oleh siswa, guru, dan orang tua murid; serta untuk aktivitas pengembangan profesi guru berkelanjutan. Bahkan dengan penerapan digital class dalam pembelajaran, orang tua juga bisa memantau perkembangan anak dalam hal belajarnya.

Apakah pelaksanaan digital class rumit dan ribet? Tidak. Hanya saja perlu beberapa pengenalan dan bimbingan kepada siswa, guru dan orang tua. Di tahap awal, bisa bertahap dan beradaptasi. Bisa dilaksanakan kelas digital berbasis website dan memanfaatkan laman-laman yang sudah ada. Seperti laman rumah belajar misalnya. Jadi, pihak sekolah tidak harus menyiapkan server sendiri.

Kreativitas guru sangat diperlukan dalam pembelajaran digital. Guru nantinya bisa mengembangkan pembuatan buku digital (kombinasi teks, video, dan gambar pada halaman tertentu buku). Bisa juga menggunakan sistem edmodo, atau lainnya.

Yang perlu diingat adalah bahwa penerapan digital class atau sekolah digital ini memerlukan perubahan budaya yg mendasar pada sekolah. Perlu proses yang bertahap dan saling bersinergi antara pihak sekolah, guru, siswa, dan orang tua. Karena penanaman budaya ICT perlu manajemen yang baik agar tidak terjadi penyalagunaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iki OPO, Ndo?

28 Jan
Balas

Maaf Buy, tadi kepencet. Belum2 sudah terpublish. Hehehe. Ini sdh diedit

29 Jan



search

New Post