Merry
Merry terseok-seok menyusuri jalan yang seolah tak berujung. Matanya sayu, air matanya deras membasahi pipinya. Keluh sudah bibirnya merapalkan kekecewaan yang menerpanya. Hilang sudah harapannya untuk bertemu ibu. Padahal, sedikit lagi dia pasti akan bertemu ibunya. Ibu yang selalu menjadi bunga-bunga tidurnya. Ibu yang selalu menjadi buah pikirannya. Tapi, kini semuanya pupus. Kegagalannya kali ini membuatnya harus berhenti berharap bertemu sang ibu. Semuanya hanyalah impian belaka.
Merry berhenti di belokan kedua setelah perempatan jalan menuju panti tempat ia dibesarkan. Hatinya masih teriris, semak kesedihan kian menjalari hatinya yang semakin rapuh. Terlihat di ujung jalan sebuah bangunan tua yang masih kuat menantang langit. Merry enggan melangkahkan kaki ke sana. Bukan karena ia tidak nyaman di sana, melainkan ia ingin merasakan hangatnya dekapan sebuah keluarga sejati. Merry memang selalu mendapatkan kehangatan kasih sayang, namun bukan itu yang diharapkannya.
Dari kejauhan, terlihat sosok perempuan paruh baya yang datang menyongsong kedatangan Merry. Senyum tulus menghiasi pipinya. Perempuan yang memiliki hati emas. Perempuan yang selalu sama seperti bidadari surga. Hanya karenanya lah Merry mampu bertahan di sini. Meskipun gejolak hatinya meronta untuk pergi menemui sang ibu yang jauh di sana. Merry tetap memiliki tekad untuk bertemu sang ibu yang terpisah jauh darinya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar