
Tiga Tempat Favorit Berbagi Virus Literasi
Banyak cara merawat keterampilan menulis. Salah satunya dengan membagikannya. Dengan berbagi pada dasarnya kita mengisi. Tidak harus jadi juara dulu baru berbagi. Tetapi menjadi juara setidaknya mempunyai nilai lebih. Tidak harus mempunyai banyak buku untuk berbagi tetapi memiliki banyak buku akan tampak lebih bermutu. Ingat, “tampak” saja lho ya? Jangan ge-er dulu. Hahaha...
Saya yakin, masing-masing kita punya andil menularkan virus literasi di lingkungan terdekat. Berikut saya tuliskan tiga tempat favorit yang bisa kita gunakan untuk menularkan virus ini.
Pertama, rumah. Ini yang paling mungkin. Ayah ibu bisa mendesain sedemikian rupa aktivitas ananda untuk mempromosikan literasi. Kalau belum mempunyai perpustakaan pribadi harus mulai nih. Kumpulkan buku sedikit demi sedikit.
Kita bisa mengajak anak-anak ke toko buku. Biarkan mereka memilih buku yang disukai. Kalau ingin memberi hadiah karena even tertentu, berilah buku. Memang sih harus menyediakan anggaran tertentu tiap bulannya. Kalau tidak memungkinkan, ya bisa mengajak mereka ke perpustakaan terdekat. Bisa perpustakaan daerah atau taman-taman baca yang sekarang mulai marak.
Mahmud dan pahmud bisa membacakan dongeng sebelum tidur kepada ananda. Bagi yang belum kenal istilah mahmud dan pahmud, itu singkatan dari mamah muda dan papah muda. Pasangan muda yang baru mempunyai anak satu atau dua. Kalau anda sudah mempunyai anak berumur 17 tahunan, tak bisalah disebut mahmud atau pahmud. Estewe sepertinya yang pas. Setengah tuwa. Kok jadi bahas ini, ya?
Perlu diketahui, Finlandia menjadi negara nomor wahid dalam minat baca di antara 61 negara dalam survei terbaru salah satunya karena budaya mendongeng ini. Mereka bisa mewariskan karakter dan prilaku-prilaku adiluhung lewat media ini. Sebenarnya, bangsa kita juga memiliki budaya lisan seperti ini namun sepertinya memudar seiring waktu.
Kedua, kantor. Kantor menjadi alternatif lain untuk menularkan virus ini. Teman-teman satu ruangan bisa kita semangati membaca dan menulis agar mereka memiliki kegiatan alternatif di samping kegiatan rutin lainnya. Tentu saja mereka tidak harus melakukannya di jam kantor. Banyak waktu dan tempat yang bisa digunakan untuk menjadi lebih literet. Kita bisa mengenalkan buku-buku dan majalah-majalah bergizi, dan laman-laman sehat sebagai makanan otak. Sedikit demi sedikit kita warnai rutinitas harian dengan literasi. Daripada ngobrol tidak karuan, kan.
Saya yakin tidak gampang. Teman-teman pasti memiliki banyak alasan. Pekerjaan menumpuk, rapat inilah rapat itulah, anak sedang rewel, bos tidak mendukung adalah beberapa hal yang mungkin kita dengar. Nah, itu tantangannya!
Ketiga, masyarakat. Yang saya maksud masyarakat di sini adalah kampung atau perumahan kita. Mungkin kita bisa menciptakan taman baca di perumahan kita. Kalau ini butuh kerja sama yang bagus dengan perangkat RT/RW. Yang lebih sederhana barangkali ngompori para ibu-ibu untuk meluangkan sedikit anggaran beli baju dan kosmetiknya untuk membeli buku. Agar bukan hanya memiliki tubuh yang sehat, wajah yang cantik tapi juga otak yang encer. Kata orang, kecerdasan anak itu menurun dari ibunya lho...
Selamat berbagi virus literasi.
Bawah Tanah Al Hikmah, 19 Oktober 2017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Menginspirasi sekali
trima kasih bu sri. saling menginspirasi
Menginspirasi sekali
keren abiiss
ayo bun profilnya diberi foto yang keren. semangat pagi
Mantap Bu! Setuju! Tulisan keren!
trima kasih bu Mimin. sekeren yang komen ya. Cantik bu mimin
Ajib Bu!
ajiiib ajiib ajiib .... pake goyang kepala ya
anak saya belum usia 17th sie bun, apa iya masih layak dapat gelar Mahmud..? Kayaknya saya lebih pd bergelar Bunda Jelita nih...(Jelang Limapuluh Tahun)...heheh. Pada Tempat yang ke Tiga itu bun, saya yang belum bisa menebarkan virusnya. Pernah sekali pada saat acara Halal Bihalal RT, ada acara ibu-ibu tukar menukar kado. Waktu itu saya siapkan kado buku "judulnya saya lupa".Yang jelas buku motivasi spiritual buat wanita muslimah. Eh ternyata buku itu jatuh ke tangan ibu sesepuh di RT saya. Seorang nenek yang hampir renta pensiunan guru agama. Alamaaaakk.....ya semoga saja bermanfaat. Yang namanya rezeki pastinya tidak pernah salah alamat. Amin..!
wowww...
Virus keren nih, Bunda
ayo bu ariyani saling menularkan virusnya