Hermuning Puspita Sari

Seorang guru SD di Pulau Maratua, juga ibu dua anak balita yang senang belajar. Lahir sebagai sulung dari tiga bersaudara pada 28 Desember 1990. Temanggu...

Selengkapnya
Navigasi Web
MAMA, AKU TAKUT BUTA!

MAMA, AKU TAKUT BUTA!

Oleh : Hermuning Puspita Sari

Siang yang terik. Aku bersandar di tembok rumahnya. Berbagi cerita dan canda tawa. Bagaimama hari itu. Apa yang dilakukan. Sungguh hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Kami, duduk di ruang tamu. Suasana mendingin meski tak ada setegukpun air kelapa.

Ia tidak lagi fokus bercerita. Matanya nanar menatap seorang anak laki-laki di teras rumah. Ia bertanya tentang apa yang yang sedang anak itu lakukan. Tak ada jawaban dari sang anak.  Teguran ia lontarkan pada sang anak. Anak itu tetap terdiam terus sibuk melakukan sesuatu di teras. Lalu kami lanjutkan mengobrol panjang lebar. Semakin tak jelas arah bicaranya, namun semakin asyik dicerna. Begini sudah kalau perempuan berada dalam satu ruangan. Kata menguap begitu saja tanpa jeda. Narasi terpapar apik. Entah fakta, fiksi, ataukah faksi. Sesekali bercanda dan tertawa. Pun tersenyum malu sambil menutup bibir. Kami telah larut.

Tiba-tiba, keasyikan kami dibuyarkan oleh teriakan seorang anak dari jalanan depan rumah. Jelas menggema memecah tawa kami bertiga. Hening. Kami saling tatap. Mencoba menebak siapa gerangan si empunya suara teriakan itu. Makin jelas sang anak berteriak. Kami terkejut. Ia terperangah segera keluar rumah. Disusul oleh kami berdua. Mata kami tertuju pada seorang anak si empunya suara teriakan itu. Dia berjalan mendekati kami. Bersama dua orang temannya. Mereka berdua hanya mematung di depan kami. Sedangkan anak yang masih saja berteriak sambil menangis menghambur di pelukan mamanya. Ia memeluk anaknya sambil berusaha menenangkan. Makin pecah tangis sang anak. Seorang anak laki-laki yang sempat ditanya dan ditegur mamanya beberapa menit yang lalu. Seorang anak laki-laki, pulang menghadap mamanya dengan kondisi mata terluka tanpa disengaja. Oleh parang yang ia bawa sendiri dari rumah. Tak diindahkannya teguran mamanya untuk tidak membawa parang keluar rumah. Sungguh kami masih tertegun tak percaya. Anak itu bersimbah darah, sambil berteriak "Mama, aku takut buta!"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Haduh, ngerinya Ibu.

23 Jul
Balas

ngeri tp faksi bu,,

07 Aug



search

New Post