IBU, SEMESTAKU BERMULA DARI SEMESTAMU
Derai hujan di Desember ini membuat saya termangu memikirkan dalam-dalam tentang sebuah permulaan. Bagaimana saya bermula, ada di dunia ini. Seperti apa saya bertumbuh. Apa warna dan lukisan masa kecil saya. Kemudian saya menghayati betapa bijaksananya Tuhan menaskahkan kisah setiap anak manusia, pun diri saya. Dalam seribu hari pertama saya ada, Tuhan menitipkan saya pada rengkuhan seorang perempuan yang luar biasa, yang kemudian saya panggil dia, Ibu.
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia memiliki gagasan kuat mengenai kemuliaan perempuan. Ali bin Abi Thalib, sahabat Rasulullah pernah mengatakan “ Hormatilah perempuan, karena mereka adalah ibunya umat manusia.” Dari pernyataan ini saya menangkap gagasan bahwa seorang perempuan tidak bisa melebihi laki-laki dalam segala hal, namun perempuan patut dimuliakan. Kata “mulia” di sini bukan berlebihan, melainkan penggambaran betapa perempuan pernah mengalami perlakuan yang sangat buruk di peradaban sebelumnya.
Pada peradaban saat ini, sebagian besar masyarakat telah memahami bahwa ibu memiliki peran sentral dalam keluarga. Ibu menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah perempuan yang melahirkan anak. Sementara itu, Sofyan (2006) berpendapat bahwa ibu adalah makhluk bio-psiko-sosial-cultural dan spiritual yang utuh dan unik. Berdasarkan definisi tersebut, saya mengambil gagasan mengenai ibu yaitu seorang perempuan yang telah melalui berbagai proses; menikah, hamil, melahirkan, dan menyusui, yang memiliki kepribadian dan karakteristik yang utuh dan kompleks.
Sebagai seorang anak, saya mengakui bahwa ibu menjadi pemeran utama pada proses pengasuhan anak. Ibu akan mencurahkan sebagian besar waktunya untuk membersamai anak. Saya ingat pada saat saya berumur sekitar 4 tahun, saya selalu ingin bersama ibu dimanapun. Hingga meski ibu saya bekerja, ia selalu membersamai saya saat di rumah. Ibu mengajak saya melakukan banyak hal menyenangkan dan bermakna. Bermain, belajar, menyanyi, dan memasak. Hingga tiba ketika saya harus bersekolah. Ibu saya yang seorang guru TK menyekolahkan saya ditempat ia bekerja. Kasih sayangnya pada saya tetap sama, meski perlakuannya di sekolah menganggap saya tak lebih dari muridnya. Terbersit rasa cemburu di hati saya, namun melihat kegembiraan teman-teman lain, akhirnya saya dapat menerima. Ibu saya sosok luar biasa, seorang yang penuh kasih sayang pada anak-anak. Ibu telah mengajarkan saya untuk berbagi. Bahwa semesta miliknya bukan hanya untuk saya, melainkan juga untuk anak-anak yang lain.
Meski saya telah mengaggap ibu adalah semesta yang indah, namun ibu juga adalah perempuan biasa. Terkadang beliau meluapkan amarahnya kepada saya dengan kata-kata. Hal itu terjadi pada saat saya bermain melampaui waktu yang ia berikan, juga ketika saya enggan untuk menyantap makanan, atau malas mengerjakan PR. Beliau memang terlihat marah, namun semua itu untuk kebaikan saya. Saat saya kemudian memiliki dua orang adik pun, ibu tetap menjadi semesta untuk kami.
Setelah remaja, saya seperti berteman dengan ibu. Kami sering meminta pendapat akan sesuatu hal, sharing, dan melakukan aktivitas bersama. Nasihat ibu yang paling bermakna adalah, beliau mengajarkan saya untuk selalu memandang sama, dan memperlakukan sama setiap orang. Dalam pergaulan, Ibu juga meminta saya untuk selalu memandang ke bawah agar melebihkan syukur, dan melihat ke atas untuk memotivasi dalam meraih prestasi. Saya melakukannya. Saya meduga barangkali sampai hari ini pun ibu selalu memunajatkan doa kebaikan untuk saya, dan anak-anaknya yang lain. Sampai-sampai, saya selalu merasa ada doa ibu yang dikabulkan Tuhan di setiap keberhasilan yang saya raih.
Rasanya, tidak ada ungkapan syukur yang dapat mewakili kebahagiaan saya telah memiliki ibu. Mungkin jika ibu tidak pernah ada, hidup saya tidak akan seberuntung ini. Saat ini saya juga adalah seorang ibu dari dua anak, yang bekerja. Seperti ibu saya. Ibu telah memberi banyak nilai kehidupan untuk saya. Hingga saat ini, saya dapat menjalankan peran ini dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur. Maka, marilah kita hormati dan muliakan ibu. Karena Ibu adalah tonggak cemerlangnya hidup manusia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Surga ada di bawah telapak kaki Ibu, oleh karena itu muliakan Ibu,maka hidupmu selamat dunia dan akhirat