Hermuning Puspita Sari

Seorang guru SD di Pulau Maratua, juga ibu dua anak balita yang senang belajar. Lahir sebagai sulung dari tiga bersaudara pada 28 Desember 1990. Temanggu...

Selengkapnya
Navigasi Web

BUKAN SALAH GURU MENDIDIK

Oleh : Hermuning Puspita Sari

Seiring perkembangan zaman, peradaban semakin berkembang. Termasuk juga di ranah pendidikan. Muncul beragam inovasi dan media pembelajaran yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Guru tak melulu harus berdiri dalam kelas menggunakan metode ceramah kemudian meminta siswa menulis dan mengerjakan soal tanpa aanya interaksi dua arah yang berarti. Pun tak ada lagi dalam sejarah guru memukul siswa sebagai salah satu bagian dari mendidik karena dianggap sebuah cara kuno yang tak lagi relevan. Semua berkembang seiring perkembangan teknologi dan beragam temuan serta penelitian manusia terkait pendidikan.

Saya adalah salah satu produk didikan kuno. Dimana guru masih melakukan ceramah di kelas sambil memegang sebilah kayu untuk menakuti dan memukul siswa. Saya dipaksa terus menyimak guru memaparkan materi dan tidak boleh berbicara sepatah katapun. Sering guru langsung memberikan soal setelah ceramah tanpa menawarkan siswa untuk bertanya atau sekadar mengungkapkan gagasan. Menulis di buku tulis, merangkum, menjadi makanan sehari-hari.

Dan saat ini saya adalah seorang guru yang mendidik generasi milenial. Siswa milenial adalah siswa luar biasa. Yang berani mengungkapkan gagasan dan bertanya bahkan tanpa saya minta. Yang seolah menjadikan saya sahabat paling asyik dalam belajar di sekolah. Bahkan terkadang mereka tanpa segan mengajak saya mengobrol santai di jam istirahat. Saya nyaris kikuk menghadapi mereka yang banyak bertanya hal-hal diluar perkiraan saya. Sungguh siswa milenial sangat kritis dan penuh semangat.

Namun, ada kalanya saya tertunduk lesu. Ketika melihat salah satu siswa saya melakukan hal yang tidak mengenakkan hati. Suatu hari Jani, seorang siswa kelas 6 SD membuat ulah. Ia sibuk sendiri saat saya memaparkan materi matematika. Dihentak-hentakkannya kaki di bawah meja. Tak lama ia melihat ke arah saya. Ia tersenyum, melengos, dan tiba-tiba mengambil bungkusan makanan di laci. Ia makan di kelas pada saat saya masih menjelaskan. Saya pandangi wajahnya lekat-lekat. Tak ada perubahan perilakunya, justru makin jadi. Saya menegurnya hingga tiga kali. Dan ia masih tak bergeming. Saya disuguhi kaki yang ia naikkan ke atas meja. Saya mengelus dada. Tak kuasa menahan kesal pun tak mampu memberikan gertakan yang lebih.

lain lagi Dika, siswa kelas 2. Ia adalah siswa yang menyenangkan awalnya. Selalu mengerjakan tugas dengan baik. Juga mengindahkan budi dan sopan santun di depan saya. Namun itu tidak lama, setelah saya tertegun tak percaya melihatnya mengamuk di kelas, merebahkan meja dan kursi hanya karena saya memberinya nilai 70. Dan beberapa tingkah polah siswa saya yang lain, juga membuat saya bergidik dan tertunduk lesu.

Saya bukanlah guru yang sempurna. Bahkan mungkin saya bukan guru yang baik. Melihat sikap beberapa murid saya yang bersikap demikian itu membuat hati saya ciut. Saya selalu mencari tau apakah gerangan kekurangan dan kesalahan saya dalam mendidik. Saya telah berusiaha memberikan yang terbaik untuk siswa saya. Menyayanginya seperti anak sendiri. Menyemai harapan tinggi di bahu mereka agar kelak dapat menjadi seseorang yang berguna.

Ah... mungkin ini hanya soal waktu. Pada akhirnya saya akan lebih memahami karakteristik setiap siswa yan saya ajar. Pada akhirnya mereka akan menerima pembelajaran saya dengan sumringah. Dan pada akhirnya saya akan dilabeli sebagai guru yang menyenangkan. Bukankah kita harus senantiasa lebih baik sepanjang waktu? Memang hal tak mengenakkan yang saya terima dari siswa saya buka semata salah saya. Mereka tumbuh dari latar belakang yang berbeda. Dididik dan dibesarkan oleh orang tua yang berbeda. Dan saya menggeneralisasikan cara mengajar saya di dalam kelas. Masih belum bisa memfasilitasi secara individu kebutuhan belajar siswa, apakah auditori, kinestetik, ataukah visual. Yang saya lakukan sebatas memberikan pembelajaran sebaik mungkin yang saya bisa untuk satu kelas.

Saya manusia biasa yang kebetulan diamanahi sebagai seorang guru. Marilah kita senantiasa belajar menjadi guru yang lebih baik setiap hari. Salam sehat, salam literasi!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan luar biasa Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

01 Sep
Balas

terimakasih, amiiin

01 Sep

Tulisan yang sangat bermanfaat

01 Sep
Balas

terimakasih,,

01 Sep



search

New Post