Seberapa Pentingkah PR Bagi Peserta Didik
A. Seberapa Pentingkah PR Bagi Peserta didik
Pekerjaan Rumah ( PR) adalah suatu tugas yang tidak asing lagi bagi bagi peserta didik mulai dari Sekolah Dasar sampai ke tingkat SLTA. PR diberikan sebagai tindak lanjut suatu pembelajaran yang diberikan guru di sekolah. Tujuannya adalah untuk menambah pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari. Adakalanya PR juga bertujuan untuk memberikan prasyarat pengetahuan yang menyangkut dengan pelajaran yang akan diberikan/ dipelajari berikutnya sehingga disaat mempelajari materi tersebut peserta didik sudah punya pengetahuan dasar tentang materi tersebut. Memberikan tugas/PR kepada Peserta didik memiliki dampak positif dan negatif terhadap peserta didik , tergantung bagaimana teknik pendidik dalam memberikan PR tersebut. Berikut adalah dampak positif dan negative dari pemberian PR:
1. Dampak Positif
a. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang sudah dipelajari
b. Membiasakan peserta didik untuk disiplin waktu dalam belajar . Artinya mereka sudah punya mengaturan jadwal pengerjaan PR
c. Melatih tanggung jawab
d. Membantu mengingat kembali pelajaran yang telah dipelajari di sekolah
e. Sebagai bahan bagi orang tua untuk memantau perkembangan belajar anaknya .
f. Peserta didik akan terlebih dahulu mebahas materi yang akan dipelajari disekolah kalau PR/ tugasnya menyangkut pelajaran yang belum dipelajari
g. Melatih kebiasaan membaca , dengan adanya PR mau tak mau peserta didik wajib membaca
2. Dampak Negatif pemberian PR
a. PR dapat menyiksa peserta didik jika pendidik memberikan PR over dosis , artinya pemberian tugas atau soal terlalu banyak. Peserta didik akan bosan dan , lelah, karena pengerjaannya terlalu lama. Akibatnya adalah dia malas mengerjakan, atau minta bantuan pada orang lain/ memicu anak berbuat curang atau tidak selesai dikerjakan akhirnya mereka malas ke sekolah atau pergi ke sekolah dan menyontek pekerjaan temannya karena takut dimarahi guru.
b. Jika PR yang diberikan tidak sesuai dengan materi yang dipeljari di sekolah, maka pemberianya tidak efektif , karena mereka tidak paham acara mengerjakannya, lagi- lagi membuat peserta didik malas mengerjakan , bahkan dapat menimbulkan kurang simpatinya peserta didik ke pendidiknya.
c. PR dapat menghilangkan kepercayaan peserta didik terhadap guru/ pendidik . Hal ini terjadi kalau PR sering tidak diperiksa oleh guru. Akhirnya anak bilang” Tak usah dibuat, nanti juga tidak akan diperiksa guru di sekolah”
d. Tidak adanya terlihat pengaruh positif terhadap prestasi peserta didik jika tidak ada umpan balik dari PR dibuat peserta didik .Misalnya guru tidak membahas kembali jawaban PR tersebut satu persatu , apalagi yang doyan memberikan PR sekian banyak halaman di LKS, nah memeriksanya hanya anak – anak ditukarkan, nanti gurunya menyebutkan isinya saja tanpa dibahas satu persatu , karena kalau dibahas ya waktu belajar hanya habis karena memeriksa PR.
Berdasarkan dampak positif dan negatif di atas, maka seorang pendidik sejati itu harus cerdas dan tahu trik- trik pemberian PR terhadap peserta didiknya sehingga mereka tertarik mengerjakanya, tidak malas , tidak bosan, tidak lelah dan tidak tersiksa . Karena yang harus selalu kita ingat setiap waktu adalah peserta didik kita itu bukan robot. Juga bukan orang dewasa dalam bentuk mini, mereka anak- anak yang butuh istirahat, bermain dan bersosialisasi dengan lingkungannya . Jangan tuntut mereka untuk selalu belajar, belajar dan belajar dari pagi sampai malam , sehingga anak- anak hidup seperti terpenjara oleh system pendidikan yang kita berikan. Jika Pendidik merasa bahwa pelajaran yang dibahas di sekolah sudah tuntas dikuasai peserta didik, untuk apa diberikan PR.Namun jika ingin memberikan PR juga, trik- trik berikut dapat kita tempuh , yaitu:
1. Cukup memberikan soal sebanyak 5-10 buah saja dengan waktu pengerjaan paling lama hanya 15 menit. , baik tugas terstruktur maupun tidak terstruktur. Untuk itu lihat dan pedomani kurikulum / KTSP sekolah masing- masing karena disana sudah tertuang pengaturan alokasi waktunya.
2. Kalau dalam satu hari itu ada 3 mata pelajaran, cukup PR diberikan untuk mata pelajaran saja.
3. Berikan PR yang kira- kira jawaban soalnya dapat ditemukan oleh peserta didik karena sudah dipelajari di sekolah. kalau mereka lupa maka mereka dapat mencari jawabannya di buku catatannya atau di buku paket. Sehingga tidak ikut orang tua kasak kusuk kesana kemari bertanya jawabannya. Sukur kalau di rumah anak punya internet, bisa dicari di internet. Patut kita pikirkan juga dengan anak- anak yang tidak punya .
4. Setiap memberikan PR, harus diperiksa dan dibahas jawabannya dengan peserta didik sehingga bagi yang kurang paham materinya akan menjadi lebih paham.
5. Soal PR sebaiknya dibuat sendiri oleh gurudan dicatat dalam buku bank soal PR. Nanti soal itulah yang diberikan ke peserta didik.
6. Jangan berikan PR jika jadwal pengumpulannya bersamaan dengan jadwal ulangan.
7. Hindari pemberian PR yang soalnya di LKS , apalagi LKS yang tidak dibuat oleh guru kelasnya , seperti LKS yang dijual oleh berbagai macam penerbit. Apalagi diberikan PR untuk 3 sampai 4 halaman
8. Jika memungkinkan , adakan tugas bervariasi , kadang- kadang PR pribadi, kadang- kadang berkelompok untk peserta didik yang tempat tinggalnya berdekatan.
Variasikan atau selingi bentuk tugasnya , ada yang tugas Mandiri tersruktur dan ada pula tugas mandiri yang tidak terstruktur.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hebat pak....
terima kasih atas komentarnya ,
dalam jangka panjang PR sekolah dapat berakibat buruk untuk mental health para siswa, yg seharusnya kegiatan luar sekolah bisa digunakan untuk membentuk relasi dengan keluarga maupun dengan sejawat dan mengembangkan life skill siswa.