#TantanganGurusiana ke-146

Batimbang Tando ( bertukar tanda} adalah prosesi pertunangan sebelum pernikahan menurut adat di Nagari Pangian Kecamatan Lintau Buo Kabupaten Tanah Datar, yaitu pertukaran tanda dari seorang laki-laki kepada perempuan dan perempuan kepada laki-laki. Biasanya barang untuk bertukar tanda adalah benda pusaka seperti keris dari laki-laki dan gelang oleh perempuan. Benda pusaka ini disediakan oleh bako (keluarga ayah kedua mempelai). Benda ini menjadi suatu pengikat atau simbol yang tidak bisa dibatalkan oleh satu pihak. Di antara keluarga yang hadir adalah niniek mamak nan barampek ( ninik mamak yang berempat), yaitu pengulu, monti, dubalang dan pokieh, orang tua, dan sesepuh kampung. Diiringi bundo kanduong dari ninik mamak yang berempat.

Memang di Minangkabau setiap daerah sedikit banyak memiliki perbedaan. Prosesi pernikahan tetap mempertahankan tradisi yang melibatkan peran dari kedua keluarga besar calon mempelai. Dengan melalui rangkaian tahapan yang dilakukan secara turun-temurun.

Sebelum batimbang tando ada tahapan prosesi mengumpulkan keluarga besar (salingkuang dindiang) untuk membicarakan kesepakatan pekerjaan yang akan dilakukan di saat prosesi pernikahan nantinya. Juga di bahas apa saja yang akan dibuat(dimasak) seperti sambal dan makanan. Kepada bako diminta padi supuliuk, padi carai, ikan satabek, ayam sakandang, dengan istilah “ Dek bako badagieng taba, anak buah bapisau tajam” artinya dengan harapan keluarga ayah dapat membantu. Sementara jawaban dari keluarga ayah (bako) “ Bulieh diminta itu alah biaso, indak panuoh ka ateh panuoh ka bawah “ Bako akan membantu sesuai dengan kedaan.

(bersambung)

Lintau Buo, 9 September 2020

Herlina Suryati