Ilalang Menghalangi Pandangan
38.Kritis
“Apa Di, Kanker? Mas Rasya membelalakkan matanya ketika aku memberitahunya tentang penyakit Mbak Tika. Mas Rasya baru pulang kerja ketika dengan tidak sabar aku melaporkannya. Tubuhnya bergetar seketika, cepat aku membawanya ke tempat duduk dan memberikannya segelas air.
Setelah minum seteguk, tangannya mengambil gawai di saku celananya. Membuka galeri dan menunjukkan sebuah foto padaku. Seketika aku terkesiap. Wajah Mbak Tika kelihatan tirus dan pucat. Di foto itu dia memakai topi, pasti rambutnya juga sudah menipis karena rontok.
“Di, aku harus kesana, memberi dukungan padanya. Kau tidak keberatan kan?” Aku menggeleng, kembali mataku tidak dapat menahan bulir-bulir bening yang meluncur di pipiku. Hal itu yang ingin kusampaikan padanya, tetapi Mas Rasya sudah tanggap duluan. Setelah menghubungi stafnya untuk mencarikan tiket keberangkatan besok pagi, juga tidak lupa memberi kabar pada Mbak Tika.
Aku sebenarnya ingin ikut memberikan dukungan, tapi kehamilanku yang sudah mendekati melahirkan tidak memungkinkan. Apalagi, Kayla ada bersama kami saat ini. Tentu dia membutuhkan perhatian dan kasih sayangku. Namanya juga anak kecil, dia sudah tidak mencari maminya lagi. Tapi semakin lengket pada Tante Di dan Om Rasya.
Malam itu, aku mempersiapkan pakaian Mas Rasya untuk beberapa hari. Sementara suamiku sibuk menyiapkan beberapa pekerjaan bersama stafnya. Dia tidak ingin meninggalkan kantor sebelum semua urusan yang akan ditinggalkannya tuntas. Mbak Tika memang mengharapkan kehadiran dan dukungannya.
Setelah mengantar Mas Rasya ke Bandara pagi ini, aku langsung pulang. Kepala sepertinya berdenyut-denyut. Memang, kami semalam kurang tidur. Mas Rasya gelisah dan tidak bisa tidur. Dia mengkhawatirkan kandunganku yang semakin dekat melahirkan. Sampai di rumah, Kayla sudah cantik dan wangi.Niat untuk tidur akhirnya batal, aku menemaninya bermain-main.
Gawaiku bergetar, segera aku membuka pesan, ternyata dari Mas Rasya.
[“Alhamdulillah.Mas, sudah sampai di rumah sakit.”]
[“Alhamdulillah, syukurlah Mas. Sampaikan salamku padanya.”]
Setelahnya, Mas Rasya tidak membalas pesanku lagi. Aku mencoba untuk istirahat. Tubuh ini meminta jatahnya untuk istirahat. Tidak berapa lama, aku terlayang dan sudah berada di alam mimpi.
Suara gawai yang terus bergetar, mengganggu tidurku. Dengan malas aku menerima panggilan tanpa melihat kontaknya.
“Assalamualaikum Di, Mbak Tika kritis. Mohon doanya, nanti Mas kabari lagi.” Setelah itu terputus. Kesadaranku belum pulih kembali, tetapi mendengar suara suamiku yang bergetar, aku sontak bangkit dan terduduk di ranjang. Dadaku berdebar kencang. Rasanya ingin terbang ke sana melihat keadaannya.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga Rasya dan istrinya tetap kuat apapun yang akan terjadi
Astaghfirullah, semoga mbak Tika bisa sembuh kembali...Next
Ujian kembali menghampiri Rasya dan istrinya