Herlina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada Murid

Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan mensintesis hal-hal baru.” -Steve Jobs-

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Salam dan bahagia Bapak dan Ibu guru hebat. Jumpa lagi dengan Herlina dari UPTD TK Pembina Negeri Lubuk Besar. Saya merupakan salah satu CGP Angkatan 9 dari Kabupaten Bangka Tengah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Artikel kali ini berisi koneksi antar materi modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid.

Adapun tujuan pembelajaran khusus pada materi kali ini adalah CGP dapat melakukan koneksi antar materi yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.

Melalui pertanyaan pemantik saya dapat mengaitkan intisari dari materi modul-modul guru penggerak yang telah saya pelajari untuk menjadi landasan teori bagi rencana program/kegiatan yang berdampak pada murid yang saya buat.

Pertanyaan-pertanyaan yang dapat memandu Saya saat melakukan refleksi adalah sebagai berikut:

BAGAIMANA PERASAAN ANDA SETELAH MEMPELAJARI MODUL INI?

Perasaan saya setelah mempelajari modul ini adalah sangat senang, bersyukur, termotivasi dan bangga menjadi salah satu CGP dimana saya masih diberikan kesempatan untuk mempelajari modul 3.3 ini tentang "pengelolaan program yang berdampak positif pada murid". Mempelajari modul 3.3 ini semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan saya dalam mewujudkan kepemimpinan murid (student agency) dan saya sadar betul bahwa tugas seorang guru tidak hanya sebatas transfer materi saja, namun ada tugas mulia yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu membimbing dan menuntun murid agar mereka dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya dalam setiap kegiatan/program hendaknya guru dapat mengkolaborasikan materi pembelajaran dengan penerapan budaya positif. Guru juga harus mampu mengokomodasi murid agar mereka dapat menemukan sendiri proses belajarnya sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna dan berkesan bagi murid tersebut.

Saya semakin percaya diri dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid untuk menguatkan kepemimpinan murid (student agency) terutama mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dimana murid diarahkan agar mampu menemukan pembelajarannya sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu. Diharapkan murid dapat berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajarnya baik dalam lingkungan keluarga, kelas, sekolah, maupun masyarakat. Guru harus bisa membimbing murid agar dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil dari proses pembelajaranya. Guru harus sadar dan terencana terus membangun dan menguatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan melibatkan murid dalam memberikan suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid. Memberdayakan murid saat program sekolah direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sehingga terwujudnya lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid

APA INTISARI YANG ANDA DAPATKAN DARI MODUL INI?

Intisari yang saya dapatkan dari modul ini adalah Saya mendapatkan pemahaman mengenai kepemimpinan murid (student agency). Dalam mengembangkan kepemimpinan murid guru dapat membuat kegiatan/program yang berdampak positif bagi murid baik melalui program intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, yaitu 1) Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, 2) Keterampilan berinteraksi sosial secara positif, 3) Keterampilan dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik, 4) Menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, 5) Membuka wawasan menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan, 6) Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri, 7) Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

Pentingnya kepemimpinan murid (student agency) dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis. Guru seyogyannya menumbuhkan kepemimpinan murid, sehingga murid memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembeajarannya sendiri. Kita sebagai guru harus menfasilitasi murid dengan membangun lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid. Melalui student agency ini maka akan mewujudkan profil pelajar Pancasila. Peran keterlibatan komunitas juga haarus dibangun agar dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid di sekolah. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai seorang guru adalah menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan atas apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, dan bagaimana mereka melaksanakan niat tersebut serta bagaimana mereka dapat merefleksikan tindakan mereka tersebut.

APA KETERKAITAN YANG DAPAT ANDA LIHAT ANTARA MODUL INI DENGAN MODUL-MODUL SEBELUMNYA?

Pengelolaan kegiatan/program sekolah tentunya harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah berupa merancang, mengelola dan merefleksikan program sekolah secara cermat dan tepat. Keterkaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung dan melengkapi dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Keterkaitan yang dapat Saya lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya antara lain sbb:

Modul 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Guru sebagai among yang bertugas untuk menuntun segala kodrat yang ada pada diri anak sehingga mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sebagai individu dan masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Seperti Trilogi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yakni Ing Ngarso Sung Tulodho (Didepan Menjadi Teladan) Ing Madyo Mangun Karso (Ditengah Membangun Motivasi) dan Tut Wuri Handayani (Dibelakang Memberi Dorongan). Dalam modul 3.3 ini penghambaan murid lebih ditenkankan pada bagaimana seorang pendidik dapat melihat murid sebagai pribadi yang unik dan memiliki karakternya masing-masing dan tugas seorang guru adalah menuntun murid tersebut agar sesuai kodratnya dengan mengelola program/kegiatan yang berdampak positif baik melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstralurikuler.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid. Seorang guru harus dapat menggali potensi murid sehingga tumbuh menjadi student agency yang mencerminkan profil pelajar Pancasila.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Sesuai dengan visi guru penggerak, seorang pemimpin pembelajaran harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid dan menjalankan rencana program sekolah dengan dukungan para pemangku kepentingan (stake holder) dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas, sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan ini disebut Inkuiri Apresiatif (IA). Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, kemudian mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.

Modul 1.4. Budaya Positif

Pengelolaan program yang berdampak pada murid diharapkan dapat memberikan dampak positif dengan terwujudnya budaya positif dilingkungan sekolah. Lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid. Budaya positif sebagai nilai kebajikan dimulai dari hal yang terkecil melalui pembiasaan dan suritauladan dari guru.

Modul 2.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid.

Membuat perencanaan dan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid haruslah sesuai dengan kebutuhan belajar murid seperti kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. Karena setiap murid mempunyai keunikan dan karakteristik yang berbeda satu sama lainnya

Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional.

Perencanaan dan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid Guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial dan emosional pada diri murid. Berpihak pada murid harus mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional yang mewujudkan keterampilan sosial emosional siswa dalam kehidupan sehari-hari. Teknik kesadaran penuhi (mindfulness) menjadi strategi pengembangan sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik.

Coaching sebagai teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun dan menggali potensi yang dimiliki oleh murid. Coaching juga memberikan keleluasaan pada murid untuk berkembang dan menggali proses berpikir murid, sehingga dapat melejitkan kinerja murid untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang dihadapi. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-Nilai Kebajikan Seorang Pemimpin.

Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip, paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral. pengambilan keputusan yang universal dan berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran sebagai agen perubahan, harus mengambil keputusan yang bertanggung jawab yaitu keputusan yang diambil bersifat efektif dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilakukan, tentunya keputusan tersebut telah harus memperhatikan 3 prinsip berfikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini untuk mendorong rasa percaya diri, keselamatan dan kebahagiaan murid serta seluruh pihak yang terlibat dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid.

Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya.

Pengelolaan program yang berdampak pada murid hendaklah didukung oleh identifikasi aset/modal yang dimiliki sekolah. Sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya, yang satu dengan lainnya saling berinteraksi. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus maupun mengelola program sekolah dan memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit based thinking). Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, dan pemanfaaatannya maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik. Pengembangan sekolah dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki sekolah. Yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan materi dalam modul 3.3 yang telah saya pelajari, kemudian saya kaitkan dengan modul lain sebelumnya, maka sangatlah besar peran guru penggerak untuk senantiasa tergerak, bergerak dan menggerakkan komunitas praktisi sekolah dalam mengembangkan sebuah program yang berpihak pada murid. Guru penggerak juga harus senantiasa meningkatkan kualitas belajar murid melalui pengelolaan program yang berdampak pada murid agar tumbuh sikap mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif bertanggung jawab dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menuju murid merdeka belajar dan berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila.

SETELAH MELIHAT KETERKAITAN ANTARA MODUL INI DENGAN MODUL-MODUL LAINNYA JELASKANLAH PERSPEKTIF ANDA TENTANG PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID. BAGAIMANA SEHARUSNYA PROGRAM-PROGRAM ATAU KEGIATAN SEKOLAH HARUS DIRENCANAKAN, DILAKSANAKAN, DAN DIEVALUASI AGAR PROGRAM-PROGRAM TERSEBUT DAPAT BERDAMPAK POSITIF PADA MURID

Perspektif saya tentang program yang berdampak pada murid merupakan program sekolah yang dibuat berdasarkan analisis kebutuhan murid dan aset yang dimiliki sekolah. Setelah melihat keterkaitan antara modul dalam program CGP ini hingga terakhir adalah modul 3.3 ini, maka terbersit dalam diri saya selaku CGP bahwa semua modul dikemas dan diuraikan dengan baik dengan tujuan akhirnya adalah CGP lebih matang dalam menjadi agen perubahan dalam memberikan arah terwujudnya visi Pendidikan Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan Ki Hadjar Dewantara yang tersurat dalam filosofinya.

CGP harus mampu menyusun dan merancang program yang berdampak positif dan berpihak pada murid. CGP berperan penting dalam menumbuhkan student agency di sekolah. Program yang berdampak positif pada murid adalah inisiasi dan pengelolaan sekolah yang melibatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan. Akhirnya dapat mewujudkan rasa bahagia dan sejahtera (well-being) dan budaya positif di sekolah. Kodrat anak yang memiliki ragam potensi dan bakat dapat tergali dan dituntun menuju kepada kebahagian yang setinggi-tingginya. Mengenali program atau kegiatan sekolah dengan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi evaluasi dilakukan secara kolaboratif dan memberdayakan aset/kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah.

Pada praktiknya, guru melibatkan murid dalam penyusunan program melalui tahapan BAGJA, pelaksanaanya melibatkan murid dan dievaluasi melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Guru, komunitas dan murid juga membangun lingkungan yang dapat mewujudkan student agency di sekolah.

Dalam aksi nyata saya nanti saya akan membuat program kokurikuler untuk menumbuhkan budaya literasi sejak usia dini melalui kegiatan BERESAM (Berliterasi dengan sampah). Pelaksanaan program atau kegiatan ini memberdayakan murid untuk menjadi pemimpin dalam proses belajarnya sendiri. Murid mampu mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan sendiri melalui proses yang memerdekakan sehingga murid mampu menjadi agen perubahan dan guru menjadi mitra belajar murid dengan menuntun dan memberikan umpan balik (feedback) atas capaian perkembangan belajar murid. Setelah selesai pelaksanaan program perlu dilakukan refleksi agar ada evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan yang dapat digunakan untuk perbaikan pada pelaksanaan program yang akan datang. Demikian pemaparan Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid. Salam Guru Penggerak… Tergerak Bergerak dan Menggerakkan.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post