Shalat Subuh Berjamaahmu untuk Siapa?
Shalat Subuh Berjamaahmu untuk Siapa?
Oleh. Herlan Firmansyah*)
Gerakan shalat subuh berjamaah, itulah diantara program politik beberapa kepala daerah yang dewasa ini menggeliat, setidaknya di Jawa Barat, sangat positif namun harus berhati-hati. Aktivitas shalat subuh adalah aktivitas wajib yang bersifat vertikal dan menjadi ritual personal bagi setiap muslim. Sebagai bagian dari rukun Islam, shalat subuh menjadi sesuatu yang inhern bagi pribadi seorang muslim. Mengaitkan pelaksanaan shalat subuh dengan kewajiban profesi mesti hati-hati, terlebih di daerah tertentu, setiap selesai shalat subuh, pimpinan daerahnya lansung mengabsen para aparaturnya melalui pengeras suara masjid. Tidak salah, namun kurang elok.
Motivasi shalat subuh mesti tunggal, hanya karena Allah swt, tidak boleh terselip satu motivasi lainnya. Gugurlah nilai shalat subuh seseorang jika niatnya tidak tunggal. Hal inilah yang mesti dijaga betul. Melakukan gerakan shalat subuh berjamaah adalah hal positif, tapi sepatutnya tidak menyisipkan motif lain selain ibadah karena Allah swt.
Memang betul bahwa seorang pemimpin daerah memiliki tanggung jawab panjang hingga akhirat, namun dakwah tidak harus dengan paksaan, mendidik tidak harus memaksa, mengajak tidak mesti disertai ancaman, menanamkan nilai-nilai kebajikan tak mesti dilumuri sanksi profesi. Jika ulil amri memimpikan rakyatnya berjamaah subuh seperti halnya berjamaah jum’atan, rumus jitunya adalah bersinergilah dengan ulama, perkuat gerakan ulama, subsidi energi ulama, jangan mengambil alih peran ulama.
Memperkuat peran keluarga dalam melakukan gerakan shalat subuh berjamaah di masjid, itulah langkah fundamental yang semestinya digalakkan. Bukan mengajak para ayah yang jauh dari masjid raya untuk meninggalkan keluarganya, hanya sekadar untuk memenuhi shalat subuh berjamaah di masjid raya yang dilumuri sanksi profesi jika absennya jeblog. Sesungguhnya peran keluargalah yang paling penting. Bukan paksaan, bukan asbensi. Memperkuat peran ayah pada setiap keluarga agar menjadi tauladan dalam melaksanakan shalat subuh berjamaah terhadap anggota keluarganya, itulah yang lebih utama. Hal demikian adalah peran ulama, bukan peran ulil amri, janganlah ulil amri menerobos peran ulama, bersinergilah.
*)Penulis adalah Peserta Pelatihan SaguSabu Kab Cianjur
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang menginspirasi pak, salam
Setuju pak Herlan, pertanyaan saya bagaimana bersinergi dengan ulil amri tersebut?
Alhamdulillah Semoga bermanfaat...
Ulil amri banyak bersilaturahmi dengan ulama, program ulama di dukung, difasilitasi, disuntik energinya, di beri ruang yang lebih luas, aspirasi ulama di dengar dimasukan ke dalam RKP dan APBD, dan ulama mendukung program ulil amri yang on the track serta meluruskan program ulim amri yang keluar dari jalur ulim amri jangan melakukan peran ulama dan ulama jangan mengambil alih peran ulil amri kira kira seperti itu makna bersinergi
Mengena sekali tulisannya Pak, keren!
Waw keren pak... Mak jleb pisan