HERLAN FIRMANSYAH [HeFi]

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menyoal Literasi Keuangan bagi Siswa

Menyoal Literasi Keuangan bagi Siswa

Menyoal Literasi Keuangan bagi Siswa

Oleh: Herlan Firmansyah *)

Uang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang, itulah pepatah yang berkembang di masyarakat dewasa ini. Apakah anda setuju? Setuju atau tidak, bapak ilmu ekonomi makro JM. Keynes asal Cambridge Inggris dalam teorinya mengatakan bahwa setidaknya ada tiga motivasi orang memegang uang tunai yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi. Tiga motif tersebut menggambarkan bahwa uang tunai menjadi kebutuhan setiap orang dalam melakukan aktivitas kehidupannya, khususnya aktivitas ekonomi dan manusia adalah homo economicus yang berarti bahwa manusia selalu bertindak rasional dan setiap harinya senantiasa melakukan aktivitas ekonomi, setidaknya setiap manusia pasti melakukan aktivitas konsumsi sebagai salah satu aktivitas ekonomi. Dengan demikian, otomatis manusia selalu membutuhkan uang agar ia dapat melakukan aktivitas ekonominya dengan baik.

Menyoal tentang uang, sejak diluncurkannya pada bulan November 2013, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini sedang gencar-gencarnya mengembangkan program strategis nasional literasi keuangan. Menurut Ketua OJK Muliaman D Hadad, program tersebut setidak dipicu oleh fakta bahwa baru 21,84 persen masyarakat Indonesia yang benar-benar paham mengenai Lembaga Jasa Keungan (LJK), hal tersebut berdampak kepada tingkat penggunaan jasa keuangan di Indonesia oleh masyarakat. Penggunaan produk dan layanan untuk sektor pasar modal dan industri keuangan non bank seperti asuransi, pembiayaan dana pensiun dan lembaga jasa keuangan lainnya masih di bawah 15 persen, masih kalah dengan negara-negara tentangga seperti Singapura dan Malaysia.

Apa sesungguhnya literasi keuangan itu? Literasi keuangan adalah kemampuan untuk mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan menyintesakan segala sesuatu yang terkait dengan karakteristik, produk dan layanan jasa keuangan. Literasi keuangan dapat dimaknai juga sebagai kemampuan untuk memahami bagaimana uang bekerja, bagaimana seseorang berhasil mendapatkan uang atau mencetaknya dengan bijak menurut program investasi yang dia ketahui dan bagaimana seseorang dapat mengelola uang tersebut secara cerdas.

Misi dari program literasi keuangan yang dimotori oleh OJK tiada lain adalah melakukan edukasi di bidang keuangan kepada masyarakat Indonesia agar dapat mengelola keuangan secara cerdas, meningkatkan akses informasi dan pengunaan produk jasa keuangan melalui pengembangan infrastruktur pendukung literasi keuangan. Literasi keuangan sangat dibutuhkan setiap orang karena dalam realitasnya, semua kegiatan ekonomi seseorang pasti memiliki konektivitas dengan produk dan layanan industri keuangan.

Bagaimana upaya lembaga pendidikan dalam melejitkan literasi keuangan siswanya? setidaknya ada dua jalur yang bisa ditempuh. Pertama, jalur intrakurikuler. Kedua, jalur ekstrakurikuler. Jalur pertama dapat ditempuh dengan mengintegrasikan bahan ajar produk, karakteristik dan layanan bank dan industri keuangan non bank ke dalam mata pelajaran ekonomi, khususnya bagi siswa yang mengambil peminatan IPS. Dalam konteks kurikulum 2013, hal tersebut sudah terakomodir dengan memasukan kompetensi dasar bank, lembaga keuangan bukan bank, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan bank sentral serta mendeskripsikan sistem pembayaran dan alat pembayaran ke dalam Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Ekonomi kelas X. Bagaimana dengan siswa yang mengambil peminatan IPA dan Bahasa? Kurikulum 2013 merancang adanya mata pelajaran lintas minat, bagi siswa IPA dan Bahasa dapat mengambil mata pelajaran ekonomi sebagai mata pelajaran lintas minat, sehingga bersama siswa IPS, literasi keuangan mereka dapat terkembangkan.

Jalur kedua melalui program ekstrakurikuler yang secara khusus diarahkan untuk mengembangkan program literasi keuangan siswa. Setidaknya ada dua program ektrakurikuler yaitu pengembangan Bank Syariah Mini (BSM) dan Koperasi Siswa (Kopsis) yang dapat diwadahi dalam satu wadah laboratorium IPS. Melalui BSM pengembangan literasi keuangan siswa dapat dikembangkan dengan melaksanakan kegiatan simpanan dan pembiayaan bagi siswa, basicc training perbankan syariah, traning for teller, tutorial tentang sistem dan alat pembayaran serta ciri-ciri keaslian uang rupiah, kunjungan ke Bank Indonesia, Museum Bank Indonesia, Peruri dan OJK. Adapun melalui Kopsis, pengembangan literasi keuangan dapat dilakukan dengan mengembangkan program Pekan Wirausaha Muda (Perahu) yang didalamnya siswa di edukasi untuk mengelola uang hasil praktik wirausaha mandirinya, pelatihan wirausaha termasuk manajemen keuangannya, pelatihan akuntansi koperasi dan sebagainya.

Sebagai benang merahnya, pengembangan literasi keuangan bagi siswa menjadi keniscayaan, terlebih program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah digelar sejak awal 2016, sehingga semua lulusan sekolah siap tidak siap akan menjadi objek atau subyek dari segala konsekuensi program MEA tersebut, dan salah satu konsekuensinya bahwa konektivitas antar negara akan semakin kuat sehingga transaksi ekonomi akan semakin terbuka dan disaat itulah para siswa dan atau lulusan mesti memiliki literasi keuangan yang baik.

*) Penulis peserta SAGUSABU Kab.Cianjur, Guru Ekonomi MAN 1 Cianjur

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post