BOCOR

Tantangan Gurusiana #Menulis 30 hari (Hari ke - 16)

Aku memandangnya dengan penuh iba, apa yang dilakukan hanya bisa berbaring, diam, tanpa satu patah katapun keluar dari manisnya mulut itu. Baru di tanya ditawari sesuatu mengangguk dengan penuh keikhlasan. Yang ku tahu selama ini tak pernah memarahi anak-anaknya, hanya contoh keserdahanaan dan implementasi dalam perbuatan selalu ada.

Aku tahu beliau pasrah dalam bentangan kursi roda, yang selalu menemani dalam menghela waktu demi waktu, betapa sayangnya Tuhan padanya hingga keikhlasan tak bisa apapun ia terima dengan sangat nyaman. Makan, mandi, beribadah serta berpakaian semuanya tidak bisa dilakukan dengan sendiri namun pasrah untuk terus mengabdi.

Putaran tasbih tiada henti berdzikir pada sang maha Illahi, memang terkadang masih banyak terlelap dalam tidur seperti anak-anak kecil kembali. Makin tua kembali seperti anak-anak lagi. Itulah manusia seperti morfose kembali seperti dulu, makan, minum, mandi diladeni orang lain. Ku pandangi wajah dan raganya makin hari kelihatan makin susut, tapi wajahnya cerah seakan tiada terjadi apa-apa. Basah kakiku hangat terasa, air kekuning kuningan menetes tak henti dari bawah kursi roda. Allahummaghfir lii wa liwaalidayya warhamhuma kamma rabbayanii shaghiraa. Ya Allah ampunilah aku dan kedua orangtuaku, dan sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangi aku di waktu kecil.