Cantik
Kucoba menulis cerpen, benar tak ya?
Namanya Cantik, orangnya cantik, secantik namanya. Tubuhnya tinggi semampai, pipinya cibi,sedikit tembem. Kulitnya kuning bersih. Rambutnya direbonding sepinggang. Siapapun akan terpesona melihatnya. Apalagi, mata laki-laki,yang senang melihat yang bening-bening.
Semua memang tampak sempurna, terlihat baik-baik saja. Setiap pagi, dia pergi layaknya orang pergi kerja. Tapi, senyatanya, orang-orang sekitar tempat tinggalnya, tidak ada yang tahu, dia bekerja apa dan di mana. Di rumah itu pun, tidak ada yang tahu, dia tinggal dengan siapa.
Pagi-pagi, dia sudah keluar rumah. Malam, jam berapa dia pulang masuk rumah juga tidak ada yang tahu. Orang-orang tidak pernah peduli dengan urusan orang lain. Mereka juga merasa tidak terganggu dengan aktivitas perempuan itu.
Hari demi hari, semua yang tampak baik-baik saja, mulai ada geliak tak suka.
Berawal dari kepulangan Cantik ke rumah yang tak biasa.
Waktu masih menunjukkan pukul 19.15 WIB. Dia pulang tidak sendiri, pun tidak jalan kaki seperti biasanya. Tapi, dia naik mobil dan menggandeng seorang laki-laki paruh baya dengan mesra sekali.
Semula, satpam komplek menganggap biasa. Dia anggap Cantik sudah punya pacar. Hanya dalam hati, satpam bertanya-tanya, klo pacar, kenapa tua? Cantik kan masih muda, umur masih sekitar 30-35 tahun. Kalau mau, bisa dia cari pacar yang lebih muda.
" Ah, kayanya, ga wajar ini," batin Karjo, satpam kompleks itu mulai curiga.
Sudah 20 tahun, Karjo jadi satpam di kompleks perumahan itu. Jadi, dia hapal betul dengan kelakuan penghuni baru. Tinggal sendiri tanpa keluarga. Awalnya, kelakuannya baik -baik saja. Tapi, setelah beberapa saat tinggal akan ketahuan belangnya. Siapa sebenarnya mereka.
Sekali Cantik pulang dengan laki-laki paruh baya, yang pantas menjadi bapaknya itu dibiarkan oleh Karjo.
Kedatangan kedua, dia mulai curiga, karena pulangnya lebih malam. Kemaren, pukul 21.00 WIB, sekarang pukul 22.30.
Kedatangan, selanjutnya siang hari. Hal itu menyurutkan kecurigan Karjo. Selain itu kejadian selanjutnya nampak wajar saja. Orang -orang sekitar pun tidak curiga.
Suatu hari, datang seorang ibu, sudah cukup berumur, tapi masih kelihatan cantik, karena memang terawat. Dari penampilannya, kelihatan kalau dia orang berduwit. Datang ke kompleks itu menanyakan alamat rumah Cantik.
"Alamat mbak Cantik, Bu? " tanya Karjo dengan sopan.
" Iya, "
"O, di blok B, no 4 ,"
" Bisa antar ke sana? "
"Bisa, Bu"
Karjo pun mengantar ibu itu ke rumah Cantik.
Ibu itu turun, dan berjalan dengan anggunnya. Dia ketuk pintu rumah Cantik dengan lembut, tapi jelas terdengar ketukannya.
Tak berapa lama, pintu terbuka. Begitu wajah Cantik nongol, tangan lembut ibu itu sudah menampar bertubi-tubi, sehingga Cantik tidak bisa mengelak.
"Aduh, ampun, Bu. Sakit", rintih Cantik.
"Sakit mana, tamparanku apa hati ibu dan karena kamu rampas suami ibu? Mana Bapak? "
Tanpa menunggu jawaban Cantik, ibu itu menerobos masuk ke dalam rumah.
Bu Cinta mengobrak-abrik seluruh isi rumah Cantik. Semua berantakan seperti kapal pecah.
Sementara Pak Burhan yang sedari tadi tidur, tidak tahu kalau istrinya datang. Dia terbangun karena suara barang-barang yang pecah.
"Cantik, ada apa, kok seperti ada orang mecahin barang -barang?"
Mendengar suara suaminya, Bu Cinta langsung mendobrak kamar.
" O, jadi begini kelakuan kamu selama ini, Pak? "
"Bu???? ",kaget bukan kepalang, wajah Pak Burhan pucat pasi. Dia tak bisa berkutik.
"Sini, kamu perempuan sundal, "bentak Bu Cinta kapada Cantik.
Cantik mendekat dengan tangan gemeteran dan wajah yang ditekuk. Dia takut setengah mati. Dia benar -benar mati kutu menghadapi Bu Cinta yang penuh wibawa. Tak seperti biasanya jika dia menghadapi perempuan, istri dari laki-laki yang sudah dirampasnya. Dia biasanya bisa dengan pongahnya merasa benar, penuh keyakinan, dan kemenangan bahwa laki-laki itu pasti akan berpihak padanya, walaupun dia sadar betul, dia itu salah. Dia sudah menyakiti hati sesama perempuan, dia berbahagia di atas penderitaan perempuan lain.
Dia sering menangis sendiri, di malam-malam sepi. Tak ada seorang pun yang tahu dengan kepedihan hatinya. Dia melakukan ini semua, sebagai balas dendam kepada laki-laki yang sudah mengkhianatinya, dan laki-laki pacarnya itu lebih memilih ibunya. Sakit sekali. Makanya, dia sering tidak peduli apa kata orang. Dia tidak peduli dianggap pelakor. Dia juga tidak peduli, sudah berapa kali dilabrak orang dan dicaci maki.
Dia sebenarnya sudah ingin mengakhiri petualangannya ini. Tapi, dia bertemu dengan Pak Burhan, yang telah membuat hidupnya tenang, nyaman. Dia merasa terlindungi.
Ternyata, nasib memang tidak berpihak padanya. Sebelum semua ingin dibicarakan baik-baik dengan Bu Cinta, semua telah terjadi seperti ini. Bu Cinta datang menggelandang Pak Burhan pulang dan mengancamnya akan menjebloskan dia ke penjara. Dia tak segan-segan akan membuat hidup Cantik lebih menderita.
Cantik hanya bisa diam, menangis penuh kepedihan, dan pasrah pada nasib hidupnya yang selalu menguras air mata.
Setelah lama terdiam, dia bangkit dari duduknya. Dia kemasi bajunya. Dia tidak peduli rumahnya yang penuh pecahan kaca di mana-mana. Dia keluar, mengunci pintu, dan menyerahkan pada ibu tua, tetangga sebelah rumah. Dia pun pergi, entah ke mana, hanya mengikuti kakinya melangkah.
End
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga terhindar dari derita ini. Salam cantik. Sip..
Cantik oh cantik...nasibmu
Cantik semalangnya bu cinta...
Salam. Mksh, pak