CERPEN. "CERITAKU DENGAN SAMSUNG-KU". TANTANGAN MENULIS KE-15. #GURUSIANA - MEDIAGURU
CERITAKU DENGAN SAMSUNG-KU
Kala mentari pagi menyinari bumi kududuk bersandar di kamar yang sepi, menunggu kedatangan teman-teman. karena hari sebelumnya kami berjanji ingin pergi refreshing keliling kota Air Tawar Barat sampai kemuara yang kami sebut dengan kampus Universitas Bung Hatta. Refreshing yang akan kami lakukan adalah olahraga yang gemar kami sebutan dengan jogging. sambil menunggu aku tersentak ingin mengeluarkan sesuatu yang sakit dalam perut ini, laksana orang berkata kalau tidak dibuang akan menyebabkan penyakit yang luar biasa yang tidak akan ada obatnya. Nama penyakitnya yaitu BAB (buang air besar).
Tok,tok,tok suara ketukan pintu berbunyi aku bergegas ingin keluar dari kamar mandi. tiba-tiba seorang laki-laki yang gagah perkasa tinggi telah berada di depan tempat aku ingin keluar dari kamar mandi.
“Morning Tom , pagi-pagi sudah lemas mana sipritnya, spiiiiiirit..”
“Morning to Nda” gak Nda, gak lemas Cuma agak banyak pikiran sedikit, oh ya Nda jadi nggak kita jogging pagi ini?”
“Ya iyalah Tom masa nggak, ini perkekas sudah kusiapkan tinggal tancap aja lagi!”
“Ooo....oke kalau begitu.”
Aku dan Nanda pergi meninggalkan rumah. rumah tempat kediaman kami pada malam harinya. suara kaki beralaskan sepatu bergantian dengan riangnya. aku sempat melihat kearah kanan dekat muara pantai parkit yang di senangi oleh orang banyak untuk menghibur hati, menghilangkan beban pikiran yang terlalu banyak. Disana mereka berkumpul bersenang-senang, bergantian berfoto, ada yang duduk sendiri dengan buku yang dipegangnya entah apa yang dia buat aku tidak tau, dan yang lain lagi bernyanyi membaca puisi dan lain sebagainya.
“Nda kamu lihat segerombolan cewek-cewek itu nggak?”
“Iya Tom, emangnya ada apa dengan mereka?”
“Nnggak Nda.. nggak ada apa-apa.”
Akhirnya kami sampai juga dengan maksud dan tujuan kami hendak menuju kampus Bung Hatta. aku dan nanda berhenti ingin mengisi perut yang masih kosong supaya melancarkan perjalanan kami nantinya sampai ke rumah. kantin-kantin di sana orangnya sangat ramah, suka senyum, dan nggak ada perkataan yang kasar keluar dari mulutnya sehingga barang dagangannya cepat habis karena banyak konsumen yang akan membeli dagangannya.
Mentari pagi sudah mulai memancarkan panasnya di tambah dengan angin sepoi-sepoi di pagi harinya membuat suasana pagi itu sangat meriah. seperti bintang bergelora pada malam hari. Melihat kondisi badan telah kuat dan mengembalikan stamina kami yang dari awal tadi sebelum berangkat pergi jogging. Aku dan Nanda sudah mulai melangkahkan kaki untuk meninggalkan kampus Bung Hatta.
Hari menunjukkan pukul 08.00 wib, aku bergegas pergi kekamar mandi membersihkan badan yang telah bau dari peluh yang bergilimang ditubuhku, satu demi satu ku gosok hingga bersih semuanya seluruh badanku. hari ini aku kuliah sosiolinguistik dimana pelajarannya mengkaji ilmu bahasa dan linguistik dengan dosen yang sangat santun dan penyayang kepada mahasiswa-mahasiswanya. Aku bangga dengan dosen seperti itu karena kita diajarkan dengan menggunakan logika tidak dengan bahasa buku yang dia berikan kepada kita.
”Tom, sekarang kan hari Jum’at kamu di mana shalat Jum’atnya???”
“Tempat biasa aja Nda...”
“Ooo.. kita barengan nanti ya Tom...!”
“Siiiiiip Ndaaa.....”
Sebelum azan berkumandang aku bergegas pergi kekamar mandi untuk mempersiapkan shalat jumat untuk mandi yang kedua kali ini badanku lebih segar dan bugar untuk mendengarkan qutbah jum’at nantinya. Allahu akbar, Allahhuakbar. suara azan mulai menggema disekitar daerah parkit. Orang-orang di sekitar sudah mulai ramai melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan ke Masjid Baitul Makmur (MBM) tempat kami beribadah setiap harinya. Khatib mulai mengeluarkan kata-kata dengan mengucapkan assalamualaikumwarahmatullahi wabarakaatu. disambut dengan seksama dan meriah oleh jamaah semua yang berada di mesjid itu, waalaikumsalaam warahmatullahiwabarakaatu.
Khatib mulai menerangkan satu persatu. ” dimana umat muslim itu kalau tidak ada keimanan dalam dirinya maka dia belum dikatakan sebagai orang islam”, aku memperhatikan setiap gesekan dan lantunan dari bibir khatib, kata demi kata merasuk kedalam tubuhku. “Bersedahkahlah...! berikan sebagian harta yang kita miliki kepada orang yang berhak menerimanya, karena sedekah ini yang akan menolong kita di hari akhir kelak”.
Pukul 13.20 aku pergi kekampus untuk melaksanakan kegiatan rutinitasku setiap harinya, langkah demi langkahku berjalan meninggalkan rumah, ternyata tak jauh dariku berjalan ada seorang cewek yang tiba-tiba memanggil namaku..
“Bang, bang, bang Tomi”. aku menoleh kebelakang ternyata nggak ada, akau mencoba menoleh ke samping kanan, oooopszz.... penglihatan ku benar yang memanggil tadi adalah joniurku, yang sedang melekatkan sepatu di kakinya.
“Ya.... ada apa??”
“ Kita barengan berangkat kekampus ya bang,”
“Aaaa’... maaf Yeti abang terlambat..! lain kali aja ya...”
wajah kesal di raut muka Yeti melihat kepergianku sendiri..
“Ya sudah bang nggak apa-apa lain kali aja”. Padahal aku memang malas bareng berdua jalan sama perempuan, karena aku dilarang dekat sama perempuan oleh seniorku walaupun itu hanya jalan, lama kelamaan pasti ada maunya. Pendek cerita itu bukan muhrim katanya.
Langkah demi langkah akhirnya aku sampai juga di kampus tempat aku menuntut ilmu , di sambut dengan angin sepoi-sepoi yang menghiasi rambut kritingku. Kulihat sekitar kampus banyak orang yang menari kian kemari menaikkan kedua piring yang ada di tangannya diiringi dengan musik dan saluang, ternyata mereka latihan tari piring yang akan di tampilkan besok. Aku lihat segerombolan lagi ada yang bergitar menyanyikan lagu rindu kepada sang pujaan hati yang jauh di sana di kampung atau dimana akupun nggak tau.
Took, took, took pintu kelas ku ketuk secara perlahan dan ku iringi dengan mengucapakan salam, ternyata nggak ada yang menjawab satupun. aku lirik di depan kelas nggak ada sosok orang tua yang memberi pelajaran kepadaku (dosen). aku mencoba membuka mulut kepada teman yang ada di depanku.
“Dodi dosen mana” ?
“Dosen sebentar lagi kesini karena ada keperluan, jadi dia agak telat katanya.”
“Ooo.... kukira dosen sudah masuk.” batinku tersesak karena dalam benakku sudah pasti aku terlambat, eeeh ternyata nggak. aku berjalan di sudut ruangan kelas itu ku lihat kursi di sana telah menungguku untuk menempatinya. Aku duduk dengan santai sembari menunggu dosen.
Tiba- tiba yang kami nantipun datang juga, dosen mulai mengeluarkan kata-kata dan mengambil absen satu persatu. Setelah mengambil absen dosen memberikan kami tugas individu mencari berita terbaru. Tak lama kemudian dosenpun menyuruh kami pulang. Alhamdulillah akhirnya kami pulang juga karena mata ini sungguh amat mengantuk sebelum ku berjalan, kaki ini terasa berat untuk di langkahkan. Akhirnya aku berhenti di mushallah di mana tempat orang-orang melakukan ibadah dan tempat istirahat. Aku terbuai dengan tidurku diiringi dengan mimpi yang menakjupkan. aku tidak ingat lagi dengan mimpi itu.
Aku terhenyak dari lamunan tidur, karena suara azan ashar menggema ketelingaku dan sampai merasuk ke dalam tubuh. Aku melirik sekitar orang-orang melongo dan memandangku dengan penuh heran entah apa yang menimpa diriku akupun nggak tahu.
Ku cuci tangan dan ku basuh muka untuk mengambil air whudu’ air itu sungguh segar menimpah wajahku. Ku langkahkan kaki kemushallah ternyata orang-orang sudah berkumpul untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah. Aku memilih paling depan karena shaf di depan lebih baik dari pada shaf di belakang. Dan selesai rakaaat kedua aku teringat sama sesuatu barang yaitu handphone. Kali ini shalat ku tidak khusuk aku batalkan shalat ashar dan menuju ke tempat wudhu’ di sana barang yang ku cari-cari tadi nggak ada. pkiran ku cewang tak karuan.
“Tom kamu kenapa”
“Handphoneku hilang”
“Hilang... dimana hilangnya?”
“Aku nggak tau” . kuceritakan semuanya dari awal aku tidur sampai sekarang.
“Ya sudah. shalat aja dulu muda-mudahan nanti ada yang menemukan.”
Mendengar ucapan Nanda , membuat hatiku luluh dan kami langsung menunaikan shalat Ashar berjamaa. setelah shalat Nanda mencoba menghubungi nomor handphoneku, ternyata nomor itu masuk dan di angkat , tapi orang itu tidak ada bicara satu kata pun. entah siapa yang mengangkat aku nggak tau. pikiranku tambah kacau. Aku berputar sana kemari untuk mencari orang-orang yang di curigai dengan membawa sebuah handphone milik Nanda. orang-orang senyum dan tertawa melihatku karena aku mondar-mandir di depan mereka. Aku nggak peduli, tujuanku satu yang penting handphone ini harus kembali ketanganku. Lama kelamaan aku pasra. Dan teringat olehku pernah seorang ustadz menyampaikan sesuatu yang tidak penah aku lupakan sampai sekarang . “bahwa harta yang kita miliki adalah titipan Allah. dan kita hanya bisa mengarahkannnya, arah mana yang kita pilih baik atau buruk tergantung kita mengaplikasikannya”. Aku sadar bahwa barang dan harta yang kita miliki adalah titipan Allah, kita hanya bisa untuk menjaga dan merawatnya.
Seling berganti waktu akhirnya aku pulang , melihat kondisiku teman-temanku Bejo, Boy, dan Doni di rumah heran melihat wajah kusamku sampai di rumah.
“Ada apa Tom”?
“Nggak da”.
“Nnggak ada. kok mukanya cemberut gitu ceritakanlah apa masalahnya”?
Akhirnya kuceritakan juga. Doni langsung menimpali atas pembicaraan aku dengan Boy, langsung dia ambil handphone dan langsung mengontak handphoneku. ternyata masuk , dan nggak ada di angkat sama orang itu. Setan mana yang mengambil handphone ku bathinku bicara. Yang tadinya pasra sekarang masih penasaran sama orang yang mendapatkan handphoneku. Aku ingat lagi dengan perkataan ustadz ” harta yang kita miliki hanya titipan Allah”. Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah, istighfar aku 3 kali, lalu aku beranjak pergi ke kamar mandi dan mengambil wudhu.
Satu hari satu malam sudah terlewati atas kehilangan handpondku. Sedikit demi sedikit aku bisa melupakannya. Aku cari dengan kesibukan lain, aku isi batrai netboook ku sampai Full, lalu ku masukkan kedalam tas, dan ku langkahkan kaki menuju mushallah tempat ku biasa melakukan aktivitas kalau lagi suntuk.
Welcom to facebook aku klik langsung dengan hati yang tenang, shaaaaaaaaaaaaaap......... 6 orang minta teman sama aku. 4 orang di antaranya aku kenal, dan 2 orang lagi aku abaikan saja, karena tidak kenal “siapa lu siapa guwe” heee....Pikiran ku yang tadinya suntuk dan tentang hendphoneku yang hilang sudah punah, pudar .
Haaa, haaa aku ketawa sendiri dengan melihat status yang nggak jelas, “mandi dulu”, “kau telah menduakan cintaku”,”enaknya ngapain yaa?” apa itu.. membuat status nggak karuan, nggak ada maknanya. Haa-haa aku ketawa lagi, orang-orang di sampingku, di depan dan di samping sampai tercengang melihat aku ketawa terkekeh sendiri.
Prap, prap, praaaaaap.......... suara sepatu hitam terngiang di telingah ku, aku menoleh ke arah itu seorang lelaki tinggi bulat, badan besar dan gagah menghampiriku.
“Hai tom bagaimana keadaan dan kabarnya sekarang?”
“baik-baik aja alhamdulillah sehat”
“Bang ridwan sendiri bagaimana?” sekilas senyuman manis dia anugrahkan kepadaku. dan ku balas senyuman itu. “Sehat juga tom” oh ya, dia pegang tangan kiriku dan di tarik menuju sebuah bilik kecil, di situ tempat dia tidur , memasak dan juga belajar. Yang lazim sebut orang ialah Garin. Ia mengeluarkan sesuatu benda dari lemarinya.
Tubb, tubb, tuubbb. Subahannalllah.... jantungku berdebar bercampur haru melihat benda itu. Benda yang selama ini ku cari, hampir sempatku emosi kepada orang yang mengambilnya. “Gimana tidak padahal di sana banyak foto kenangan terindah bersama kawan-kawan. dan yang lebih penting lagi nomor handphone keluarga yang ada di dalam hendphone itu yang tidak hafal di benakku satupun. Bagaimana nanti kalau keluargaku menghubungiku lalu no handphoneku tidak aktif, bagaimana nanti dengan keuanganku sudah habis di padang tempat aku merantau ini, kepada siapa aku mengadu”. Pertanyaan itu terus menyelinap di dalam memoriku sudah berkembang menjadi anugrah yang terindah, dimana seseorang telah menghidupkanku kembali, memberi semngatku kembali. Terima kasih ya Allah engkau telah mengembalikan handphoneku. Aku pernah membaca sebuah buku yang ku kutip maknanya ” Allah tidak akan menguji seseorang di luar batas kemampuannya”
“Terima kasih bg ridwan”. Aku merengkulnya erat-erat, laksana seorang sahabat yang baru bertemu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Hengki
Mantap anak Daddy. Bisa baraja Daddy ko mah
hiii.. Makasih partisipasinyo daddy.. Pakar juo penulis kppl kemenag payakumbuh lei..
Terima kasih partisipasinyo buk sas..